Tenggarong (ANTARA News Kaltim) - Sejumlah pemilik perahu penyeberangan yang menghubungkan Mangkurawang, Kota Tenggarong ke Desa Loa Pari, Tenggarong Seberang, panen rezeki setelah ambruknya Jembatan Kartanegara, Kabupaten Kutai Kartanegara.

"Dalam satu hari ada sekitar 50 kali kapal kayu yang kami jalankan ini pulang pergi (PP) untuk menyeberangkan mobil," ujar "nakhoda" perahu, Nurruddin, saat dihubungi di atas kapal penyeberangan di Tenggarong, Rabu.

Dia mengatakan, dalam sekali perjalanan, kapal yang memiliki panjang sekitar 15 meter itu hanya mampu memuat tiga hingga empat mobil dengan memungut biaya sebesar Rp25.000 per mobil.

Jumlah perahu yang mampu menyeberangkan mobil tersebut sebanyak dua unit, sedangkan yang hanya mampu menyeberangkan sepeda motor berikut pengendaranya, jumlahnya terdapat sekitar 10 perahu.

Khusus untuk perahu yang menyeberangkan mobil, penghasilan kotor yang diterima dapat mencapai Rp3.750.000 per hari, dengan asumsi setiap kali menyeberangkan minimal hanya mampu memuat tiga unit mobil dikali Rp25.000 per mobil, dikali 50 kali PP.

Ini berarti total untuk dua kapal yang mampu menyeberangkan mobil, penghasilannya mencapai Rp7.500.000 per hari, namun penghasilan itu masih harus dikurangi biaya operasional, upah pekerja dan kebutuhan tak terduga lainnya.

Sedangkan untuk mobil berukuran kecil seperti sedan, kapal itu mampu memuat 4 unit, namun jika mobil berukuran agak panjang seperti L 300 maupun truk, hanya mampu menampung tiga unit.

Sebelum Jembatan Kukar runtuh, lanjut Nurruddin, kapal yang "dinakhodai" itu melayani penyeberangan di Hulu Mahakam, tepatnya di Desa Belayan dan Gunung Sari. Namun intensitas kendaraan yang menyeberang di Hulu Mahakam itu masih sedikit karena jumlah penduduknya juga masih kecil.

"Semula kami kaget dan agak ragu diminta ke Tenggarong untuk menyeberangkan mobil, tapi karena katanya banyak mobil yang butuh diseberangkan, maka kami harus meluncur, hitung-hitung membantu warga yang ingin menyeberang," ujar Nurrudin lagi.(*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011