Samarinda (ANTARA Kaltim) - Keluarga kru "tugboat" atau kapal tunda Charles menunggu janji Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto yang akan segera menyelesaikan kasus penyanderaan.
"Sewaktu di Jakarta, saya sempat melakukan telekonferensi bersama pak Wiranto di salah satu stasiun televisi swasta nasional dan saat itu beliau berjanji akan segera menyelesaikan masalah itu. Saya langsung katakan kepada Menko Polhukam, silahkan buktikan pak," ujar Abdul Muis, bapak Ferry Arifin, nahkoda kapal tunda Charles yang ikut disandera kelompok Abu Sayyaf Grup bersama enam kru lainnya, kepada wartawan saat ditemui di Sungai Lais Samarinda, Senin sore.
Abdul Muis yang mengaku tinggal di Kabupaten Mahakam Ulu, yang merupakan kawasan perbatasan Indonesai dengan Malaysia, sengaja datang ke Samarinda untuk mengetahui perkembangan penyanderaan anaknya bersama enam kru kapal tunda Charles lainnya.
"Saya ke Samarinda bersama istri untuk mencari informasi terkait perkembangan kasus penyanderaan yang dialami anak saya bersama enam kru kapal tunda Charles lainnya. Kami berharap, seluruh kru kapal tunda Charles bisa dibebaskan secepatnya," tutur Abdul Muis.
Terkait tenggak waktu yang diberikan kelompok Al Habsy Misaya yang jatuh pada hari ini (Senin), Abdul Muis mengaku yakin, hingga saat ini ketujuh sandera dalam kondisi baik.
"Kami tetap yakin, mereka (sandera) dalam kondisi baik. Kami tetap berdoa agar anak kami bersama enam kru kapal tunda Charles secepatnya dibebaskan, apapun caranya," ujar Abdul Muis.
Nahkoda kapal tunda Charles, Ferry Arifin disandera terpisah bersama Muhammad Mahbrur Dahri (KKM) dan Edi Suryono (Masinis II).
Sementara, Ismail (Mualim I), Muhammad Nasir (Masinis III), Muhammad Sofyan (Oliman), serta Muhammad Robin Piter (juru mudi) disandera kelompok Al Habsy Misaya.
"Saya yakin, penyandera anak saya masih satu kelompok dengan Abu Sayyaf Grup. Kemungkinan, mereka tidak terpisah jauh dan informasinya saat ini mereka sudah disatukan. Intinya, saya menunggu janji pak Wiranto yang akan segera menyelesaikan masalah ini. Kami hanya menunggu agar kru kapal tunda Charles bisa dibebaskan secepatnya," ujar Abdul Muis.
Harapan senada disampaikan Elona, istri Robin Piter yang berharap seluruh kru kapal tunda Charles bisa segera dibebaskan.
Terkait penyerangan besar-besaran yang dilakukan militer Filipina dan konflik antara Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) pimpinan Nur Misuari di kawasan Mindanau serta kemungkinan adanya upaya pengerahan personel militer oleh TNI, pihak keluarga kru kapal tunda Charles lanjut Elona tidak mempersoalkan sepanjang keselamatan sandera lebih diutamakan.
"Apapun kondisi disana dan cara apapun yang dilakukan pemerintah yang penting bagi kami, keselamatan para sandera yang lebih utama. Kami mempercayakan sepenuhnya upaya-upaya pembebasan kepada pemerintah," tutur Elona.
Pihak keluarga lanjur Elona terus berdoa agar seluruh sandera bisa segera dibebaskan dan mereka kembali berkumpul bersama keluarga.
"Informasi terakhir yang kami terima dari perusahaan, seluruh kru kapal tunda Charles dalam kondisi baik. Terpenting bagi kami, mereka bisa pulang," kata Elona.
Tujuh kru kapal tunda Charles milik PT Rusianto Bersaudara disandera kelompok bersenjata Filipina Abu Sayyaf sejak 20 Juni 2016.
Saat itu, kapal tunda Charles berlayar pulang ke Samarinda setelah mengantar batu bara ke Filipina.
Namun, saat melintas di wilayah perairan Pulau Jolo, mereka dicegat oleh dua kelompok bersenjata dalam waktu berbeda.
Kelompok pertama menyandera Ferry Arifin (nahkoda) bersama Muhammad Mahbrur Dahri (KKM) dan Edi Suryono (Masinis II).
Kemudian kelompok kedua menyandera Ismail (Mualim I), Muhammad Nasir (Masinis III), Muhammad Sofyan (Oliman), serta Muhammad Robin Piter (juru mudi).
Hingga batas waktu pembayaran uang tebusan yang diminta kelompok Al Habsy Misaya yakni sebesar 250 juta Peso, pemerintah masih terus berupaya melakukan pembebasan terhadap tujuh kru kapal tunda Charles yang disandera sejak 20 Juni 2016. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Sewaktu di Jakarta, saya sempat melakukan telekonferensi bersama pak Wiranto di salah satu stasiun televisi swasta nasional dan saat itu beliau berjanji akan segera menyelesaikan masalah itu. Saya langsung katakan kepada Menko Polhukam, silahkan buktikan pak," ujar Abdul Muis, bapak Ferry Arifin, nahkoda kapal tunda Charles yang ikut disandera kelompok Abu Sayyaf Grup bersama enam kru lainnya, kepada wartawan saat ditemui di Sungai Lais Samarinda, Senin sore.
Abdul Muis yang mengaku tinggal di Kabupaten Mahakam Ulu, yang merupakan kawasan perbatasan Indonesai dengan Malaysia, sengaja datang ke Samarinda untuk mengetahui perkembangan penyanderaan anaknya bersama enam kru kapal tunda Charles lainnya.
"Saya ke Samarinda bersama istri untuk mencari informasi terkait perkembangan kasus penyanderaan yang dialami anak saya bersama enam kru kapal tunda Charles lainnya. Kami berharap, seluruh kru kapal tunda Charles bisa dibebaskan secepatnya," tutur Abdul Muis.
Terkait tenggak waktu yang diberikan kelompok Al Habsy Misaya yang jatuh pada hari ini (Senin), Abdul Muis mengaku yakin, hingga saat ini ketujuh sandera dalam kondisi baik.
"Kami tetap yakin, mereka (sandera) dalam kondisi baik. Kami tetap berdoa agar anak kami bersama enam kru kapal tunda Charles secepatnya dibebaskan, apapun caranya," ujar Abdul Muis.
Nahkoda kapal tunda Charles, Ferry Arifin disandera terpisah bersama Muhammad Mahbrur Dahri (KKM) dan Edi Suryono (Masinis II).
Sementara, Ismail (Mualim I), Muhammad Nasir (Masinis III), Muhammad Sofyan (Oliman), serta Muhammad Robin Piter (juru mudi) disandera kelompok Al Habsy Misaya.
"Saya yakin, penyandera anak saya masih satu kelompok dengan Abu Sayyaf Grup. Kemungkinan, mereka tidak terpisah jauh dan informasinya saat ini mereka sudah disatukan. Intinya, saya menunggu janji pak Wiranto yang akan segera menyelesaikan masalah ini. Kami hanya menunggu agar kru kapal tunda Charles bisa dibebaskan secepatnya," ujar Abdul Muis.
Harapan senada disampaikan Elona, istri Robin Piter yang berharap seluruh kru kapal tunda Charles bisa segera dibebaskan.
Terkait penyerangan besar-besaran yang dilakukan militer Filipina dan konflik antara Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) pimpinan Nur Misuari di kawasan Mindanau serta kemungkinan adanya upaya pengerahan personel militer oleh TNI, pihak keluarga kru kapal tunda Charles lanjut Elona tidak mempersoalkan sepanjang keselamatan sandera lebih diutamakan.
"Apapun kondisi disana dan cara apapun yang dilakukan pemerintah yang penting bagi kami, keselamatan para sandera yang lebih utama. Kami mempercayakan sepenuhnya upaya-upaya pembebasan kepada pemerintah," tutur Elona.
Pihak keluarga lanjur Elona terus berdoa agar seluruh sandera bisa segera dibebaskan dan mereka kembali berkumpul bersama keluarga.
"Informasi terakhir yang kami terima dari perusahaan, seluruh kru kapal tunda Charles dalam kondisi baik. Terpenting bagi kami, mereka bisa pulang," kata Elona.
Tujuh kru kapal tunda Charles milik PT Rusianto Bersaudara disandera kelompok bersenjata Filipina Abu Sayyaf sejak 20 Juni 2016.
Saat itu, kapal tunda Charles berlayar pulang ke Samarinda setelah mengantar batu bara ke Filipina.
Namun, saat melintas di wilayah perairan Pulau Jolo, mereka dicegat oleh dua kelompok bersenjata dalam waktu berbeda.
Kelompok pertama menyandera Ferry Arifin (nahkoda) bersama Muhammad Mahbrur Dahri (KKM) dan Edi Suryono (Masinis II).
Kemudian kelompok kedua menyandera Ismail (Mualim I), Muhammad Nasir (Masinis III), Muhammad Sofyan (Oliman), serta Muhammad Robin Piter (juru mudi).
Hingga batas waktu pembayaran uang tebusan yang diminta kelompok Al Habsy Misaya yakni sebesar 250 juta Peso, pemerintah masih terus berupaya melakukan pembebasan terhadap tujuh kru kapal tunda Charles yang disandera sejak 20 Juni 2016. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016