TERNYATA, sejumlah goa yang layak dijadikan objek wisata, banyak ditemukan masyarakat di Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara.
 
Namun, keberadaan puluhan goa yang sangat eksotis itu selama ini kurang mendapat perhatian serius dari Pemeirntah Kabupaten Penajam Paser Utara, khususnya Dinas Pariwisata setempat, padahal banyak daerah yang berlomba-lomba mengembangkan potensi wisata untuk menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara.
 
Warga Kecamatan waru meyakini, terdapat puluhan goa eksotis yang berada di wilayah itu yang belum belum "terjamah" sehingga goa tersebut seolah terkesan disia-siakan..

Lebih miris lagi, goa-goa eksotis itu umumnya berada di kawasan perkebunan kelapa sawit milik perusahaan swasta.

Dalam perjalanan menuju salah satu goa, Camat Waru, Warsidi mengakui, di wilayahnya terdapat puluhan goa yang belum terekspos dan belum dikelola dengan baik.

Bersama warga, Warsidi mengaku sudah menemukan sembilan goa dan masih banyak lagi yang belum ditelusuri.

“Kesembilan goa itu belum diberi nama. Kami masih mencari tahu dan berupaya bertanya ke warga sekitar terkait nama goa yang sudah ditemukan itu,” katanya.

Goa yang telah ditemukan tersebut, belum satu pun dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara, dalam hal ini dinas pariwisata dan keberadaan goa eksotisme dan "sensasi" petualangan alam itu hanya diketahui segelintir orang.

Untuk mencapai goa tersebut, hanya dapai ditempuh dengan berjalan kaki selama sekitar setengah jam, melewati hutan.

“Belum ada sarana jalan untuk menuju goa yang sangat panjang itu,” ujar Warsidi.

Ia mengaku masih melakukan koordinasi dengan pihak perusahaan perkebunan karena seluruh goa yang ditemukan tersebut, berada di kawasan perkebunan kelapa sawit.

Saat tiba di salah satu goa yang berada di kawasan perkebunan sawit yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Kantor Kecamatan Waru, diperkirakan memiliki panjang sekitar dua kilometer.

Pada goa itu terdapat "stalaktit" atau tonjolan batu, yaitu jenis "speleothem" (mineral sekunder) yang menggantung dari langit-langit gua kapur.

"Stalaktit"  tersebut masuk dalam jenis batu tetes (dripstone) yang terbentuk secara alami itu berukuran antara 30 hingga 100 senti meter.

Goa tersebut  terdapat di blok Panta itu ditemukan dua tahun lalu oleh Wahyudi (37) dan seorang rekannya yang merupakan karyawan perkebunan  sawit.

Wahyudi mengaku, menemukan goa tersebut, ketika hendak memancing di kawasan itu namun niatnya diurungkan karena terkejut melihat  sebuah lubang besar.

Karena penasaran, Wahyudi bersama rekannya mendekati lubang besar itu kemudian mencoba menelusurinya.

“Kami masuk goa itu pukul 08.00 Wita dan baru keluar pukul 15. 00 Wita. Saat keluar dari goa itu, kami belum menemukan ujungnya. Sampai sekarang, goa itu belum diberi nama," ungkap Wahyudi.

Saat menelusuri goa tersebut, Wahyudi mengaku sempat ketakutan karena menemukan ruangan hampa udara.

Bahkan, ia mencoba menyalakan korek api, namun tidak bisa. Karena takut, Wahyudi bersama rekannya terpaksa menghentikan penelusurannya.

"Waktu menelusuri goa itu kami menggunakan ban karena airnya cukup dalam yakni sekitar satu hingga dua meter," ucapnya.

Masih di lokasi yang samalanjut Wahyudi, juga ditemukan goa di blok India.

Namun goa tersebut, panjangnya hanya berkisar 150 meter dan kondisi di dalamnya sudah kering.

Sementara di blok golf di perkebunan sawit itu juga tambahnya, ditemukan goa yang cukup besar, namun karyawan perusahaan tidak berani memasuki goa tersebut karena memiliki cerita mistis yang membuat takut seluruh karyawan perkebunan sawit untuk memasuki goa itu. (*)

Pewarta: Bagus Purwa

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014