Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pemerintah Kota Samarinda, Kalimantan Timur, meminta mantan anggota organisasi Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar yang bermukim di Kelurahan Sungai Siring, Kecamatan Samarinda Utara, untuk segera pulang ke kampung halamannya masing-masing.

Penjabat Wali Kota Samarinda Meiliana saat menggelar sosialisasi dan silaturahmi dengan sejumlah perwakilan mantan anggota Gafatar di Sungai Siring, Samarinda, Jumat, memberikan waktu satu minggu kepada mereka untuk meninggalkan permukiman tersebut.

"Kami masih memberikan waktu selama seminggu bagi warga untuk menyiapkan diri, setelah itu mereka akan dipulangkan ke daerah asal masing-masing," jelas Meiliana dalam pertemuan di Langgar Al Fath, Sungai Siring.

Warga yang diduga sebagai pengikut Gafatar dan bermukim di Sungai Siring, Samarinda, sebanyak 120 Jiwa, terdiri dari 40 kepala keluarga. Mereka diketahui berasal dari Jawa, Maluku dan Papua.

Dalam pertemuan dengan perwakilan anggota Gafatar itu, hadir Kepala Kesbangpol Samarinda Erham Yusuf, Kapolresta Samarinda Kombes Pol Setyobudi, Dandim Letkol Inf Sriyono, dan Wakil Ketua DPRD Kota Samarinda Siswadi.

Menurut Meiliana, permintaan pulang kampung kepada mantan pengikut Gafatar itu sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan terjadi aksi kekerasan dari warga, seperti yang terjadi di beberapa daerah, salah satunya Mempawah, Kalimantan Barat.

"Kami tidak mau samarinda seperti daerah lain, kami menginginkan samarinda tetap kondusif," kata Meiliana.

Kapolresta Samarinda Kombespol M Setyobudi menambahkan pemulangan eks Gafatar untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan, karena saat ini banyak warga yang resah dengan keberadaan mereka.

"Kita cari solusinya, karena di sini negara hukum, kalau tidak mempunyai surat-surat yang sah maka kita kembalikan ke daerah asal. Tolong disampaikan ke teman-teman lainnya, karena kita hanya mempunyai waktu hanya satu minggu. Kita semua bertanggung jawab agar Samarinda tetap kondusif," tambah Setyobudi dalam pertemuan itu.

Sejumlah perwakilan eks Gafatar yang hadir dalam pertemuan itu sempat menyatakan keberatannya untuk dipulangkan, dengan alasan kepulangan mereka belum tentu diterima di kampungnya.

"Berat bagi kami untuk meninggalkan tempat ini, karena kami membangun kehidupan kami mulai dari nol, dan kami belum tentu di terima di sana. Meski begitu kami akan meninggalkan Samarinda," ujar salah satu warga.  (*)

Pewarta: Arumanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016