Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik mengatakan segera melakukan koordinasi dengan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim terkait jajanan Latiao.
"Sebelumnya kami tidak mengetahui bahwa jajanan Latiao mengandung bakteri, terimakasih sudah disampaikan dan diingatkan, nanti segera kami rapatkan dengan BPOM serta Dinas terkait," kata Akmal Malik.di Balikpapan, Kamis (14/11).
Ia mengatakan, untuk langkah cepat adalah menginventarisir jajanan tersebut dengan melibatkan BPOM dan pemangku kepentingan lainnya.
Sebelumnya, BPOM melalui keterangan pers mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor Latiao asal Tiongkok yang menjadi penyebab keracunan.
Hasil uji laboratorium menunjukkan produk ini tercemar bakteri Bacillus cereus. Latiao diduga menjadi penyebab kejadian luar biasa keracunan pangan (KLB KP) di 7 wilayah di Indonesia (Lampung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Bandung Barat, Pamekasan, dan Riau).
Dalam keterangan pers tersebut, Kepala BPOM Taruna Ikrar menegaskan langkah yang diambil merupakan upaya pihaknya dalam melindungi masyarakat.
Hal senada sebelumnya juga disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Alwiyati , pihaknya telah berupaya melakukan pencegahan peredaran jajanan tersebut, karena mengandung bakteri bacillus cereus yaitu organisme mikroskopis yang melepaskan racun berbahaya.
"Bila dikonsumsi, efeknya bisa ke pencernaan, seperti diare hingga muntah, yang paling parah anak-anak bisa syok, intinya sangat berbahaya bakteri itu," kata Alwiyati.
Oleh sebab itu, pasca adanya rilis dari BPOM, Dinkes Balikpapan langsung berkoordinasi dengan Loka POM untuk mengetahui peredaran makanan tersebut di Kota Balikpapan.
"Ternyata sudah banyak beredar di Kota Balikpapan terutama di sekolah-sekolah karena sasaran makanan ini untuk dikonsumsi anak-anak," ungkapnya.
Dia menyebutkan untuk jumlah yang telah beredar di Kota Balikpapan telah mencapai ribuan, dimana selain di sekolah, jajanan itu juga terdapat di sejumlah pasar tradisional serta pedagang-pedagang lainnya.
Alwiyati mengimbau kepada pedagang untuk menurunkan atau tidak menjual jajanan tersebut serta mengembalikannya kepada distributor.
Ia menyatakan, meskipun telah beredar luas di Balikpapan, namun Dinkes Balikpapan belum menerima adanya laporan terkait dampak yang telah memakan jajanan tersebut.
"Di Balikpapan memang belum ada laporan dampak dari yang sudah mengkonsumsi itu, maka dari itu kami mencegah duluan, kami antisipasi terlebih dahulu dengan menahan yang ada di pasaran agar tidak dijual," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024
"Sebelumnya kami tidak mengetahui bahwa jajanan Latiao mengandung bakteri, terimakasih sudah disampaikan dan diingatkan, nanti segera kami rapatkan dengan BPOM serta Dinas terkait," kata Akmal Malik.di Balikpapan, Kamis (14/11).
Ia mengatakan, untuk langkah cepat adalah menginventarisir jajanan tersebut dengan melibatkan BPOM dan pemangku kepentingan lainnya.
Sebelumnya, BPOM melalui keterangan pers mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor Latiao asal Tiongkok yang menjadi penyebab keracunan.
Hasil uji laboratorium menunjukkan produk ini tercemar bakteri Bacillus cereus. Latiao diduga menjadi penyebab kejadian luar biasa keracunan pangan (KLB KP) di 7 wilayah di Indonesia (Lampung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Bandung Barat, Pamekasan, dan Riau).
Dalam keterangan pers tersebut, Kepala BPOM Taruna Ikrar menegaskan langkah yang diambil merupakan upaya pihaknya dalam melindungi masyarakat.
Hal senada sebelumnya juga disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Alwiyati , pihaknya telah berupaya melakukan pencegahan peredaran jajanan tersebut, karena mengandung bakteri bacillus cereus yaitu organisme mikroskopis yang melepaskan racun berbahaya.
"Bila dikonsumsi, efeknya bisa ke pencernaan, seperti diare hingga muntah, yang paling parah anak-anak bisa syok, intinya sangat berbahaya bakteri itu," kata Alwiyati.
Oleh sebab itu, pasca adanya rilis dari BPOM, Dinkes Balikpapan langsung berkoordinasi dengan Loka POM untuk mengetahui peredaran makanan tersebut di Kota Balikpapan.
"Ternyata sudah banyak beredar di Kota Balikpapan terutama di sekolah-sekolah karena sasaran makanan ini untuk dikonsumsi anak-anak," ungkapnya.
Dia menyebutkan untuk jumlah yang telah beredar di Kota Balikpapan telah mencapai ribuan, dimana selain di sekolah, jajanan itu juga terdapat di sejumlah pasar tradisional serta pedagang-pedagang lainnya.
Alwiyati mengimbau kepada pedagang untuk menurunkan atau tidak menjual jajanan tersebut serta mengembalikannya kepada distributor.
Ia menyatakan, meskipun telah beredar luas di Balikpapan, namun Dinkes Balikpapan belum menerima adanya laporan terkait dampak yang telah memakan jajanan tersebut.
"Di Balikpapan memang belum ada laporan dampak dari yang sudah mengkonsumsi itu, maka dari itu kami mencegah duluan, kami antisipasi terlebih dahulu dengan menahan yang ada di pasaran agar tidak dijual," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024