Ujoh Bilang (Antaranews Kaltim) - Dinas Kesehatan Kalimantan Timur menyatakan jumlah anak usia di bawah lima tahun yang stunting tergolong tinggi, yakni 30,6 persen dari total balita pada 2017, sehingga membutuhkan penanganan intensif oleh pihak terkait.

"Balita tumbuh kerdil (stunting) di Kaltim tiap tahun mengalami kenaikan, dari 26,7 persen pada 2015, menjadi 27,1 persen pada 2016, dan kembali naik menjadi 30,6 persen pada 2017," ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim Meliana di Ujoh Bilang, Jumat.

Ketika melakukan advokasi gerakan masyarakat hidup sehat di Balai Pertemuan Kampung Ujoh Bilang, sehari sebelumnya, ia mengatakan bahwa dari 10 kabupaten/kota di Kaltim, kasus stunting tertinggi saat ini di Kota Bontang. 

Setiap tahun, angka stunting di Bontang fluktuasi, yakni tercatat 16,1 persen pada 2014, menjadi 21,8 persen pada? 2015, turun menjadi 20,4 persen tahun 2016, dan naik menjadi 32,4 persen pada 2017. Terbanyak kedua Kabupaten Kutai Timur yang pada 2014 tercatat 24,7 persen, pada 2015 menjadi 30,2 persen, pada 2016 turun menjadi 29,8 persen, dan pada 2017 kembali naik menjadi 32,2 persen. 

Posisi tiga Kabupaten Penajam Paser Utara yang pada 2014 tercatat 29,5 persen, pada 2015 turun menjadi 21,9 persen, pada 2016 ada 27 persen, dan pada 2017 naik menjadi 31,9 persen. 

Kabupaten Paser berada di urutan empat dengan angka stunting pada 2014 sebesar 30,5 persen, pada 2015 turun menjadi 26,7 persen, pada 2016 kembali turun menjadi 24,6 persen, dan pada 2017 kembali naik menjadi 31,8 persen. 

Di posisi lima Kabupaten Kutai Barat yang pada 2014 tercatat 41 persen, pada 2015 turun menjadi 29,5 persen, pada 2016 turun menjadi 26,7 persen, namun pada 2017 naik menjadi 31,5 persen. 

Posisi enam Kabupaten Kutai Kartanegara yang pada 2014 ada 21,5 persen anak stunting, naik menjadi 32,9 persen pada 2015, naik lagi menjadi 37,1 persen pada 2016, dan turun menjadi 30,9 persen pada 2017. 

Empat daerah lainnya yang memiliki anak stunting pada 2017 adalah Kabupaten Berau 30,5 persen, Kabupaten Mahakam Ulu 30,4 persen, Kota Balikpapan tercatat 30,3 persen, dan Kota Samarinda paling sedikit tercatat 28,8 persen. 

"Anak stunting dengan usia 0-59 bulan ini masih bisa ditangani dengan pemberian ASI eksklusif dan gizi seimbang, sedangkan untuk mencegah jangan sampai ada stunting, maka ibu mengandung tidak boleh kekurangan gizi, bahkan anak juga harus dipenuhi gizinya," ucap Meliana. (*)

 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018