Samarinda (Antaranews Kaltim) - Komunitas pemerhati sungai di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, hingga kini masih aktif berburu bibit dan biji pohon lokal khas pinggir air untuk ditanam di sisi kanan dan kiri sungai yang masih gersang, sekaligus menjaga dinding sungai dari abrasi.
"Selain untuk menjaga bibir sungai dari abrasi, kelak pohon khas riparian sungai juga memiliki banyak manfaat, di antaranya sebagai penyerap polutan air dan peneduh," tutur Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda Misman di Samarinda, Selasa.
Terkait besarnya manfaat pohon di pinggir sungai tersebut, Misman mengajak masyarakat tidak menebang atau membabat semua jenis tanaman di riparian.
Sedangkan untuk kawasan yang belum ditumbuhi pohon, pihaknya masih mencari aneka bibit dan biji baik yang ada di sepanjang daerah aliran Sungai Karang Mumus maupun dari lokasi lain yang cocok ditanam di riparian sungai itu.
Dalam usaha mencari bibit pohon ini, Misman juga dibantu banyak warga lain yang juga peduli terhadap kualitas air sungai. Bibit pohon yang cocok ditanam, antara lain ara, jinga, jambu-jambu, dan kedemba.
Sejumlah warga dan anggota GMSS-SKM yang mencintai sungai dan aktif mencari bibit pohon itu berasal dari berbagai elemen, antara lain mahasiswa, komunitas, dan masyarakat yang peduli, sehingga dari kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan pembibitan yang difokuskan di area Sekolah Sungai.
Ia juga mengatakan bahwa untuk mencegah kualitas air Sungai Karang Mumus agar tidak makin buruk, maka tidak cukup hanya mengandalkan riparian untuk menyerap polutan air, namun yang paling penting adalah kesadaran masyarakat tidak membuang sampah dan limbah ke sungai.
"Tindakan yang paling elok adalah pencegahan, maka untuk mencegah kualitas air SKM agar tidak menurun atau tidak tercemar, menjadi tanggung jawab bersama bagi semua warga Samarinda tidak membuang limbah ke sungai. Saya harap ini menjadi perhatian karena sungai bukanlah tempat sampah," katanya.
Ia menyayangkan masih ada sebagian warga Samarinda yang hingga kini suka membuang sampah ke sungai, padahal sudah sering diingatkan tentang peran dan fungsi sungai bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
"Air lebih mahal ketimbang emas karena manusia bisa hidup tanpa emas, namun tak bisa hidup tanpa air. Untuk itu, melimpahnya air yang dianugerahkan Tuhan lewat alam ini jangan disia-siakan dengan dijadikan tempat pembuangan sampah, namun harus dijaga dan dirawat agar airnya bersih. Apalagi, air Sungai Karang Mumus masih digunakan sebagai bahan baku produksi air dari PDAM," ucap Misman. (*)
Baca juga: Komunitas Pemerhati Sungai Samarinda Rawat Riparian SKM
Baca juga: Petinggi terbitkan larangan buang sampah ke Sungai Mahakam
Baca juga: LAN Samarinda Dukung Revitalisasi Sungai Karang Mumus
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018
"Selain untuk menjaga bibir sungai dari abrasi, kelak pohon khas riparian sungai juga memiliki banyak manfaat, di antaranya sebagai penyerap polutan air dan peneduh," tutur Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda Misman di Samarinda, Selasa.
Terkait besarnya manfaat pohon di pinggir sungai tersebut, Misman mengajak masyarakat tidak menebang atau membabat semua jenis tanaman di riparian.
Sedangkan untuk kawasan yang belum ditumbuhi pohon, pihaknya masih mencari aneka bibit dan biji baik yang ada di sepanjang daerah aliran Sungai Karang Mumus maupun dari lokasi lain yang cocok ditanam di riparian sungai itu.
Dalam usaha mencari bibit pohon ini, Misman juga dibantu banyak warga lain yang juga peduli terhadap kualitas air sungai. Bibit pohon yang cocok ditanam, antara lain ara, jinga, jambu-jambu, dan kedemba.
Sejumlah warga dan anggota GMSS-SKM yang mencintai sungai dan aktif mencari bibit pohon itu berasal dari berbagai elemen, antara lain mahasiswa, komunitas, dan masyarakat yang peduli, sehingga dari kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan pembibitan yang difokuskan di area Sekolah Sungai.
Ia juga mengatakan bahwa untuk mencegah kualitas air Sungai Karang Mumus agar tidak makin buruk, maka tidak cukup hanya mengandalkan riparian untuk menyerap polutan air, namun yang paling penting adalah kesadaran masyarakat tidak membuang sampah dan limbah ke sungai.
"Tindakan yang paling elok adalah pencegahan, maka untuk mencegah kualitas air SKM agar tidak menurun atau tidak tercemar, menjadi tanggung jawab bersama bagi semua warga Samarinda tidak membuang limbah ke sungai. Saya harap ini menjadi perhatian karena sungai bukanlah tempat sampah," katanya.
Ia menyayangkan masih ada sebagian warga Samarinda yang hingga kini suka membuang sampah ke sungai, padahal sudah sering diingatkan tentang peran dan fungsi sungai bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
"Air lebih mahal ketimbang emas karena manusia bisa hidup tanpa emas, namun tak bisa hidup tanpa air. Untuk itu, melimpahnya air yang dianugerahkan Tuhan lewat alam ini jangan disia-siakan dengan dijadikan tempat pembuangan sampah, namun harus dijaga dan dirawat agar airnya bersih. Apalagi, air Sungai Karang Mumus masih digunakan sebagai bahan baku produksi air dari PDAM," ucap Misman. (*)
Baca juga: Komunitas Pemerhati Sungai Samarinda Rawat Riparian SKM
Baca juga: Petinggi terbitkan larangan buang sampah ke Sungai Mahakam
Baca juga: LAN Samarinda Dukung Revitalisasi Sungai Karang Mumus
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018