Samarinda (ANTARA News - Kaltim)- Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) di Kaltim pada 2007, kecenderungan angka kelahiran atau fertilitas Kaltim mengalami fluktuasi namun secara garis besar mencapai 2,7.
"Angka fertilitas di Kaltim lebih tinggi 0,1 ketimbang fertilitas nasional yang mencapai 2,6 pada tahun 2007, artinya angka fertilitas di Kaltim 2,7 anak tiap wanita†ujar Kabid Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) M. Hatta , Selasa, di Samarinda.
Secara nasional, angka fertilitas masyarakat Indonesia mengalami penurunan, yaitu pada awalnya tiga anak tiap wanita di tahun 1991 menjadi dua anak tiap wanita pada 2007.
"Hal itu menunjukkan tren positif terhadap jumlah penduduk di Indonesia," papar dia.
Di wilayah Kaltim, umur median kawin pertama terus mengalami peningkatan, dari 17,8 di tahun 1991 kemudian meningkat mencapai 20,4 pada 2007. Data itu menggambarkan bahwa rata-rata wanita Kaltim kawin pertama kali pada umur 20 tahun.
Menurut Tren Angka Fertilitas Total (TFR), angka fertilitas yang diinginkan oleh wanita Kaltim lebih rendah ketimbang angka fertilitas total, hal ini mengindikasikan telah terjadi kelahiran yang sebenarnya tidak diinginkan.
Berdasarkan data SDKI 2007, angka fertilitas total di Kaltim 2,7 anak tiap wanita, sementara angka fertilitas yang diinginkan adalah 2,3 anak. Dengan demikian telah terjadi 0,4 kelahiran anak tiap wanita yang tidak diinginkan.
Kelahiran yang diinginkan dapat dicapai dengan beberapa asumsi, yaitu adanya penurunan angka kegagalan pemakaian kontrasepsi, penurunan drop out peserta KB dan peningkatan KB MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang).
Program KB bertujuan antara lain mencegah tingkat fertilitas yang tinggi, piramida penduduk meggelembung pada usia produktif dan berkurangnya Dependency Ratio (rasio beban ketergantungan).
"Harapannya agar tidak terjadi peledakan penduduk yang berdampak negatif terhadap ketersediannya pangan, selain itu juga diharapkan dapat memutus lingkaran kemiskinan," papar dia.
Hal itu sesuai dengan pernyataan Prof.DR.dr Sutaryo,SpA(K) dari Fakultas Kedokteran UGM. Ia menyatakan program KB tidak hanya sebatas pada pengendalian jumlah penduduk tapi yang lebih penting adalah meningkatkan kualitas hidup manusia mendatang (Quality of Life ).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011
"Angka fertilitas di Kaltim lebih tinggi 0,1 ketimbang fertilitas nasional yang mencapai 2,6 pada tahun 2007, artinya angka fertilitas di Kaltim 2,7 anak tiap wanita†ujar Kabid Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) M. Hatta , Selasa, di Samarinda.
Secara nasional, angka fertilitas masyarakat Indonesia mengalami penurunan, yaitu pada awalnya tiga anak tiap wanita di tahun 1991 menjadi dua anak tiap wanita pada 2007.
"Hal itu menunjukkan tren positif terhadap jumlah penduduk di Indonesia," papar dia.
Di wilayah Kaltim, umur median kawin pertama terus mengalami peningkatan, dari 17,8 di tahun 1991 kemudian meningkat mencapai 20,4 pada 2007. Data itu menggambarkan bahwa rata-rata wanita Kaltim kawin pertama kali pada umur 20 tahun.
Menurut Tren Angka Fertilitas Total (TFR), angka fertilitas yang diinginkan oleh wanita Kaltim lebih rendah ketimbang angka fertilitas total, hal ini mengindikasikan telah terjadi kelahiran yang sebenarnya tidak diinginkan.
Berdasarkan data SDKI 2007, angka fertilitas total di Kaltim 2,7 anak tiap wanita, sementara angka fertilitas yang diinginkan adalah 2,3 anak. Dengan demikian telah terjadi 0,4 kelahiran anak tiap wanita yang tidak diinginkan.
Kelahiran yang diinginkan dapat dicapai dengan beberapa asumsi, yaitu adanya penurunan angka kegagalan pemakaian kontrasepsi, penurunan drop out peserta KB dan peningkatan KB MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang).
Program KB bertujuan antara lain mencegah tingkat fertilitas yang tinggi, piramida penduduk meggelembung pada usia produktif dan berkurangnya Dependency Ratio (rasio beban ketergantungan).
"Harapannya agar tidak terjadi peledakan penduduk yang berdampak negatif terhadap ketersediannya pangan, selain itu juga diharapkan dapat memutus lingkaran kemiskinan," papar dia.
Hal itu sesuai dengan pernyataan Prof.DR.dr Sutaryo,SpA(K) dari Fakultas Kedokteran UGM. Ia menyatakan program KB tidak hanya sebatas pada pengendalian jumlah penduduk tapi yang lebih penting adalah meningkatkan kualitas hidup manusia mendatang (Quality of Life ).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011