Samarinda (Antaranews Kaltim) - Sekelompok masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Kalimantan Timur, hingga kini masih terus merawat riparian (tanaman kanan - kiri sungai) dalam upaya menciptakan sungai bersih dan sehat.

"Merawat sungai plus ripariannya terus dilakukan bersama teman-teman meski saat puasa dan cuti bersama. Sedangkan hari ini ada lagi anggota GMSS-SKM yang kembali merawat riparian," ujar Ketua GMSS-SKM Samarinda Misman di Samarinda, Kamis.

Beberapa pengurus dan anggota GMSS-SKM yang hari ini merawat riparian antara lain Keinan Harjanie, Yustinus, Bahrul Huda, Iyau Tupang, dan Misman.

Perawatan yang dilakukan seperti membersihkan rumput liar di sekitar pohon yang beberapa bulan lalu ditanam dan mengalami pertumbuhan menggembirakan.

Kemudian menyulam tanaman yang ditanam sebelumnya tapi tidak tumbuh, membuat lubang untuk menanam pohon, bahkan mengangkat sampah dari sungai untuk dibuang ke tempat pembuangan sementara.

Misman menjelaskan bahwa riparian memiliki fungsi penting terhadap kebersihan dan kesehatan sungai karena keberadaannya menguatkan dinding bibir sungai, menyerap polutan air, sebagai peneduh, dan daunnya untuk menyerap polusi udara.

Jika banyak rumput liar di riparian dan ditumbuhi berbagai spesies pohon, lanjut Misman, maka air hujan yang langsung turun ke sungai menjadi berkurang karena terserap oleh aneka jenis rumput dan pohon yang masuk ke pori-pori tanah, sehingga secara perlahan air yang diturunkan ke sungai menjadi bersih setelah difilter oleh akar, bahkan air kotor pun akan terfilter.

Misman juga merasa bersyukur karena berbagai jenis pohon khas sungai yang sejak tahun 2016 lalu ditanam di garis sempadan dan riparian SKM di kawasan Muang, saat ini sudah tumbuh tinggi yang hampir 2 meter dan diyakini pohon ini akan terus tumbuh.

Dari pertumbuhan yang bagus ini, Misman berkhayal suatu saat Kota Samarinda memiliki hutan kota di sepanjang SKM, yang keberadaannya akan memicu munculnya kembali aneka satwa yang dulu sering berkelompok di sepanjang garis sempadan SKM.

Dulu, di sepanjang SKM banyak Orangutan yang hidup berkelompok karena masih banyak buah-buahan hutan dan pohon, termasuk satwa langka bekantan dan monyet.

Namun, karena sekarang pohon-pohon tersebut ditebangi, satwa langka itu terusir dan tersisa tinggal beberapa monyet yang terkadang terlihat di sedikit pepohonan di SKM.

"Kalau saya ini lan sudah tua, jadi kelak saya tidak harus melihat ada hutan kota di sepanjang SKM, namun keinginan saya adalah generasi penerus di Samarinda yang harus menikmati hutan kota. Luar biasa jika Samarinda punya hutan di sepanjang SKM karena lokasinya di tengah kota. Kalau di pedalaman ada hutan sungai, itu biasa. Tapi kalau kota yang punya, itu baru luar biasa," tutur Misman. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018