"Alhamdulillah, hari ini bertambah lagi orang-orang yang peduli terhadap lingkungan. Semoga gerakan memungut sampah oleh siswa ini mampu menyadarkan masyarakat untuk tidak membuang sampah ke Karang Mumus," ujar Misman, Pemerhati Karang Mumus yang aktif mengajak orang memungut sampah di Karang Mumus.
Misman adalah warga Samarinda yang sejak belasan tahun lalu aktif menyuarakan gerakan tidak membuang sampah ke Karang Mumus, namun sejak awal 2015 bukan hanya menyuarakan, tetapi ia langsung terjun memungut sampah di Karang Mumus.
Melalui gerakannya, kemudian ada beberapa instansi pemerintah, sekolah, dan organisasi kemasyarakatan maupun profesi yang tersentuh dan ikut terjun ke sungai guna memungut sampah.
Sedangkan sebanyak 143 siswa yang pada Jumat ini memungut sampah di Karang Mumus adalah, 80 siswa SMP Kosgoro Samarinda dan 63 siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Islam Terpadu Raudhatul Jannah Samarinda.
Untuk siswa SMP, titik pungutnya diarahkan di bawah Jembatan Kehewanan dan boleh sampai ke bibir sungai. Sedangkan untuk siswa PAUD, tidak diizinkan sampai ke bibir sungai karena berbahaya, sehingga mereka diberi titik di tepian yang juga banyak sampah berserakan.
Pengelola PAUD Raudhatul Jannah Samarinda Titik Juliana mengatakan, memungut sampah di Karang Mumus yang dilakukan bersama 63 siswanya tersebut, merupakan upaya menyadarkan anak didik agar terbiasa hidup sehat sehingga mereka terlatih tidak membuang sampah sembarangan.
Untuk membiasakan setiap orang selalu membuang sampah pada tempat yang tepat, memungut sampah yang berserakan, dan tidak membuang sampah ke sungai, harus dikenalkan sejak usia dini, sehingga Jumat Bersih ini merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan prilaku anak.
"Kami sudah izin dengan orang tua masing-masing untuk mengajak siswa kerja sosial. Bahkan sebagian besar orang tua mereka ikut mendampingi memungut sampah. Sebanyak sembilan Bunda Raudhatul Jannah juga ikut mendampingi memungut sampah," ucapnya.
Dia juga memiliki target, bahwa setiap anak dan orang yang turut memungut sampah di sungai, bisa dipastikan akan merasa tidak enak jika suatu saat hendak membuang sampah ke sungai, karena dia akan berfikir dan teringat masa-masa ketika memungut sampah di sungai.
"Melalui gerakan memungut sampah oleh sekelompok orang dan kini sudah menular ke banyak orang, saya harapkan ke depan akan banyak orang yang malu membuang sampah ke sungai, sehingga secara perlahan Karang Mumus tidak ada sampahnya," tutur dia penuh harap. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015