Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Pertumbuhan peternakan ayam lokal (ayam kampung) di Provinsi Kalimantan Timur hingga saat ini tidak mengalami perkembangan alias stagnan, sehingga perlu komitmen pelaku usaha, pemerintah, dan pihak terkait untuk mempercepat pertumbuhannya.

"Bantuan pihak terkait yang dibutuhkan terutama untuk meyakinkan potensi, membantu dalam pemasaran produk-produk unggas lokal dan hal lain yang terkait," ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kaltim Dadang Sudarya di Samarinda, Jumat.

Kendala yang dihadapi pada pasar dan pemasaran, yakni konsumsi masyarakat yang merasakan bahwa unggas lokal atau bukan ras (buras), alias ayam kampung harganya masih lebih mahal ketimbang ayam ras dengan bobot badan yang sama.

Faktanya harga ayam kampung memang lebih mahal, terlebih saat ini pertumbuhan ekonomi sedang lesu dan pendapatan masyarakat kian menurun, sehingga tingkat konsumsi masyarakat juga terbatas untuk membeli bahan pangan murah.

Kondisi ini, lanjutnya, menjadi tantangan dalam membangun berkembangnya usaha unggas lokal di Kalimantan Timur. Untuk itu, ia berharap kerja sama unsur akedemis, unsur pengusaha, dan pemerintah dapat berjalan sinergis dalam mengelola dan membangun usaha unggas lokal di Kaltim.

Menurut dia, kebutuhan daging unggas bagi Kaltim cukup besar sebagai sumber protein, sementara kondisi sekarang masih mengandalkan dari unggas yang lebih banyak dipenuhi dari ayam ras.

Hal itu dikatakan Dadang saat Pengukuhan Pengurus Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Provinsi Kaltim sekaligus Pengurus Himpuli Kabupaten Kutai Timur, di Hotel Amaris Samarinda.

"Di sinilah peran Himpuli dalam upaya pengembangan industri perunggasan lokal di Kaltim, sehingga ke depan ayam lokal terus berkembang pesat dan harganya juga bisa terjangkau masyarakat," tuturnya.

Ia melakukan bahwa perjalanan Himpuli di Kaltim sebenarnya sudah ada sejak tahun 2010, bahkan salah satu anggotanya sempat menjadi Sekjen di DPP Himpuli.

Sedangkan khusus untuk DPW Himpuli Kaltim, perannya memang masih terbatas dalam usaha budidaya ayam, belum sampai aspek hulu maupun hilirnya. Bisa diibaratkan Himpuli secara organisasi, hidup segan mati tak mau.

Kondisi ini, katanya, berbanding terbalik dengan para kelompok atau peternak unggas lokal di Kaltim, terbukti pada tahun 2015 salah satu kelompoknya menjadi yang terbaik di tingkat nasional.

"Kelompok terbaik itu adalah Kelompok Perdau Mandiri dari Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur yang memperoleh penghargaan sebagai Juara I Lomba Tingkat Nasional kategori Kelompok Unggas Lokal, karena kelompok ini inovatif mulai hulu hingga hilir," ucap Dadang. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017