Samarinda (ANTARA Kaltim) - Komunitas Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Kalimantan Timur, mengajarkan pola restorasi sungai kepada 25 orang pelajar SMA Asisi Samarinda, sekaligus memberikan pengertian tentang peran dan fungsi sungai.
"Siswa SMA Asisi ini merupakan peserta pertama yang belajar di Sekolah Sungai pada Posko Muang, sedangkan pendidikan sungai di tempat lain sudah sering kami lakukan, baik di Posko Abdul Muthalib maupun masuk kampus dan sejumlah sekolah," ujar Ketua GMSS-SKM Misman di Samarinda, Jumat.
Selain belajar beberapa hal terkait restorasi sungai, lanjutnya, para siswa yang merupakan anggota Pramuka Inti tersebut juga melakukan praktik pembibitan, memungut sampah plastik maupun sampah lain yang tidak mudah dicerna alam, termasuk praktik membuat ecobrik.
Ecobrik adalah botol plastik bekas minuman yang diisi sampah plastik sampai padat dan disusun hingga beberapa botol, sehingga dapat digunakan berbagai kebutuhan seperti tempat duduk, pembatas taman, meja belajar, dan lainnya sesuai keinginan.
Ecobrik memiliki tujuan utama mengurangi beban bumi dari sampah plastik, karena plastik tidak dapat terurai secara alami atau membutuhkan waktu ratusan tahun baru bisa hancur, sehingga keberadaannya dipastikan meracuni tanah.
Terkait memungut sampah dari sungai, lanjut Misman, cara ini juga merupakan pendidikan bagi siswa bahwa sungai merupakan ekosistem yang harus dirawat dan bukan tempat pembuangan sampah, karena banyak makhluk yang menggantungkan hidupnya dari sungai.
"Dari praktik riil merawat sungai dengan memungut sampah, saya yakin ke depan mereka akan ramah terhadap sungai. Minimal tidak akan membuang sampah ke sungai karena mereka pasti ingat pernah memungutnya," ucap Misman.
Sedangkan terkait praktik pembibitan di Sekolah Sungai Karang Mumus pada Posko Muang tersebut, pihaknya ingin membantu pemerintah mencetak hutan kota, karena hutan kota di Samarinda sangat minim, padahal banyak titik jalur hijau yang bisa dikembangkan.
Di sepanjang hulu hingga hilir SKM merupakan jalur hijau, sehingga sebagian kecil praktik pembibitan oleh para siswa tersebut kelak akan ditanam di DAS Karang Mumus untuk menambah hutan kota.
"Melalui gerakan memungut sehelai sampah dan pengembangan sekolah ini, kami ingin mengedukasi publik bagaimana mengembalikan fungsi sungai, termasuk ingin mencetak hutan kota sesuai kemampuan. Sedangkan kegiatan hari ini terselenggara melalui kerja sama GMSS-SKM, TVRI Kaltim, dan SMA Asisi Samarinda," ucap Misman. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Siswa SMA Asisi ini merupakan peserta pertama yang belajar di Sekolah Sungai pada Posko Muang, sedangkan pendidikan sungai di tempat lain sudah sering kami lakukan, baik di Posko Abdul Muthalib maupun masuk kampus dan sejumlah sekolah," ujar Ketua GMSS-SKM Misman di Samarinda, Jumat.
Selain belajar beberapa hal terkait restorasi sungai, lanjutnya, para siswa yang merupakan anggota Pramuka Inti tersebut juga melakukan praktik pembibitan, memungut sampah plastik maupun sampah lain yang tidak mudah dicerna alam, termasuk praktik membuat ecobrik.
Ecobrik adalah botol plastik bekas minuman yang diisi sampah plastik sampai padat dan disusun hingga beberapa botol, sehingga dapat digunakan berbagai kebutuhan seperti tempat duduk, pembatas taman, meja belajar, dan lainnya sesuai keinginan.
Ecobrik memiliki tujuan utama mengurangi beban bumi dari sampah plastik, karena plastik tidak dapat terurai secara alami atau membutuhkan waktu ratusan tahun baru bisa hancur, sehingga keberadaannya dipastikan meracuni tanah.
Terkait memungut sampah dari sungai, lanjut Misman, cara ini juga merupakan pendidikan bagi siswa bahwa sungai merupakan ekosistem yang harus dirawat dan bukan tempat pembuangan sampah, karena banyak makhluk yang menggantungkan hidupnya dari sungai.
"Dari praktik riil merawat sungai dengan memungut sampah, saya yakin ke depan mereka akan ramah terhadap sungai. Minimal tidak akan membuang sampah ke sungai karena mereka pasti ingat pernah memungutnya," ucap Misman.
Sedangkan terkait praktik pembibitan di Sekolah Sungai Karang Mumus pada Posko Muang tersebut, pihaknya ingin membantu pemerintah mencetak hutan kota, karena hutan kota di Samarinda sangat minim, padahal banyak titik jalur hijau yang bisa dikembangkan.
Di sepanjang hulu hingga hilir SKM merupakan jalur hijau, sehingga sebagian kecil praktik pembibitan oleh para siswa tersebut kelak akan ditanam di DAS Karang Mumus untuk menambah hutan kota.
"Melalui gerakan memungut sehelai sampah dan pengembangan sekolah ini, kami ingin mengedukasi publik bagaimana mengembalikan fungsi sungai, termasuk ingin mencetak hutan kota sesuai kemampuan. Sedangkan kegiatan hari ini terselenggara melalui kerja sama GMSS-SKM, TVRI Kaltim, dan SMA Asisi Samarinda," ucap Misman. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017