Medan (ANTARA News) - Titik panas (hotspot) kebakaran hutan dan lahan di berbagai daerah termasuk Sumut terus meningkat dalam seminggu terakhir. 

"Satelit Modis dengan sensor Terra dan Aqua milik NASA, pada Selasa ,16 Agustus sore mendeteksi ada 482 hotspot di wilayah Indonesia," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Selasa.

Dalam keterangan yang diterima di Medan, BNPB mengakui peningkatan Hotspot terjadi pada hampir semua daerah meski sebagian besar terjadi di wilayah Kalimantan Barat. 

Jumlah itu meningkat cukup banyak dari Senin, 15 Agustus sebanyak 202 hotspot.

Peningkatan hotspot terjadi pada hampir semua daerah meski sebagian besar terjadi di wilayah Kalimantan Barat. 

Berdasarkan analisis dari Lapan, 482 hotspot tersebut merupakan akumulasi dari 297 hotspot dengan tingkat kepercayaan Sedang (30 - 79 persen) dan 185 hotspot dengan tingkat kepercayaan Tinggi (80 - 100 persen).

Dia menjelaskan, tingkat kepercayaan Sedang berarti ada potensi terjadi kebakaran hutan dan lahan berdasarkan temperatur permukaan yang dideteksi sensor satelit. 

Sedangkan tingkat kepercayaan Tinggi berarti titik api yang sedang membakar material di permukaan.

Adapun sebaran 297 hotspot dengan tingkat kepercayaan Sedang adalah Jambi 2, Jawa Timur 3, Kalimantan Barat 178, Kalimantan Tengah 2, Kalimantan Timur 3, Kepulauan Bangka Belitung 10, Aceh 3, NTT 30, Papua 7, Papua Barat 2, Riau 43, Sulawesi Selatan 1, Sulawesi Tengah 1, Sulawesi Tenggara 1, Sulawesi Utara 2, Sumatera Selatan 4, dan Sumatera Utara 5. 

Untuk sebaran 185 hotspot dengan tingkat kepercayaan Tinggi ada di Kalimantan Barat 125, Kalimantan Tengah 1, Babel 6, Nusa Tenggara Timur 8, Papua 8, Riau 32, Sumatera Selatan 1, Sumatera Utara 2, dan Undefined 1. 

"Dari total 482 hostpot tersebut terdapat 303 hotspot di Kalimantan Barat. 

Pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian dengan cara membakar merupakan penyebab utama dari meningkatnya jumlah hotspot tersebut. 

Menurut dia,, upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan oleh Tim Satgas Gabungan. 

BNPB telah mengerahkan tujuh unit helikopter water bombing, 2 pesawat water bombing dan dua unit pesawat hujan buatan. 

BNPB sedang mempersiapkan mengirimkan empat helikopter water bombing ke Jambi dan Kalimantan Barat, dimana masing-masing provinsi 2 heli water bombing. 

Selain itu juga menambah pesawat untuk hujan buatan di Kalimantan.

Menurut dia, sejak Agustus hingga Oktober 2016 adalah masa kritis dari kebakaran hutan dan lahan karena pada periode itulah puncak musim kemarau.

Patroli dan pencegahan perlu ditingkatkan agar hotspot tidak terus bertambah. (*)

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016