Bagaimana sebuah sekolah internasional sarat prestasi menangani siswa-siswanya yang kadang berpetualang menjalani kenakalan khas remaja dan kelebihan energi?

Salah satu cara yang dilakukan Kepala Sekolah Indonesia di Kota Kinabalu (SIKK) Istiqlal, S.Pd., M.M. adalah kamp kedisiplinan. Kamp ini semacam acara pembekalan ulang bagi para pelajar. Bisa disebut mirip penataran P4 zaman orde baru dahulu, kemudian digabung dengan sedikit kegiatan fisik khas masa orientasi pengenalan kampus (ospek).

Di kamp kedisiplinan, ada kegiatan ceramah dan diskusi di kelas dan ada pula kegiatan lapangan.

Bukan kegiatan orientasi sebab mereka bukan siswa baru, melainkan siswa yang kebetulan mengalami sedikit masalah, kata Saefur Rokhman, guru SIKK.

Tuan Guru Besar Istiqlal pun menjelaskan bahwa sebagai kelompok usia yang baru memulai hidup, sifat remaja memang dipenuhi rasa keingintahuan. Bahkan, sering kali hal-hal yang belum waktunya menjadi sesuatu yang menarik bagi mereka.

Untuk itu, apabila tidak diarahkan atau dibiarkan, remaja akan mudah terjerumus melakukan perbuatan yang melanggar aturan atau melanggar norma.

Dari 900-an siswa, mulai dari taman kanak-kanak hingga tingkat SMA, adalah sebagian kecil mereka memiliki sifat itu, kata Istiqlal yang punya sebutan Tuan Guru Besar, istilah untuk kepala sekolah di Malaysia.

Di SIKK, siswa sudah dianggap bermasalah, antara lain, apabila ketahuan merokok. Tanpa menyebutkan alasan kesehatan, merokok sendiri dilarang di Malaysia untuk yang belum berusia 18 tahun.

Begitu pula, menjual rokok kepada mereka yang usianya belum sampai 18 tahun. Aturan larangan ini dilaksanakan dengan ketat.

Di warung atau toko swalayan, rokok hanya bisa didapat dengan meminta kepada kasir karena produk itu selau diletakkan di belakang kasir.

Di meja kasir warung atau toko swalayan itu, juga ada peringatan larangan menjual rokok kepada mereka yang belum cukup umur. Ancaman atas pelanggaran ini adalah penutupan usaha.

Kasir tidak berani melanggar aturan tersebut karena dia juga diancam pemutusan hubungan kerja. Untuk mengawasinya, terutama di toko swalayan, selalu ada kamera pengintai. Untuk warung kecil di permukiman, laporan warga menjadi andalan.

"Jadi, kalau ada siswa yang merokok, bisa jadi ada masalah yang lebih besar di rumah," ucap Saefur.

Selain merokok, kadang antarsiswa terjadi perkelahian. Dengan alasan apa pun, hal itu dilarang. Kadang-kadang juga ada siswa yang bolos, tidak hadir pada jam pelajaran tanpa pemberitahuan.

Mereka inilah yang menjadi peserta kamp kedisiplinan yang digelar selama 2 hari, mulai 10 hingga 11 November 2017.

Sebanyak 34 siswa dari tingkatan SMP dan SMA di SIKK diikutkan program itu. Mereka bermalam di sekolah di Jalan 3B Nomor 6 KKIP Selatan Dua di pinggiran timur laut Kota Kinabalu.

Pada hari Sabtu (11/11), ada materi khusus Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara yang disampaikan Mayor Infanteri Jajang Nurul H.F., perwira penghubung (liaison officer) TNI di Kota Kinabalu.

Oleh Mayor Jajang, para siswa diajak menonton film-film dokumenter mengenai Indonesia, keragaman suku bangsa, agama, cara hidup atau adat istiadat, sampai sistem politik, dasar negara, dan ideologi.

"Jadi, jangan berkelahi dengan teman kamu. Itu saudara sebangsa. Yang betul itu `banyakin` teman," kata Mayor Jajang.

Agar anak-anak tidak kehilangan minat, Mayor Jajang juga mengajak mereka ke luar ruangan dan memberi kegiatan latihan baris-berbaris.

Walaupun tampak sederhana, latihan baris-berbaris terbukti efektif meningkatkan perhatian dan disiplin siswa. Latihan yang dipadu dengan yel-yel, pujian penghargaan dan hukuman kecil itu mampu membuat siswa bersemangat dan menjadi lebih mengenal dan akrab dengan kawan-kawannya.

Menurut Tuan Guru Besar Istiqlal, jika hasil kamp kedisiplinan itu baik dan positif, tidak menutup kemungkinan kamp ini dijalankan untuk siswa lain, tidak hanya bagi siswa yang bermasalah.

Di kamp itu, pihaknya ingin semua anak menemukan potensinya dan bisa memaksimalkan diri.

"Anak-anak kami ada yang juara lomba sains, juara menari, menyanyi, berprestasi di bidang olahraga di berbagai tingkatan, bahkan sampai internasional," ujarnya.

Begitu pula, anak-anak yang sempat bermasalah itu, pihaknya mencarikan jalannya sambil mengajak orang tua turut berperan lebih maksimal.

Siswa-siswa SIKK umumnya anak-anak para pekerja asal Indonesia di Kota Kinabalu dan sekitarnya. Sebagian besar mereka berasal dari bagian timur Indonesia, seperti Nusa Tenggara Timur atau keturunan para perantau Bugis-Makassar. Orang Jawa juga banyak dan sebagian kecil lagi Banjar.

Mengingat letak SIKK berada di pinggir Kota Kinabalu, ada anak yang sudah berangkat ke sekolah ini mulai pukul 05.00 agar tidak terlambat masuk sekolah. Terlebih lagi, mereka yang tinggal di bagian pinggiran kota yang lain, seperti Tuaran atau Penampang.

Di sisi lain, karena sekolah internasional, SIKK menjadi mitra menarik bagi sekolah tempatan untuk menjalin berbagai kerja sama pendidikan dan kebudayaan.

Setiap Sabtu yang merupakan hari libur resmi, sekolah itu tetap saja ramai oleh beragam kegiatan yang dilakukan siswa/siswinya.

Selain kamp kedisiplinan, kata Cikgu Saefur, pada hari ini pihaknya juga mengadakan pertandingan persahabatan bola voli dengan sekolah tempatan ini. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017