Tana Paser (ANTARA Kaltim) - Dinas Kesehatan Kabupaten Paser, menggelar pelatihan konseling penderita virus "Human Immuno Deficiency" atau HIV yang diikuti para tenaga kesehatan puskesmas di daerah itu.
"Peserta pelatihan konseling HIV ini adalah para tenaga kesehatan dari beberapa puskesmas yang ada di Paser," kata Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinkes Paser, Eko Ariyanto, di Tanah Grogot, Selasa.
Tenaga kesehatan yang ikut pelatihan tersebut berasal dari puskesmas Tanah Grogot, Kuaro, Batu Kajang, Long Ikis dan Long Kali.
Pelatihan konseling menghadirkan tiga narasumber dari berbagai kalangan profesional di bidang kesehatan.
"Ketiga narasumber yaitu dari Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Rumah Sakit Wahab Syahranie Samarinda beserta dokter spesialis penyakit HIV serta Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)," ujar Eko.
Sementara, koordinator VCT HIV Rumah Sakit Wahab Syahranie, Suwanto mengatakan, pelatihan tersebut dilakukan agar tenaga kesehatan di Paser dapat mengerti cara konseling yang benar dan tepat kepada pasien yang terindikasi terjangkit virus HIV.
"Sebelum menyatakan pasien positif terkena HIV, tenaga kesehatan wajib melakukan konseling," kata Suwanto.
Konseling itu, lanjut dia, dalam rangka meyakinkan masyarakat khususnya orang yang terjangkit virus HIV, bahwa penyakit itu bisa diobati.
"Memang, penyakit HIV tidak bisa disembuhkan, melainkan diobati yakni dengan menekan pertumbuhan virus yang bisa menggerogoti kekebalan tubuh," tutur Suwanto.
"Oleh karena itu penting bagi penderita untuk memahami itu," katanya.
Ada tiga tahapan konseling tambah Suwanto yakni, proses sosialisasi, pemeriksaan dan proses penyampaian hasil tes.
"Ketiga proses itu bertahap dilakukan kepada pasien. Setiap tahapan pasien harus benar-benar mengerti dan bersedia untuk diperiksa," ujar Suwanto.
Intinya kata dia, pasien merasa yakin dan paham bahwa penyakit HIV bisa diobati.
"Kalau obat Anti Retro Viral (ARV) diminum, virus HIV tidak akan menyebar. Itu perlu terus dilakukan," kata Suwanto.
"Masyarakat juga perlu tahu bahwa penderita HIV tidak boleh dikucilkan karena penyebarannya melalui jarum suntik dan hubungan seksual. Jadi mereka harus dirangkul. Jadi, untuk menekan perkembangan virus dan meningkatkan kekebalan tubuh harus minum obat," jelasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Peserta pelatihan konseling HIV ini adalah para tenaga kesehatan dari beberapa puskesmas yang ada di Paser," kata Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinkes Paser, Eko Ariyanto, di Tanah Grogot, Selasa.
Tenaga kesehatan yang ikut pelatihan tersebut berasal dari puskesmas Tanah Grogot, Kuaro, Batu Kajang, Long Ikis dan Long Kali.
Pelatihan konseling menghadirkan tiga narasumber dari berbagai kalangan profesional di bidang kesehatan.
"Ketiga narasumber yaitu dari Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Rumah Sakit Wahab Syahranie Samarinda beserta dokter spesialis penyakit HIV serta Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)," ujar Eko.
Sementara, koordinator VCT HIV Rumah Sakit Wahab Syahranie, Suwanto mengatakan, pelatihan tersebut dilakukan agar tenaga kesehatan di Paser dapat mengerti cara konseling yang benar dan tepat kepada pasien yang terindikasi terjangkit virus HIV.
"Sebelum menyatakan pasien positif terkena HIV, tenaga kesehatan wajib melakukan konseling," kata Suwanto.
Konseling itu, lanjut dia, dalam rangka meyakinkan masyarakat khususnya orang yang terjangkit virus HIV, bahwa penyakit itu bisa diobati.
"Memang, penyakit HIV tidak bisa disembuhkan, melainkan diobati yakni dengan menekan pertumbuhan virus yang bisa menggerogoti kekebalan tubuh," tutur Suwanto.
"Oleh karena itu penting bagi penderita untuk memahami itu," katanya.
Ada tiga tahapan konseling tambah Suwanto yakni, proses sosialisasi, pemeriksaan dan proses penyampaian hasil tes.
"Ketiga proses itu bertahap dilakukan kepada pasien. Setiap tahapan pasien harus benar-benar mengerti dan bersedia untuk diperiksa," ujar Suwanto.
Intinya kata dia, pasien merasa yakin dan paham bahwa penyakit HIV bisa diobati.
"Kalau obat Anti Retro Viral (ARV) diminum, virus HIV tidak akan menyebar. Itu perlu terus dilakukan," kata Suwanto.
"Masyarakat juga perlu tahu bahwa penderita HIV tidak boleh dikucilkan karena penyebarannya melalui jarum suntik dan hubungan seksual. Jadi mereka harus dirangkul. Jadi, untuk menekan perkembangan virus dan meningkatkan kekebalan tubuh harus minum obat," jelasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016