Samarinda (Antaranews Kaltim) - Hasil kajian Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur menyatakan perbankan masih berhati-hati menyalurkan kredit untuk sektor pertambangan, sehingga posisi kredit sektor tersebut pada triwulan III-2017 minus 25,2 persen years on years (yoy).
"Tinggi risiko kredit pertambangan menyebabkan industri perbankan lebih berhati-hati menyaluran kredit ke lapangan usaha sektor pertambangan," ujar Kepala BI Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Muhammad Nur, di Samarinda, Sabtu.
Sebelumnya, saat memaparkan hasil Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Wilayah Kaltim, Nur menjelaskan bahwa kehati-hatian perbankan itu tercermin dari tren penurunan jumlah rekening pada kredit lapangan usaha pertambangan di Provinsi Kaltim sejak pertengahan 2014.
Sementara itu, risiko kredit yang tercermin dari Non Performing Loans (NPL) lapangan usaha pertambangan pada triwulan III-2017 tercatat 38,7 persen yoy.
Dari sisi pembiayaan, lanjutnya, pertumbuhan kredit pertambangan masih berada dalam fase kontraksi pada triwulan III-2017.
Pertumbuhan kredit pertambangan triwulan III-2017 perlambatan hingga minus 25,2 persen yoy, sedikit lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat minus 25,1 persen yoy.
Sedangkan untuk triwulan IV-2017, kinerja pertambangan diperkirakan masih terus mengalami perlambatan.
Berdasarkan hasil liaison, katanya pula, beberapa pelaku di lapangan usaha pertambangan mengakui adanya gangguan produksi seiring dengan anomali cuaca yang menyebabkan hujan berkepanjangan pada tahun 2017.
Sampai September 2017, produksi batu bara Kaltim mencapai 161 juta ton, sedangkan targetnya sebanyak 224 juta ton sepanjang 2017, sehingga angka tersebut sudah terealisasi 71,4 persen dari total target.
Menjelang akhir tahun, permintaan batu bara cenderung mengalami peningkatan khususnya dari negara-negara yang mengalami musim dingin.
Namun demikian, lanjut dia, kebijakan larangan impor batu bara pada sebagian pelabuhan yang terletak di Tiongkok bagian selatan, menjadi hambatan bagi importir Tiongkok untuk mendatangkan batu bara.
Ia menuturkan bahwa antrean panjang terjadi di pelabuhan-pelabuhan Tiongkok di bagian selatan yang masih membolehkan melakukan impor batu bara, sehingga hal ini mengganggu aktivitas perdagangan batu bara Tiongkok.
"Dalam publikasi Mc Closkey Coal Report edisi 423, beberapa importir Tiongkok melakukan pembatalan atas impor batu bara karena permasalahan di pelabuhan. Salah satu importir menyatakan perlu waktu 25 hari bagi kapal kargo untuk melakukan bongkar muat di pelabuhan di Tiongkok," katanya pula. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Tinggi risiko kredit pertambangan menyebabkan industri perbankan lebih berhati-hati menyaluran kredit ke lapangan usaha sektor pertambangan," ujar Kepala BI Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Muhammad Nur, di Samarinda, Sabtu.
Sebelumnya, saat memaparkan hasil Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Wilayah Kaltim, Nur menjelaskan bahwa kehati-hatian perbankan itu tercermin dari tren penurunan jumlah rekening pada kredit lapangan usaha pertambangan di Provinsi Kaltim sejak pertengahan 2014.
Sementara itu, risiko kredit yang tercermin dari Non Performing Loans (NPL) lapangan usaha pertambangan pada triwulan III-2017 tercatat 38,7 persen yoy.
Dari sisi pembiayaan, lanjutnya, pertumbuhan kredit pertambangan masih berada dalam fase kontraksi pada triwulan III-2017.
Pertumbuhan kredit pertambangan triwulan III-2017 perlambatan hingga minus 25,2 persen yoy, sedikit lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat minus 25,1 persen yoy.
Sedangkan untuk triwulan IV-2017, kinerja pertambangan diperkirakan masih terus mengalami perlambatan.
Berdasarkan hasil liaison, katanya pula, beberapa pelaku di lapangan usaha pertambangan mengakui adanya gangguan produksi seiring dengan anomali cuaca yang menyebabkan hujan berkepanjangan pada tahun 2017.
Sampai September 2017, produksi batu bara Kaltim mencapai 161 juta ton, sedangkan targetnya sebanyak 224 juta ton sepanjang 2017, sehingga angka tersebut sudah terealisasi 71,4 persen dari total target.
Menjelang akhir tahun, permintaan batu bara cenderung mengalami peningkatan khususnya dari negara-negara yang mengalami musim dingin.
Namun demikian, lanjut dia, kebijakan larangan impor batu bara pada sebagian pelabuhan yang terletak di Tiongkok bagian selatan, menjadi hambatan bagi importir Tiongkok untuk mendatangkan batu bara.
Ia menuturkan bahwa antrean panjang terjadi di pelabuhan-pelabuhan Tiongkok di bagian selatan yang masih membolehkan melakukan impor batu bara, sehingga hal ini mengganggu aktivitas perdagangan batu bara Tiongkok.
"Dalam publikasi Mc Closkey Coal Report edisi 423, beberapa importir Tiongkok melakukan pembatalan atas impor batu bara karena permasalahan di pelabuhan. Salah satu importir menyatakan perlu waktu 25 hari bagi kapal kargo untuk melakukan bongkar muat di pelabuhan di Tiongkok," katanya pula. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017