Sangatta, - Lingkungan sekolah itu cukup asri. Maklum, sekolah ini pernah meraih predikat Sekolah Adiwiyata Mandiri 2012. Memasuki SD YPPSB 2 (Yayayasan Pendidikan Prima Swarga Bara) Sangatta, Kutai Timur, Kaltim, sperti berada di alam bebas karena memang ditata sedemikian rupa.

Selain ramah lingkungan karena aneka pohon dan tanaman mini yang mengelilinginya, bangunan kantor dan kelas di SD ini juga berbentuk panggung dengan tinggi kolong sekitar 50 centi meter, sehingga jika ada hujan deras, air langsung bisa meresap ke perut bumi.

Sedangkan terkait proses belajar mengajar, sekolah ini selain terus melanjutkan penerapan Kurikulum 2013 karena hampir 100 persen gurunya siap, pengenalan dan pemanfaatan Informasi Teknologi (IT) juga dilakukan sejak kelas 3.

Menurut Kepala SD YPPSB 2 Sangatta Endah Wulandari, sejak kelas 3 semua siswanya mulai dikenalkan dengan dasar-dasar IT, yakni selain memanfaatkan sejumlah aplikasi dalam komputer atau laptop, pihaknya juga mengenalkan internet sehat untuk menambah pengetahuan.

"Saat masih kelas 3 yang dikenalkan adalah IT dasar dan pengenalan aplikasi, kemudian pada kelas 4 mulai dengan pemanfaatan sejumlah aplikasi, dan pada kelas 5, mereka sudah dikenalkan pada power point dalam pembuatan presentasi, bahkan sudah mampu mempresentasikannya," ujar Endah.

Tidak heran jika kemudian siswa kelas 5 di SD itu sudah mampu mempresentasikan tentang hasil karya mereka di depan kelas, baik mengenai proses belajar, tentang kesehatan, kebersihan, lingkungan, dan presentasi tentang hal-hal lain terkait pengalaman siswa.

    Buah dari hasil pengenalan sekolah kepada siswa di bidang IT tersebut, kemudian melahirkan salah satu siswa yang berhasil menjadi juara I di tingkat Provinsi Kaltim dalam Kuis Ki Hajar (Kita Harus Belajar) 2014. Siswa tersebut bernama Zenine Carolin Sinungga. Ia akrab disapa Carolin.

Dalam penggalian potensi siswa, sekolah tersebut tidak menerapkan pola umum, namun dalam tiap proses pembelajaran dilihat bakat apa yang menonjol pada diri siswa, karena disadari bahwa masing-masing anak memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda.

Perbedaan itu di antaranya, ada siswa yang lebih menonjol pada sisi akademik seperti matematika, bahasa, dan akademik lain. Namun ada pula yang lebih menonjol di luar akedemik, misalnya berbakat di bidang olahraga tertentu, seni tertentu, bahkan ada yang menonjol di bidang IT.

Dari hasil pengamatan oleh guru kelas tersebut, kemudian didiskusikan di forum sekolah, kemudian bakat yang sudah terdeteksi tersebut dilakukukan pengembangan. Dalam hal ini ada guru pembimbing yang harus terus memantau dan mengawasi perkembangan siswa untuk meningkatkan bakat yang ada.

Begitu pula dengan bakat IT yang dimiliki oleh Carolin, oleh sekolah juga dilakukan pemantauan, apalagi bakat Carolin di luar akademiki bukan hanya IT, tetapi juga bisa menyanyi dan menari sehingga masing-masing keahlian itu akan saling mendukung antara kemampuan yang satu dengan kemampuan lainnya.

Sementara Rosidah Tamba, guru pembimbing Carolin menuturkan, untuk mengarahkan anak didik seperti Carolin menampilkan hal yang terbaik bukanlah hal yang sulit, karena siswa tersebut selain telah memiliki bakat juga memiliki kemauan tinggi untuk maju dan lebih baik.

"Jadi saya tidak heran ketika Carolin kemudian mendapat Juara I Tingakat Provinsi Kaltim, kemudian di tingkat nasional masih bisa diandalkan karena berada di peringkat 13 dari 33 provinsi di Indonesia," kata Rosidah.

Sebenarnya sambung dia, Carolin bisa mendapat peringkat lebih baik dari urutan 13 itu, jika saja pihaknya mengetahui kategori apa saja yang akan diujikan dalam Kuis Kihajar, karena dari provinsi lain sudah mengetahui.

Dia tidak mengetahui kategori maupun materi apa saja yang akan diujikan di tingkat nasional, karena kurang kooperatifnya UPTD Tekom dan Infodik, sebuah lembaga yang merupakan kepanjangan tangan dari Dinas Pendidikan Kaltim yang bertugas mengarahkan siswa dalam Kuis Kihajar.

 "Waktu di Jakarta, saat lomba itu, saya bertanya pada provinsi lain. Mereka bilang sudah tahu materi apa saja yang dilombakan, seperti materi terkait Funtastic Me yang di dalamnya adalah kemampuan seni. Kami tidak tahu ada materi itu, jadi Carolin tampil dadakan terkait materi itu sehingga nilai Fauntastic Me cuma 7,9," kata Rosidah.

Berbeda dengan provinsi lain yang sudah ada koordinasi ke sekolah karena pihak terkait di provinsinya menginformasikan tentang materi apa saja yang akan diujikan, sehingga siswa dari provinsi lain mendapat nilai 10 untuk kategori Funtastic Me.

Dalam Kuis Kihajar 2014 terdapat tiga kategori yang diujikan, yakni kategori Akademis, kategori Funatstik Me, dan kategori My Idea. Nilai yang diperoleh Caroline di tingkat nasional adalah 71,425. Rinciannya adalah Akedemis 6,67, Funtastic Me 7,9, dan kategori My Idea dengan nilai 7,1875.

"Kami berharap untuk tahun-tahun mendatang Provinsi Kaltim yang menangani Kuis Kihajar, dapat memberikan informasi kepada juara tingkat provinsi untuk menyiapkan materi apa saja yang akan diujikan, karena dari provinsi lain telah mengetahui materinya satu bulan sebelumnya," katanya.

Ia menambahkan, prestasi yang diperoleh Carolin di peringkat 13 nasional itu sudah cukup membanggakan, karena sebelumnya pihaknya hanya mengetahui bahwa yang akan diujikan hanya seputar akademis terkait IT, sehingga hanya materi itu yang diperkuat. () 

Pewarta: M Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014