Ujoh Bilang (Antaranews Kaltim) - Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur daerah endemik demam berdarah dengue (DBD) dan malaria sehingga masyarakat diminta waspada dan tidak membiarkan jentik nyamuk berkembang, kata Kepala Dinas Kesehatan Mahakam Ulu Agustinus Teguh Santoso.
"Mengingat daerah ini menjadi endemik, maka Dinas Kesehatan dan masyarakat harus selalu waspada. Sebenarnya bukan hanya Mahulu, namun hampir semua daerah di Kalimantan menjadi endemik DBD dan malaria," ujar dia di Ujoh Bilang, Sabtu.
Ia menjelaskan kedua penyakit tersebut ditularkan melalui gigitan nyamuk sehingga masyarakat diminta memperhatikan lingkungan.
Jika di lingkungan tersebut banyak nyamuk, kata dia, masyarakat diminta berperan aktif dalam memberantas jentik nyamuk, sedangkan Dinas Kesehatan melakukan pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa.
Cara yang paling efektif dalam menghindari DBD, lanjut Teguh, dengan memberantas jentik nyamuk, di antaranya dengan menguras bak mandi seminggu sekali, menghilangkan air yang tergenang, mengubur kaleng atau benda-benda yang berpotensi menjadi tampungan air.
"Cara-cara seperti ini harus dilakukan karena jentik akan berkembang biak di genangan air. Jentik mulai dari telur hingga menjadi nyamuk memiliki waktu dua minggu. Satu nyamuk dewasa biasanya mampu menghasilkan 200 telur yang kemudian menjadi jentik, makanya bak mandi perlu dikuras per minggu sebelum menjadi nyamuk," ucap Teguh.
Ia menuturkan cara yang paling efektif memberantas demam berdarah dengan membunuh jentik, karena dengan menghilangkan jentik, berarti telah memutuskan rantai berkembangbiakan nyamuk penyebab DBD.
Pengasapan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan, kata dia, hanya untuk membunuh nyamuk dewasa. Namun masyarakat harus memberantas perkembangan jentik nyamuk dan menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat.
Ia juga mengatakan bahwa penyakit DBD hingga kini belum ada obatnya, sehingga cara efektif yang harus dilakukan adalah dengan minum yang banyak dan dibantu dengan cairan infus.
Ia menyarankan masyarakat tidak menyepelekan anak atau keluarga yang kondisi suhu badannya panas atau demam.
Ketika ada yang mengalami demam, lanjutnya, minimal hari kedua harus dibawa ke puskesmas atau rumah sakit.
"Jangan dianggap itu demam biasa. Bisa saja itu adalah gejala DBD, apalagi dari kemarau ke penghujan seperti sekarang, banyak genangan air yang bisa menjadi sarang nyamuk aedes aegypti, nyamuk penular virus DBD," katanya.
Ia menjelaskan tentang tanda-tanda seseorang diserang DBD.
"Demam akibat DBD ini sering menipu, yakni badan panas di hari pertama hingga ketiga, namun hari keempat dan ke lima panasnya turun sehingga banyak yang mengira bahwa penyakitnya sembuh, padahal di masa itu justru terjadinya penurunan trombosit, maka jangan sepelekan demam, periksakan ke dokter, atau puskesmas, atau rumah sakit," ucap Teguh.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018
"Mengingat daerah ini menjadi endemik, maka Dinas Kesehatan dan masyarakat harus selalu waspada. Sebenarnya bukan hanya Mahulu, namun hampir semua daerah di Kalimantan menjadi endemik DBD dan malaria," ujar dia di Ujoh Bilang, Sabtu.
Ia menjelaskan kedua penyakit tersebut ditularkan melalui gigitan nyamuk sehingga masyarakat diminta memperhatikan lingkungan.
Jika di lingkungan tersebut banyak nyamuk, kata dia, masyarakat diminta berperan aktif dalam memberantas jentik nyamuk, sedangkan Dinas Kesehatan melakukan pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa.
Cara yang paling efektif dalam menghindari DBD, lanjut Teguh, dengan memberantas jentik nyamuk, di antaranya dengan menguras bak mandi seminggu sekali, menghilangkan air yang tergenang, mengubur kaleng atau benda-benda yang berpotensi menjadi tampungan air.
"Cara-cara seperti ini harus dilakukan karena jentik akan berkembang biak di genangan air. Jentik mulai dari telur hingga menjadi nyamuk memiliki waktu dua minggu. Satu nyamuk dewasa biasanya mampu menghasilkan 200 telur yang kemudian menjadi jentik, makanya bak mandi perlu dikuras per minggu sebelum menjadi nyamuk," ucap Teguh.
Ia menuturkan cara yang paling efektif memberantas demam berdarah dengan membunuh jentik, karena dengan menghilangkan jentik, berarti telah memutuskan rantai berkembangbiakan nyamuk penyebab DBD.
Pengasapan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan, kata dia, hanya untuk membunuh nyamuk dewasa. Namun masyarakat harus memberantas perkembangan jentik nyamuk dan menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat.
Ia juga mengatakan bahwa penyakit DBD hingga kini belum ada obatnya, sehingga cara efektif yang harus dilakukan adalah dengan minum yang banyak dan dibantu dengan cairan infus.
Ia menyarankan masyarakat tidak menyepelekan anak atau keluarga yang kondisi suhu badannya panas atau demam.
Ketika ada yang mengalami demam, lanjutnya, minimal hari kedua harus dibawa ke puskesmas atau rumah sakit.
"Jangan dianggap itu demam biasa. Bisa saja itu adalah gejala DBD, apalagi dari kemarau ke penghujan seperti sekarang, banyak genangan air yang bisa menjadi sarang nyamuk aedes aegypti, nyamuk penular virus DBD," katanya.
Ia menjelaskan tentang tanda-tanda seseorang diserang DBD.
"Demam akibat DBD ini sering menipu, yakni badan panas di hari pertama hingga ketiga, namun hari keempat dan ke lima panasnya turun sehingga banyak yang mengira bahwa penyakitnya sembuh, padahal di masa itu justru terjadinya penurunan trombosit, maka jangan sepelekan demam, periksakan ke dokter, atau puskesmas, atau rumah sakit," ucap Teguh.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018