Sangatta (ANTARA Kaltim) - Tokoh Lembaga Adat Suku Kutai di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, mengaku sedih melihat kondisi Sungai Sangatta yang semakin rusak karena tercemar dan dangkal.
Menurut Haji Nasrun Gani, salah seorang tokoh Lembaga Adat Suku Kutai Sangatta, di Sangatta, Jumat, kondisi Sungai Sangatta saat ini sangat jauh berbeda dari tahun awal 90-an.
"Awal tahun 90-an Sungai Sangatta masih jernih kalau tidak banjir. Dan juga bisa di konsumsi warga untuk air bersih dan air minum," katanya.
Haji Nasrun Gani yang kini berusia 71 tahun dan menjadi satu-satunya dari keturunan Singa Tua Sangatta, pendiri Sangatta yang berkuasa di era tahun 1880.
"Saya ini lahir di Sangatta dari keturunan Singa Tua dan Singa Muda, makanya mengetahui persis keadaan dulu dan sekarang," kata Nasrun yang akrab dengan panggilan Nek Tuk.
Namun, kata Nek Tuk, meskipun kondisi Sungai Sangatta tercemar dan dangkal itu akibat dari perkembangan daerah yang semakin tumbuh seiring dengan perkembangan zaman.
Ia mengatakan, dirinya kalau melihat sungai ini jelas saya sedih, tapi tidak bisa menyalahkan siapa-siapa karena perkembangan zaman dan pertambahan penduduk terus meningkat.
Suku Kutai Sebagai penduduk asli dan hanya meminta agar pemerintah, perusahaan dan semua masyarakat agar sama-sama menjaga sungai supaya tetap bersih dan tidak tercemar.
"Air adalah kebutuhan manusia dan makhluk di muka bumi. Makanya kita harus sama-sama menjaga kelestariannya," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014
Menurut Haji Nasrun Gani, salah seorang tokoh Lembaga Adat Suku Kutai Sangatta, di Sangatta, Jumat, kondisi Sungai Sangatta saat ini sangat jauh berbeda dari tahun awal 90-an.
"Awal tahun 90-an Sungai Sangatta masih jernih kalau tidak banjir. Dan juga bisa di konsumsi warga untuk air bersih dan air minum," katanya.
Haji Nasrun Gani yang kini berusia 71 tahun dan menjadi satu-satunya dari keturunan Singa Tua Sangatta, pendiri Sangatta yang berkuasa di era tahun 1880.
"Saya ini lahir di Sangatta dari keturunan Singa Tua dan Singa Muda, makanya mengetahui persis keadaan dulu dan sekarang," kata Nasrun yang akrab dengan panggilan Nek Tuk.
Namun, kata Nek Tuk, meskipun kondisi Sungai Sangatta tercemar dan dangkal itu akibat dari perkembangan daerah yang semakin tumbuh seiring dengan perkembangan zaman.
Ia mengatakan, dirinya kalau melihat sungai ini jelas saya sedih, tapi tidak bisa menyalahkan siapa-siapa karena perkembangan zaman dan pertambahan penduduk terus meningkat.
Suku Kutai Sebagai penduduk asli dan hanya meminta agar pemerintah, perusahaan dan semua masyarakat agar sama-sama menjaga sungai supaya tetap bersih dan tidak tercemar.
"Air adalah kebutuhan manusia dan makhluk di muka bumi. Makanya kita harus sama-sama menjaga kelestariannya," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014