Samarinda (Antaranews Kaltim) - Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, resmi beroperasi sejak Kamis (24/5), menggantikan Bandara Temindung yang sudah tidak bisa dikembangkan lagi.
Peresmian dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak serta turut hadir Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah 7 Agus Subagio, Direktur Keselamatan Keamanan dan Standardisasi AirNav Indonesia Yurlis Hasibuan dan Kasubdit Standarisasi Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara Agus Pramuka serta undangan lainnya.
Awang mengatakan, Bandara APT Pranoto akan menjadi bandara internasional yang diharapkan dapat mendongkrak perekonomian Samarinda khususnya serta Kalimantan Timur pada umumnya, salah satunya dari sektor pariwisata.
"Sektor yang bisa menyumbang pendapatan asli daerah adalah pariwisata, karena itu dengan adanya bandara ini pintu gerbang untuk kemajuan pariwisata di Kalimantan Timur," katanya.
Dengan adanya Bandara APT Pranoto, lanjut dia, para wisatawan tidak perlu ke Balikpapan terlebih dahulu, bisa langsung ke Samarinda dan lanjut ke destinasi wisata, seperti Pulau Derawan, Maratua dan Pulau Kakaban.
"Nanti Garuda kita imbau tidak ke Balikpapan tapi ke Samarinda, masyarakat jangan ribut di koran kalau bandara ini ambil rejeki dari Bandara Balikpapan," katanya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga akan memberdayakan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di bandara tersebut.
"Nanti orang kalau mau beli oleh-oleh atau mencicipi makanan khas Kalimantan Timur, gammi cukup di bandara saja," katanya.
Ia juga akan membangun politeknik penerbangan dengan menggunakan sumber daya manusia (SDM) dari wilayahnya sendiri.
"Sehingga akan ada putera daerah Kalimantan Timur yang jadi pilot, kita akan cetaj 300.000 orang untuk menjadi ahli di penerbangan," katanya.
Awang menambahkan, ke depannya Bandara APT Pranoto akan menjadi pusat bisnis. "Kalau perlu kita bangun mal," katanya.
Bandara APT Pranoto dibangun oleh Pemprov Kalimantan Timur mulai tahun 2011 dan selesai tahun 2017.
Kemudian pada awal tahun 2018 diserahkan kepada Ditjen Perhubungan Udara untuk dioperasikan dan dikembangkan lebih lanjut melalui Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Temindung.
Ditjen Perhubungan Udara sejak awal tahun 2018 ini sudah melakukan beberapa kegiatan tambahan untuk memastikan standar keselamatan, keamanan dan kenyamanan pelayanan di bandara terpenuhi sesuai dengan annex 14 ICAO dan Peraturan Keselamatan penerbangan Sipil part 139 tentang Aerodromes.
Beberapa kegiatan tambahan tersebut di antaranya pembuatan "runway strip", lansekap dan pemagaran kompleks bandara.
Menurut Kepala OBU wilayah 7 Agus Subagio, Bandara APT Pranoto masih bisa dikembangkan dengan tidak terbatas. Bandara APT Pranoto merupakan bandara pengganti Bandara Temindung.
Rute Penerbangan
Menurut Kepala UPBU Temindung yang kemudian beralih menjadi UPBU APT Pranoto, Wahyu Siswoyo, rute komersial potensial yang bisa dilayani dari bandara itu di antaranya rute domestik yaitu dari Samarinda menuju Jakarta, Surabaya, Palangkaraya, Banjarmasin, Makassar dan Mamuju. Sedangkan rute internasional adalah ke Kuala Lumpur, Kuching, Kinibalu, Brunei Darussalam dan Singapura.
Namun, penggunaan Bandara APT Paranoto untuk tahap awal akan melayani rute penerbangan yang telah ada selama ini di Bandar Udara Temindung.
"Setelah itu akan kita kembangkan lebih lanjut. Saat ini sudah ada permintaan dari maskapai Garuda, Lion grup dan Sriwijaya grup untuk membuka penerbangan ke Jakarta, Surabaya dan Makassar," ujarnya.
Bandara Temindung berada di lokasi padat penduduk, sehingga rawan akan bahaya keamanan dan keselamatan penerbangan, yaitu landasan pacu terbatas hanya 1.040 x 23 meter, berada di tengah permukiman dan rawan banjir.
Karena itu, diperlukan bandara pengganti yang lebih untuk memenuhi standar keamanan dan keselamatan untuk melayani kebutuhan transportasi udara masyarakat Samarinda dan Kalimantan Timur.
Bandara APT Pranoto bisa melayani pesawat berbadan sedang, yaitu Boeing 737-900ER, namhn untuk tahap awal dioperasikan pesawat ATR 72/500 dan sejenisnya.
Panjang landasan pacu mencapai 2.250 x 45 meter, luas hangar 36,3 meter persegi, luas gedung pengendali lalu lintas udara (ATC) 688,55 meter persegi.
Luas gedung terminal, yaitu 12.700 meter persegi yang mampu menampung lima juta penumpang per tahun. Kapasitas pada jam sibuk 1.000 penumpang, luas lahan parkir 30.000 meter persegi untuk 1.000 mobil.
Cakupan penumpang, di antaranya dari Samarinda, Tenggarong, Bontang dan Sangata.
Selain itu, dengan adanya Bandar APT Pranoto, bisa menyerap 80 persen penumpang Bandara Sepinggan, Balikpapan yang berasal dari Kabupaten-Kota Samarinda, Bontang, Kutai Barat dan Kutai Timur.
Bandara APT Pranoto diharapkan dapat mempercepat perkembangan dan pemerataan ekonomi di wilayah Kalimantan Timur, baik dari sektor pariwisata, tambang dan gas, kelapa sawit maupun kelautan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018
Peresmian dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak serta turut hadir Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah 7 Agus Subagio, Direktur Keselamatan Keamanan dan Standardisasi AirNav Indonesia Yurlis Hasibuan dan Kasubdit Standarisasi Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara Agus Pramuka serta undangan lainnya.
Awang mengatakan, Bandara APT Pranoto akan menjadi bandara internasional yang diharapkan dapat mendongkrak perekonomian Samarinda khususnya serta Kalimantan Timur pada umumnya, salah satunya dari sektor pariwisata.
"Sektor yang bisa menyumbang pendapatan asli daerah adalah pariwisata, karena itu dengan adanya bandara ini pintu gerbang untuk kemajuan pariwisata di Kalimantan Timur," katanya.
Dengan adanya Bandara APT Pranoto, lanjut dia, para wisatawan tidak perlu ke Balikpapan terlebih dahulu, bisa langsung ke Samarinda dan lanjut ke destinasi wisata, seperti Pulau Derawan, Maratua dan Pulau Kakaban.
"Nanti Garuda kita imbau tidak ke Balikpapan tapi ke Samarinda, masyarakat jangan ribut di koran kalau bandara ini ambil rejeki dari Bandara Balikpapan," katanya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga akan memberdayakan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di bandara tersebut.
"Nanti orang kalau mau beli oleh-oleh atau mencicipi makanan khas Kalimantan Timur, gammi cukup di bandara saja," katanya.
Ia juga akan membangun politeknik penerbangan dengan menggunakan sumber daya manusia (SDM) dari wilayahnya sendiri.
"Sehingga akan ada putera daerah Kalimantan Timur yang jadi pilot, kita akan cetaj 300.000 orang untuk menjadi ahli di penerbangan," katanya.
Awang menambahkan, ke depannya Bandara APT Pranoto akan menjadi pusat bisnis. "Kalau perlu kita bangun mal," katanya.
Bandara APT Pranoto dibangun oleh Pemprov Kalimantan Timur mulai tahun 2011 dan selesai tahun 2017.
Kemudian pada awal tahun 2018 diserahkan kepada Ditjen Perhubungan Udara untuk dioperasikan dan dikembangkan lebih lanjut melalui Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Temindung.
Ditjen Perhubungan Udara sejak awal tahun 2018 ini sudah melakukan beberapa kegiatan tambahan untuk memastikan standar keselamatan, keamanan dan kenyamanan pelayanan di bandara terpenuhi sesuai dengan annex 14 ICAO dan Peraturan Keselamatan penerbangan Sipil part 139 tentang Aerodromes.
Beberapa kegiatan tambahan tersebut di antaranya pembuatan "runway strip", lansekap dan pemagaran kompleks bandara.
Menurut Kepala OBU wilayah 7 Agus Subagio, Bandara APT Pranoto masih bisa dikembangkan dengan tidak terbatas. Bandara APT Pranoto merupakan bandara pengganti Bandara Temindung.
Rute Penerbangan
Menurut Kepala UPBU Temindung yang kemudian beralih menjadi UPBU APT Pranoto, Wahyu Siswoyo, rute komersial potensial yang bisa dilayani dari bandara itu di antaranya rute domestik yaitu dari Samarinda menuju Jakarta, Surabaya, Palangkaraya, Banjarmasin, Makassar dan Mamuju. Sedangkan rute internasional adalah ke Kuala Lumpur, Kuching, Kinibalu, Brunei Darussalam dan Singapura.
Namun, penggunaan Bandara APT Paranoto untuk tahap awal akan melayani rute penerbangan yang telah ada selama ini di Bandar Udara Temindung.
"Setelah itu akan kita kembangkan lebih lanjut. Saat ini sudah ada permintaan dari maskapai Garuda, Lion grup dan Sriwijaya grup untuk membuka penerbangan ke Jakarta, Surabaya dan Makassar," ujarnya.
Bandara Temindung berada di lokasi padat penduduk, sehingga rawan akan bahaya keamanan dan keselamatan penerbangan, yaitu landasan pacu terbatas hanya 1.040 x 23 meter, berada di tengah permukiman dan rawan banjir.
Karena itu, diperlukan bandara pengganti yang lebih untuk memenuhi standar keamanan dan keselamatan untuk melayani kebutuhan transportasi udara masyarakat Samarinda dan Kalimantan Timur.
Bandara APT Pranoto bisa melayani pesawat berbadan sedang, yaitu Boeing 737-900ER, namhn untuk tahap awal dioperasikan pesawat ATR 72/500 dan sejenisnya.
Panjang landasan pacu mencapai 2.250 x 45 meter, luas hangar 36,3 meter persegi, luas gedung pengendali lalu lintas udara (ATC) 688,55 meter persegi.
Luas gedung terminal, yaitu 12.700 meter persegi yang mampu menampung lima juta penumpang per tahun. Kapasitas pada jam sibuk 1.000 penumpang, luas lahan parkir 30.000 meter persegi untuk 1.000 mobil.
Cakupan penumpang, di antaranya dari Samarinda, Tenggarong, Bontang dan Sangata.
Selain itu, dengan adanya Bandar APT Pranoto, bisa menyerap 80 persen penumpang Bandara Sepinggan, Balikpapan yang berasal dari Kabupaten-Kota Samarinda, Bontang, Kutai Barat dan Kutai Timur.
Bandara APT Pranoto diharapkan dapat mempercepat perkembangan dan pemerataan ekonomi di wilayah Kalimantan Timur, baik dari sektor pariwisata, tambang dan gas, kelapa sawit maupun kelautan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018