Samarinda (ANTARA Kaltim) - Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan (P2TP) melakukan uji coba, dengan memanfaatkan burung hantu (Tyto Alba) untuk mengatasi hama tikus di perkebunan kelapa sawit.
“Kita coba manfaatkan burung hantu untuk mengatasi hama tikus di perkebunan kelapa sawit. Selama ini pekebun lebih memilih menggunakan racun dari bahan kimia,†kata Kepala Disbun Kaltim Hj Etnawati didampingi Kepala UPTD P2TP Supriyadi, Senin (29/6).
Menurut dia, kelapa sawit merupakan komoditi unggulan Kaltim dan memberikan kontribusi besar bagi pendapatan petani pekebun. Namun serangan hama tikus pada tanaman ini terus menjadi ancaman hingga perlu diwaspadai.
Dia menjelaskan, sebelumnya petani lebih suka menggunakan racun tikus untuk membasmi tikus yang sering merusak tanaman muda dan buah sawit. Inisiatif untuk memanfaatkan burung hantu sebagai predator alami juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap bahan kimia.
Pembiakan atau budidaya burung hantu jenis Tyto Alba diakuinya tidak terlalu sulit. Petani bisa dengan mudah memelihara dan melatih burung untuk keperluan memangsa tikus. Namun, guna memudahkan pengembangbiakannya diharapkan petani bisa membuat rumah burung (gupon) di lahan milik mereka.
Diharapkan dengan menggunakan burung sebagai predator alami yang andal saat menangkap tikus, perkembangan tikus diharapkan bisa ditekan. Diprediksi satu ekor burung hantu mampu menangkap enam hingga delapan ekor tikus per hari.
Ujicoba penggunaan burung hantu dilakukan pada Pelatihan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) bagi petani kelapa sawit di Desa Bukit Seloka Kecamatan Long Ikis, Paser. Hadir narasumber dan bertindak sebagai pelatih Agus Susanto dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. (Humas Prov Kaltim/yans)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
“Kita coba manfaatkan burung hantu untuk mengatasi hama tikus di perkebunan kelapa sawit. Selama ini pekebun lebih memilih menggunakan racun dari bahan kimia,†kata Kepala Disbun Kaltim Hj Etnawati didampingi Kepala UPTD P2TP Supriyadi, Senin (29/6).
Menurut dia, kelapa sawit merupakan komoditi unggulan Kaltim dan memberikan kontribusi besar bagi pendapatan petani pekebun. Namun serangan hama tikus pada tanaman ini terus menjadi ancaman hingga perlu diwaspadai.
Dia menjelaskan, sebelumnya petani lebih suka menggunakan racun tikus untuk membasmi tikus yang sering merusak tanaman muda dan buah sawit. Inisiatif untuk memanfaatkan burung hantu sebagai predator alami juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap bahan kimia.
Pembiakan atau budidaya burung hantu jenis Tyto Alba diakuinya tidak terlalu sulit. Petani bisa dengan mudah memelihara dan melatih burung untuk keperluan memangsa tikus. Namun, guna memudahkan pengembangbiakannya diharapkan petani bisa membuat rumah burung (gupon) di lahan milik mereka.
Diharapkan dengan menggunakan burung sebagai predator alami yang andal saat menangkap tikus, perkembangan tikus diharapkan bisa ditekan. Diprediksi satu ekor burung hantu mampu menangkap enam hingga delapan ekor tikus per hari.
Ujicoba penggunaan burung hantu dilakukan pada Pelatihan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) bagi petani kelapa sawit di Desa Bukit Seloka Kecamatan Long Ikis, Paser. Hadir narasumber dan bertindak sebagai pelatih Agus Susanto dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. (Humas Prov Kaltim/yans)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015