Balikpapan, (Antaranews Kaltim) – Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Tofan Mahdi kembali mengingatkan bahwa kampanye negatif terhadap kelapa sawit adalah perang dagang.


“Uni Eropa dan Amerika merasa terancam,” kata Mahdi di Balikpapan, Rabu, di depan hadirin bengkel kerja jurnalistik bertema peran netizen dalam menyongsong masa depan industri kelapa sawit Indonesia di ballroom Swiss Bellhotel di Balikpapan.

Dipaparkan oleh Mahdi, Uni Eropa dan Amerika Utara, yaitu Amerika Serikat dan Kanada adalah produsen minyak jagung dan minyak bunga matahari yang pemanfaatannya lebih kurang sama dengan minyak kelapa sawit.

Produksi kelapa sawit yang massal menjadi tekanan bagi minyak jagung dan minyak bunga matahari tersebut.  

Saat ini luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 14,03 juta hektare, sesuai data dari Kementerian Pertanian pada Februari 2018. Luasan tersebut menjadi yang terluas di dunia. Dari luasan itu dihasilkan 42 juta ton crude palm oil (CPO), minyak sawit yang menjadi bahan baku berbagai barang lagi, mulai dari minyak goreng, bahan bakar diesel, margarin, hingga kosmetik.

Keunggulan kuantitas minyak sawit, yang pada gilirannya membuat murah ongkos produksi itulah yang menjadi ancaman bagi Eropa dan Amerika.

“Karena itu diembuskan kampanye negatif untuk menyerang sawit. Berbagai macam isu diangkat diantaranya isu orangutan, kebakaran lahan, isu eksploitasi buruh dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM),” kata Mahdi.

Suasana Kegiatan Bengkel Kerja Jurnalistik bertema "Peran Netizen Dalam Menyongsong Masa Depan Industri Kelapa Sawit Indonesia" di Ballroom Swiss Bellhotel di Balikpapan. (Antaranews.com/GAPKI)

Hampir setiap musim kemarau di mana terjadi kebakaran lahan, perkebunan kelapa sawit memang selalu dikaitkan dengan kejadian-kejadian tersebut. Membakar lahan adalah cara murah menyiapkan lahan.

Demikian juga dengan konflik antara manusia dengan satwa orangutan (Pongo pygmaeus) di mana manusia merambah kawasan yang dulunya adalah tempat orangutan dan mengubahkan menjadi antara lain perkebunan kelapa sawit.

“Ketika orangutan datang lagi ke tempat yang sudah berubah jadi kebun itu, mereka dianggap hama, diusir, bahkan sampai ditembaki dan dibunuh,” kata Hardi Bakti dari Center for Orangutan Protection (COP) antara lain saat melakukan otopsi mayat orangutan yang tewas dengan ratusan peluru senapan angin di Sangatta, Kutai Timur, beberapa waktu lalu.

Isu buruh berkenaan dengan sawit terutama hal jumlah jam kerja dan upah yang rendah. Dalam dokumentasi video yang dibuat Watchdoc atas praktik perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat, ditampilkan buruh perempuan yang sudah harus meninggalkan rumahnya dinihari dan menumpang truk menuju tempat kerjanya, dan ia baru bisa pulang menjelang sore.

Suasana Kegiatan Bengkel Kerja Jurnalistik bertema "Peran Netizen Dalam Menyongsong Masa Depan Industri Kelapa Sawit Indonesia" di Ballroom Swiss Bellhotel di Balikpapan. (Antaranews.com/GAPKI)

Di sisi lain, seluas 5 juta hektar lebih lahan kelapa sawit adalah milik rakyat. Sebab itu, jelas Mahdi, pemerintah saat mendukung industri perkebunan kelapa sawit. Presiden Joko Widodo pada kesempatan yang sesuai selalu menyebutkan tentang peremajaan kebun sawit rakyat dan peningkatan produksinya.

Pemerintah telah menyalurkan dana Rp332 miliar untuk program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) per 10 Oktober 2018. Program tersebut untuk meningkatkan produktivitas CPO dari 2 toh per hektar menjadi minimal 5 ton per hektare.

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018