Samarinda (ANTARA Kaltim) - Konsultan pengembangan wilayah dan ekonomi Dr Warsilan, SE, MT dari Universitass Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur, merekomendasikan kepada Pemkab Mahakam Ulu adopsi pola transmigrasi pugar untuk pengembangan ekonomi dan kewilayahan.
"Transmigrasi pugar merupakan teknik meningkatkan jumlah penduduk di suatu desa/kampung yang sudah mulai ditinggalkan oleh penduduknya, seperti yang terjadi di kawasan perbatasan di Kampung Long Pahangai Dua, Kecamatan Long Pahangai," ujar Warsilan di Samarinda, Rabu.
Pola transmigrasi pugar merupakan rekomendasi utama yang disarankan untuk diterapkan guna menghindari konflik di masa mendatang, karena transmigrasi konvensional yang dulu pernah diterapkan pemerintah, yakni mendatangkan penduduk dari luar, pada akhirnya menimbulkan masalah dengan penduduk setempat.
Rekomendasi tersebut disampaikan untuk diterapkan di Mahakam Ulu, setelah tim konsultan dari Universitas Mulawarman melakukan kajian dari hasil kerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Timur.
Sedangkan transmigrasi pugar berbasis kawasan yang direkomendasikan itu berorientasi pada pengembangan perdesaan, suatu pengembangan kawasan yang berpotensi meningkatkan ekonomi lokal.
"Apabila di kampung tersebut potensinya adalah perkebunan karet, maka bantuan dari pemerintah juga harus diarahkan untuk pengembangan karet, jika diarahkan pada perkebunan sawit, tentu akan mengubah kebiasaan warga sehingga hal ini sulit berhasil," katanya.
Dalam transmigrasi pugar yang direkomendasikan tersebut, lanjutnya, dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan jumlah penduduk karena di kampung terkait penduduknya banyak yang pindah dengan berbagai alasan, terutama alasan ekonomi.
Cara yang dilakukan untuk menambah jumlah penduduk ada dua pola, pertama adalah membangun unit satuan pemukiman baru di sekitar pemukiman lama, kedua adalah memecah kepala keluarga (kk) dalam satu rumah, karena pada umumnya dalam satu rumah ada dua hingga tiga kk sehingga pecahan kk tersebut diminta menempati rumah yang dibangun pemerintah.
"Untuk menuju keberhasilan dua pola ini, pemerintah juga mengembangkan perekonomian yang disesuaikan dengan potensi kampung. Seperti di Long Pahangai Dua yang memiliki perkebunan karet, maka peningkatan, intensifikasi, dan pengembangan karet juga dilakukan agar perekonomian kembali tumbuh dan jumlah penduduknya tidak berkurang, justru makin bertambah," katanya.
Sedangkan untuk mengembangkan potensi lokal tersebut, lanjutnya, maka sistem yang diterapkan adalah dengan memberikan subsidi kepada warga selama dua tahun dan terus dilakukan pendampingan, sehingga diyakini dalam 15 tahun kemudian kampung tersebut akan berkembang.
"Tata ruang pengembangan transmigrasi pugar di Long Pahangai Dua sudah disusun dan akan dibangun 200 unit rumah tipe 36. Rumah ini akan ditempati oleh warga setempat dan bisa juga dari warga kampung terdekat," ucap Warsilan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Transmigrasi pugar merupakan teknik meningkatkan jumlah penduduk di suatu desa/kampung yang sudah mulai ditinggalkan oleh penduduknya, seperti yang terjadi di kawasan perbatasan di Kampung Long Pahangai Dua, Kecamatan Long Pahangai," ujar Warsilan di Samarinda, Rabu.
Pola transmigrasi pugar merupakan rekomendasi utama yang disarankan untuk diterapkan guna menghindari konflik di masa mendatang, karena transmigrasi konvensional yang dulu pernah diterapkan pemerintah, yakni mendatangkan penduduk dari luar, pada akhirnya menimbulkan masalah dengan penduduk setempat.
Rekomendasi tersebut disampaikan untuk diterapkan di Mahakam Ulu, setelah tim konsultan dari Universitas Mulawarman melakukan kajian dari hasil kerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Timur.
Sedangkan transmigrasi pugar berbasis kawasan yang direkomendasikan itu berorientasi pada pengembangan perdesaan, suatu pengembangan kawasan yang berpotensi meningkatkan ekonomi lokal.
"Apabila di kampung tersebut potensinya adalah perkebunan karet, maka bantuan dari pemerintah juga harus diarahkan untuk pengembangan karet, jika diarahkan pada perkebunan sawit, tentu akan mengubah kebiasaan warga sehingga hal ini sulit berhasil," katanya.
Dalam transmigrasi pugar yang direkomendasikan tersebut, lanjutnya, dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan jumlah penduduk karena di kampung terkait penduduknya banyak yang pindah dengan berbagai alasan, terutama alasan ekonomi.
Cara yang dilakukan untuk menambah jumlah penduduk ada dua pola, pertama adalah membangun unit satuan pemukiman baru di sekitar pemukiman lama, kedua adalah memecah kepala keluarga (kk) dalam satu rumah, karena pada umumnya dalam satu rumah ada dua hingga tiga kk sehingga pecahan kk tersebut diminta menempati rumah yang dibangun pemerintah.
"Untuk menuju keberhasilan dua pola ini, pemerintah juga mengembangkan perekonomian yang disesuaikan dengan potensi kampung. Seperti di Long Pahangai Dua yang memiliki perkebunan karet, maka peningkatan, intensifikasi, dan pengembangan karet juga dilakukan agar perekonomian kembali tumbuh dan jumlah penduduknya tidak berkurang, justru makin bertambah," katanya.
Sedangkan untuk mengembangkan potensi lokal tersebut, lanjutnya, maka sistem yang diterapkan adalah dengan memberikan subsidi kepada warga selama dua tahun dan terus dilakukan pendampingan, sehingga diyakini dalam 15 tahun kemudian kampung tersebut akan berkembang.
"Tata ruang pengembangan transmigrasi pugar di Long Pahangai Dua sudah disusun dan akan dibangun 200 unit rumah tipe 36. Rumah ini akan ditempati oleh warga setempat dan bisa juga dari warga kampung terdekat," ucap Warsilan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017