Balikpapan (Antaranews Kaltim) - Perusahaan Daerah Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, menjalin kesepakatan dengan PT Pelindo IV untuk membangun depo kontainer di lingkungan Kawasan Industri Kariangau (KIK).
"Biaya pembangunan depo kontainer sekitar Rp500 miliar di areal seluas 5 hektare kami tanggung bersama," kata Direktur Perusda Balikpapan Purba Wijaya di Balikpapan, Jumat.
Lahan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Balikpapan untuk pembangunan itu mencapai 142 hektare.
Menurut General Manager (GM) Pelindo IV Burhanuddin, untuk tahap awal bisa saja dibangun 4-6 hektare, tergantung hasil studi kelayakan yang sedang dilakukan.
"Untuk lahan seluas 2 hektare saja, depo itu sudah bisa menampung lebih kurang 2.000 kontainer," katanya.
Kedua belah pihak menyepakati pembangunan depo kontainer dimulai pada 14 Februari 2018 sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun ke-121 Kota Balikpapan.
Depo kontainer ini sebutan untuk lapangan penumpukan kontainer, baik sebelum dimuat ke kapal ataupun baru diturunkan dari kapal.
Berbagai jenis jasa berbayar muncul dari kegiatan ini, mulai dari kontainer masuk ke lapangan penumpukan, biaya menurunkan dari trailer atau tronton, biaya mengatur kontainer di lapangan, hingga biaya memuat kontainer ke kapal.
Biaya-biaya itu didasarkan pada ukuran panjang kontainer, yang umumnya 20 kaki (6 meter) dan 40 kaki (12 meter), dan apakah kontainernya ada isinya atau tidak.
Wakil Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas`ud yang juga pengusaha perkapalan memperhitungkan depo kontainer itu bisa menghasilkan pendapatan asli daerah hingga miliaran rupiah.
Biaya untuk memuat satu kontainer ukuran 20 kaki berisi, misalnya, rata-rata Rp750 ribu di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia.
Menurut Purba, Pelindo IV juga menginginkan memberi jasa pencucian kontainer di depo itu sebagai layanan tambahan, selain sudah pasti ada layanan bongkar muat dan pindah-memindah kontainer.
Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi berharap pembangunan depo kontainer bisa selesai tidak lebih lama dari satu tahun. "Saya minta secepatnya karena kebutuhan terminal ini mendesak," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018
"Biaya pembangunan depo kontainer sekitar Rp500 miliar di areal seluas 5 hektare kami tanggung bersama," kata Direktur Perusda Balikpapan Purba Wijaya di Balikpapan, Jumat.
Lahan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Balikpapan untuk pembangunan itu mencapai 142 hektare.
Menurut General Manager (GM) Pelindo IV Burhanuddin, untuk tahap awal bisa saja dibangun 4-6 hektare, tergantung hasil studi kelayakan yang sedang dilakukan.
"Untuk lahan seluas 2 hektare saja, depo itu sudah bisa menampung lebih kurang 2.000 kontainer," katanya.
Kedua belah pihak menyepakati pembangunan depo kontainer dimulai pada 14 Februari 2018 sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun ke-121 Kota Balikpapan.
Depo kontainer ini sebutan untuk lapangan penumpukan kontainer, baik sebelum dimuat ke kapal ataupun baru diturunkan dari kapal.
Berbagai jenis jasa berbayar muncul dari kegiatan ini, mulai dari kontainer masuk ke lapangan penumpukan, biaya menurunkan dari trailer atau tronton, biaya mengatur kontainer di lapangan, hingga biaya memuat kontainer ke kapal.
Biaya-biaya itu didasarkan pada ukuran panjang kontainer, yang umumnya 20 kaki (6 meter) dan 40 kaki (12 meter), dan apakah kontainernya ada isinya atau tidak.
Wakil Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas`ud yang juga pengusaha perkapalan memperhitungkan depo kontainer itu bisa menghasilkan pendapatan asli daerah hingga miliaran rupiah.
Biaya untuk memuat satu kontainer ukuran 20 kaki berisi, misalnya, rata-rata Rp750 ribu di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia.
Menurut Purba, Pelindo IV juga menginginkan memberi jasa pencucian kontainer di depo itu sebagai layanan tambahan, selain sudah pasti ada layanan bongkar muat dan pindah-memindah kontainer.
Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi berharap pembangunan depo kontainer bisa selesai tidak lebih lama dari satu tahun. "Saya minta secepatnya karena kebutuhan terminal ini mendesak," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018