Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Total E&P Indonesie selaku pengguna jasa helikopter Sikorsky 76C PK-FUP yang mendarat darurat di Tanjung Dewa, Kutai Kartanegara, pada Sabtu (21/3), menyatakan helikopter sedang dalam perjalanan inspeksi pipa milik perusahaan migas tersebut.
"Heli terbang dari lapangan kami di Handil untuk pemeriksaan rutin pipa-pipa dari sumur-sumur ke `processing area`. Pemeriksaan kali ini terjadwal pada 21-23 Maret," kata Head Service External Communication District Total E&P Indonesie (TEPI) Achmad Krisna Hadianto di Balikpapan, Kalimantan Timur, Minggu.
Handil adalah bagian dari Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, lebih kurang 70 kilometer arah utara Balikpapan. Di Handil, TEPI memiliki fasilitas yang disebut SPU (south processing unit) untuk mengolah minyak dan gas dari lapangan-lapangan migas di dekatnya.
"Kalau direntang, panjang pipa-pipa kami setara jarak Jakarta-Flores," lanjut Hadianto.
Dalam perjalanan darat bermobil, jarak tersebut lebih kurang 5.000 kilometer, sehingga diperlukan sarana transportasi udara helikopter untuk efisiensi karena jalur pipa juga melewati daerah yang tidak terdapat akses jalan.
Pipa berbagai ukuran digunakan perusahaan migas itu untuk mengalirkan minyak dan gas dari sumur-sumur di lapangan, kemudian untuk mengirim gas ke Bontang yang diolah PT Badak LNG guna keperluan ekspor.
Menurut Hadianto, helikopter yang disewa dari PT Hevilift Aviation Indonesia itu berada pada ketinggian 500 kaki saat mengalami masalah dan akhirnya terpaksa mendarat darurat di rawa-rawa mangrove di Tanjung Dewa, Anggana.
Dalam pendaratan itu, kedua pilot dan lima penumpang mengalami luka-luka. Setelah dirawat di Klinik TEPI di CPU (Central Processing Unit), ketujuh korban dirujuk ke RS Siloam, Balikpapan.
"Informasi sementara dari rumah sakit, kondisi para korban sadar dan tidak mengalami cedera yang mengancam jiwa," tambahnya.
Para korban adalah karyawan TEPI, masing-masing Rakhmat Yunanto (35), Agung Danur Wenda (33), dua karyawan kontraktor TEPI yaitu Cahaya Ramadhan (22) dari PT Kreasi Lima Perdana dan Muhammad Sudarman dari PT Biru Tiga Utama.
Pesawat diterbangkan oleh Kapten Pilot Ahmad Zaini (57) dan copilot Agung Yudi Kusumo (33) dengan teknisi Andri Artanto (35).
Menurut Kepala Seksi Pos Badan SAR Nasional Balikpapan Mujiyono, heli mendarat pada titik koordinat 00.37`6" Lintang Selatan dan 117.26`3" Bujur Timur di delta Sungai Mahakam, di bagian yang kemudian diketahui berada dalam wilayah administrasi Desa Kutai Lama di Anggana, Kutai Kartanegara.
Erwan Paulana (43), pria yang menjadi koki di crane barge yang tambat di dekat lokasi kejadian, menuturkan pada sekitar pukul 10.20 Wita, ia melihat helikopter Sikorsky tersebut terbang berputar-putar dan tampak oleng.
Helikopter itu kemudian menurun dengan cepat dan disertai asap hitam, meski tidak terlihat ada api. Heli berwarna putih itu jatuh di rawa-rawa nipah yang mendominasi kawasan tersebut.
Selain Erwan Paulana, ada dua orang petugas sekuriti TEPI dari CPU yang juga menyaksikan kejadian itu, yaitu Sabdo Utomo dan Supardi.
Mereka kemudian mendatangi lokasi jatuhnya heli untuk memberikan pertolongan dan mengevakuasi korban ke klinik di CPU Total Indonesie.
Saat ini, di lokasi kejadian dipasangi garis polisi. Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengkoordinasikan tim untuk evakuasi bangkai helikopter tersebut.
Selain dari pihak TEPI dan Basarnas, juga terlibat sejumlah prajurit dari Batalyon Infantri 611 Awang Long dalam evakuasi itu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
"Heli terbang dari lapangan kami di Handil untuk pemeriksaan rutin pipa-pipa dari sumur-sumur ke `processing area`. Pemeriksaan kali ini terjadwal pada 21-23 Maret," kata Head Service External Communication District Total E&P Indonesie (TEPI) Achmad Krisna Hadianto di Balikpapan, Kalimantan Timur, Minggu.
Handil adalah bagian dari Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, lebih kurang 70 kilometer arah utara Balikpapan. Di Handil, TEPI memiliki fasilitas yang disebut SPU (south processing unit) untuk mengolah minyak dan gas dari lapangan-lapangan migas di dekatnya.
"Kalau direntang, panjang pipa-pipa kami setara jarak Jakarta-Flores," lanjut Hadianto.
Dalam perjalanan darat bermobil, jarak tersebut lebih kurang 5.000 kilometer, sehingga diperlukan sarana transportasi udara helikopter untuk efisiensi karena jalur pipa juga melewati daerah yang tidak terdapat akses jalan.
Pipa berbagai ukuran digunakan perusahaan migas itu untuk mengalirkan minyak dan gas dari sumur-sumur di lapangan, kemudian untuk mengirim gas ke Bontang yang diolah PT Badak LNG guna keperluan ekspor.
Menurut Hadianto, helikopter yang disewa dari PT Hevilift Aviation Indonesia itu berada pada ketinggian 500 kaki saat mengalami masalah dan akhirnya terpaksa mendarat darurat di rawa-rawa mangrove di Tanjung Dewa, Anggana.
Dalam pendaratan itu, kedua pilot dan lima penumpang mengalami luka-luka. Setelah dirawat di Klinik TEPI di CPU (Central Processing Unit), ketujuh korban dirujuk ke RS Siloam, Balikpapan.
"Informasi sementara dari rumah sakit, kondisi para korban sadar dan tidak mengalami cedera yang mengancam jiwa," tambahnya.
Para korban adalah karyawan TEPI, masing-masing Rakhmat Yunanto (35), Agung Danur Wenda (33), dua karyawan kontraktor TEPI yaitu Cahaya Ramadhan (22) dari PT Kreasi Lima Perdana dan Muhammad Sudarman dari PT Biru Tiga Utama.
Pesawat diterbangkan oleh Kapten Pilot Ahmad Zaini (57) dan copilot Agung Yudi Kusumo (33) dengan teknisi Andri Artanto (35).
Menurut Kepala Seksi Pos Badan SAR Nasional Balikpapan Mujiyono, heli mendarat pada titik koordinat 00.37`6" Lintang Selatan dan 117.26`3" Bujur Timur di delta Sungai Mahakam, di bagian yang kemudian diketahui berada dalam wilayah administrasi Desa Kutai Lama di Anggana, Kutai Kartanegara.
Erwan Paulana (43), pria yang menjadi koki di crane barge yang tambat di dekat lokasi kejadian, menuturkan pada sekitar pukul 10.20 Wita, ia melihat helikopter Sikorsky tersebut terbang berputar-putar dan tampak oleng.
Helikopter itu kemudian menurun dengan cepat dan disertai asap hitam, meski tidak terlihat ada api. Heli berwarna putih itu jatuh di rawa-rawa nipah yang mendominasi kawasan tersebut.
Selain Erwan Paulana, ada dua orang petugas sekuriti TEPI dari CPU yang juga menyaksikan kejadian itu, yaitu Sabdo Utomo dan Supardi.
Mereka kemudian mendatangi lokasi jatuhnya heli untuk memberikan pertolongan dan mengevakuasi korban ke klinik di CPU Total Indonesie.
Saat ini, di lokasi kejadian dipasangi garis polisi. Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengkoordinasikan tim untuk evakuasi bangkai helikopter tersebut.
Selain dari pihak TEPI dan Basarnas, juga terlibat sejumlah prajurit dari Batalyon Infantri 611 Awang Long dalam evakuasi itu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015