Samarinda (Antaranews Kaltim) - Komunitas Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Kalimantan Timur mengembangkan aktivitas untuk menyelamatkan kawasan laut, yakni mendirikan sekolah pesisir di Kecamatan Muara Badak.

"Pendirian sekolah pesisir diawali dari sering berdiskusi ringan dengan warga setempat, setelah kami memancing di laut kawasan Muara Badak, kemudian warga menanggapi sehingga terbentuk komunitas peduli lingkungan laut ini," ujar ahli lingkungan GMSS-SKM Khifyatul Akhyar, di Samarinda, Jumat.

Khifyatul yang lebih akrab disapa Akhyar Khay ini melanjutkan, sekolah pesisir tersebut berada di kawasan Pangempang, Desa Tanjung Limau, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara dan merupakan percontohan agar bisa ditiru warga lain.

Saat ini beberapa warga setempat yang mengerti akan pentingnya laut bagi kehidupan manusia dan makhluk lain, sudah mulai beraktivitas untuk memungut sampah guna menyelamatkan bumi, karena mereka mulai tergugah hatinya betapa berarti lingkungan bagi segenap makhluk ciptaan Tuhan.

Warga setempat, lanjut Akhyar, sebenarnya tidak ingin membuang sampah sembarangan baik ke belakang rumah maupun ke laut, namun di kawasan itu tidak disediakan tempat pembuangan sementara (TPS) maupun tempat pembuangan akhir (TPA), sehingga hal ini juga menjadi persoalan serius yang harus dicarikan solusi oleh semua pihak.

"Mudah-mudahan melalui sekolah pesisir maupun gerakan warga dalam memungut sampah di pesisir ini bisa menjadi embrio penyadaran, sekaligus mendorong pemerintah desa, kecamatan, dan pemerintah kabupaten untuk menyediakan TPS dan TPA di sekitar kawasan itu," ujarnya lagi.

Ia menuturkan bahwa banyak nelayan setempat sadar bahwa selama ini mereka mengabaikan laut, padahal mereka menggantungkan hidup dari laut, yakni menangkap ikan sebagai mata pencaharian utama, termasuk menggantungkan penghasilan dari tambak ikan yang banyak terdapat di kawasan pesisir.

Namun, karena mereka belum pernah mendapat pemahaman masalah lingkungan maupun contoh nyata bagaimana menyelamatkan bumi dimulai dari lingkungan sendiri, maka mereka tidak tahu harus berbuat apa, sehingga dari hasil diskusi ringan dengan warga itulah akhirnya kesadaran diri warga setempat mulai tumbuh.

"Ketika kita turut menikmati laut, bahkan menggantungkan hidup dari laut, maka kita jangan abai terhadap laut, seperti setelah merokok lalu puntungnya dibuang ke laut, makan roti kemudian bungkusnya dibuang ke laut. Jika ini dibiarkan bertahun-tahun, maka laut akan tercemar, sehingga ikan banyak mati yang kemudian penghasilan petani ikan menurun, bahkan bisa hilang," ujarnya pula.

Ia juga mengatakan bahwa antara darat, sungai, dan laut memiliki kaitan erat terhadap upaya menyelamatkan air karena sampah maupun limbah yang dibuang ke darat akan mengalir ke parit, kemudian lari ke sungai pada akhirnya akan menumpuk di laut.

"Oleh karena itu, GMSS-SKM kemudian memfasilitasi pembentukan komunitas Gerakan Menjaga dan Merawat Parit atau Gemmpar untuk merawat darat, kemudian memfasilitasi pembentukan komunitas sekolah pesisir untuk merawat kawasan pesisir," kata Akhyar yang juga Konsultan Amdal ini pula. (*)
Baca juga: Upaya Komunitas di Samarinda Gaungkan Restorasi Sungai
Baca juga: Pemerhati sungai Samarinda berburu bibit pohon khas
Baca juga: Komunitas GMSS-SKM Ajarkan Restorasi Sungai Kepada Pelajar

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018