Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kapal kayu yang menyusuri Sungai Mahakam dengan rute Samarinda-Mahakam Ulu atau sebaliknya hingga kini masih diminati warga dalam bepergian, meskipun waktu tempuhnya cukup lama dan melelahkan.
"Kalau saya lebih suka naik kapal mulai tempat tinggal saya di Long Bagun sampai Samarinda, ketimbang naik speedboat turun di Tering yang harus melanjutkan perjalanan darat ke Samarinda," ujar Ivan Roni, salah seorang penumpang saat berbincang dengan Antara di atas kapal rute Mahulu-Samarinda, Minggu.
Ia mengatakan, kalau naik mobil jarak jauh dan sebagai penumpang akan mabuk darat, kecuali menjadi sopir, sehingga lebih memilih naik kapal meski membutuhkan waktu lama. Selama perjalanan banyak pemandangan yang bisa dinikmati di sepanjang jalur Sungai Mahakam.
Kapal ini mulai jalan di Dermaga Batoq Kelo, Long Bagun, Mahakam Ulu sekitar pukul 07.00 Wita dan sampai di Dermaga Sungai Kunjang Samarinda antara pukul 10.00 hingga 11.00 Wita keesokan harinya.
Lama perjalanan tergantung pada besar kecilnya kapal atau seberapa sering singgah di "dermaga tikus" sepanjang perjalanan yang berderet pemukiman warga tersebut, karena sering pula penumpang naik dari berbagai perkampungan di sepanjang Sungai Mahakam.
Dalam lama perjalanan sekitar 27 jam ini, biaya yang dikeluarkan penumpang bervariasi, yakni Rp200.000 untuk penumpang yang mengambil di dek bawah, kemudian Rp250.000 untuk penumpang yang menempati dek lantai dua yang disediakan ranjang dan kasur kecil untuk satu orang.
Sepanjang perjalanan mulai Mahakam Ulu hingga Samarinda, banyak penumpang yang naik dan turun baik penumpang dari warga di kampung sepanjang sungai maupun penumpang dari beberapa perusahaan kayu dan tambang batu bara di sepanjang kawasan ini.
Tujuan penumpang yang naik kapal pun variatif, ada yang Mahulu-Samarinda, antarkampung terdekat di Mahulu, Mahulu-Tering, Tering-Melak, Melak Samarinda, dan banyak juga yang hanya Melak-Tenggarong, bahkan ada yang Tenggarong-Samarinda.
"Lebih nyaman naik kapal ketimbang mobil. Saya sering pulang pergi dengan kapal karena rumah saya di Kampung Long Bagun Ulu, sedangkan tempat kerja saya di Tanah Merah, Samarinda. Lebih nikmat naik kapal karena tidak ada sesuatu yang dikejar," ucap Ivan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Kalau saya lebih suka naik kapal mulai tempat tinggal saya di Long Bagun sampai Samarinda, ketimbang naik speedboat turun di Tering yang harus melanjutkan perjalanan darat ke Samarinda," ujar Ivan Roni, salah seorang penumpang saat berbincang dengan Antara di atas kapal rute Mahulu-Samarinda, Minggu.
Ia mengatakan, kalau naik mobil jarak jauh dan sebagai penumpang akan mabuk darat, kecuali menjadi sopir, sehingga lebih memilih naik kapal meski membutuhkan waktu lama. Selama perjalanan banyak pemandangan yang bisa dinikmati di sepanjang jalur Sungai Mahakam.
Kapal ini mulai jalan di Dermaga Batoq Kelo, Long Bagun, Mahakam Ulu sekitar pukul 07.00 Wita dan sampai di Dermaga Sungai Kunjang Samarinda antara pukul 10.00 hingga 11.00 Wita keesokan harinya.
Lama perjalanan tergantung pada besar kecilnya kapal atau seberapa sering singgah di "dermaga tikus" sepanjang perjalanan yang berderet pemukiman warga tersebut, karena sering pula penumpang naik dari berbagai perkampungan di sepanjang Sungai Mahakam.
Dalam lama perjalanan sekitar 27 jam ini, biaya yang dikeluarkan penumpang bervariasi, yakni Rp200.000 untuk penumpang yang mengambil di dek bawah, kemudian Rp250.000 untuk penumpang yang menempati dek lantai dua yang disediakan ranjang dan kasur kecil untuk satu orang.
Sepanjang perjalanan mulai Mahakam Ulu hingga Samarinda, banyak penumpang yang naik dan turun baik penumpang dari warga di kampung sepanjang sungai maupun penumpang dari beberapa perusahaan kayu dan tambang batu bara di sepanjang kawasan ini.
Tujuan penumpang yang naik kapal pun variatif, ada yang Mahulu-Samarinda, antarkampung terdekat di Mahulu, Mahulu-Tering, Tering-Melak, Melak Samarinda, dan banyak juga yang hanya Melak-Tenggarong, bahkan ada yang Tenggarong-Samarinda.
"Lebih nyaman naik kapal ketimbang mobil. Saya sering pulang pergi dengan kapal karena rumah saya di Kampung Long Bagun Ulu, sedangkan tempat kerja saya di Tanah Merah, Samarinda. Lebih nikmat naik kapal karena tidak ada sesuatu yang dikejar," ucap Ivan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017