Samarinda (ANTARA Kaltim) - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Aris Merdeka Sirait akan memberikan pendampingan tiga balita yang menjadi korban bom di Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Kota Samarinda.
"Komnas Perlindungan Anak akan mengawal kasus ini, baik dalam penegakan hukum maupun dengan pendampingan melalui terapi kepada tiga anak terluka akibat bom Gereja Oikumene yang saat ini masih dirawat di rumah sakit," katanya saat mengunjungi rumah Intan Olivia (2,5), kobran tewas ledakan bom Gereja Oikumene, di Jalan Jati 3, RT 27, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda, Selasa.
Komnas Perlindungan Anak, katanya, mengutuk keras peledakan bom di Gereja Oikumene yang menyebabkan Intan Olivia meninggal dunia serta melukai tidak anak lainnya.
Ia menyatakan aksi itu merupakan perbuatan keji dan menilai perbuatan tersebut sebagai tindakan pencabutan secara paksa hak hidup seseorang terlebih korbannya anak-anak.
"Peristiwa ini tentu tidak bisa lagi ditoleransi karena tindakan tersebut bukan lagi peristiwa biasa tetapi amat luar biasa karena korbannya adalah anak-anak. Perbuatan itu merupakan perampasan kemerdekaan terhadap anak-anak dan secara khusus adalah pencabutan secara paksa hak hidup seseorang. Ini adalah tindakan keji dan kejahatan terhadap kemanusiaan," tuturnya.
Komnas Perlindungan Anak, katanya, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut memerangi kejahatan terhadap anak.
"Tidak ada toleransi lagi dan ini harus diperangi. Jadi, kami mengajak seluruh masyarakat agar tidan mentolelir setiap perbuatan yang dapat merampas hak anak-anak, apalagi hak hidup mereka," katanya.
Intan Olivia, merupakan satu korban tewas akibat ledakan bom yang terjadi di Gereja Oikumene di Jalan Cipto Mangunkusumo RT 03, Nomor 37, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, pada Minggu pagi sekitar pukul 10. 15 Wita.
Anak pasangan Anggiat Manuppak Banjarmahor dengan Diana Susan Br Sinaga itu, menghebuskan nafas terakhir pada Senin subuh (14/11) sekitar pukul 04. 00 Wita, akibat luka bakar yang diderita mencapai 78 persen serta pembengkakan paru-paru setelah menghirup asap dari ledakan bom tersebut.
Sementara tiga korban lainnya yakni, Triniti Hutahaya (3) yang menderita luka bakar mencapai 50 persen dan juga mengalami pembengkakan paru-paru akibat menghirup asap saat terjadi ledakan serta Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4) Anita Kristabel Sihotang (2) yang menderita luka bakar 16 persen, masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Terduga pelaku peledakan bom di Gereja Oikumene bernama Juhanda berhasil ditangkap warga saat hendak melarikan diri dengan cara berenang di Sungai Mahakam. sesaat setelah peristiwa itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Komnas Perlindungan Anak akan mengawal kasus ini, baik dalam penegakan hukum maupun dengan pendampingan melalui terapi kepada tiga anak terluka akibat bom Gereja Oikumene yang saat ini masih dirawat di rumah sakit," katanya saat mengunjungi rumah Intan Olivia (2,5), kobran tewas ledakan bom Gereja Oikumene, di Jalan Jati 3, RT 27, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda, Selasa.
Komnas Perlindungan Anak, katanya, mengutuk keras peledakan bom di Gereja Oikumene yang menyebabkan Intan Olivia meninggal dunia serta melukai tidak anak lainnya.
Ia menyatakan aksi itu merupakan perbuatan keji dan menilai perbuatan tersebut sebagai tindakan pencabutan secara paksa hak hidup seseorang terlebih korbannya anak-anak.
"Peristiwa ini tentu tidak bisa lagi ditoleransi karena tindakan tersebut bukan lagi peristiwa biasa tetapi amat luar biasa karena korbannya adalah anak-anak. Perbuatan itu merupakan perampasan kemerdekaan terhadap anak-anak dan secara khusus adalah pencabutan secara paksa hak hidup seseorang. Ini adalah tindakan keji dan kejahatan terhadap kemanusiaan," tuturnya.
Komnas Perlindungan Anak, katanya, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut memerangi kejahatan terhadap anak.
"Tidak ada toleransi lagi dan ini harus diperangi. Jadi, kami mengajak seluruh masyarakat agar tidan mentolelir setiap perbuatan yang dapat merampas hak anak-anak, apalagi hak hidup mereka," katanya.
Intan Olivia, merupakan satu korban tewas akibat ledakan bom yang terjadi di Gereja Oikumene di Jalan Cipto Mangunkusumo RT 03, Nomor 37, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, pada Minggu pagi sekitar pukul 10. 15 Wita.
Anak pasangan Anggiat Manuppak Banjarmahor dengan Diana Susan Br Sinaga itu, menghebuskan nafas terakhir pada Senin subuh (14/11) sekitar pukul 04. 00 Wita, akibat luka bakar yang diderita mencapai 78 persen serta pembengkakan paru-paru setelah menghirup asap dari ledakan bom tersebut.
Sementara tiga korban lainnya yakni, Triniti Hutahaya (3) yang menderita luka bakar mencapai 50 persen dan juga mengalami pembengkakan paru-paru akibat menghirup asap saat terjadi ledakan serta Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4) Anita Kristabel Sihotang (2) yang menderita luka bakar 16 persen, masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Terduga pelaku peledakan bom di Gereja Oikumene bernama Juhanda berhasil ditangkap warga saat hendak melarikan diri dengan cara berenang di Sungai Mahakam. sesaat setelah peristiwa itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016