Balikpapan ( ANTARA Kaltim) - Krisis air yang dialami warga mengharuskan Pemerintah Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, terus berupaya mencari solusi, apalagi krisis air bersih telah menjadi siklus di wilayah dengan sebutan kota minyak itu.
Anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) dari Fraksi Hati Nurani Rakyat (Hanura), Muhammad Adam Sinte, Jumat mengatakan, ada beberapa opsi, selain melakukan pemipaan dari sejumlah sungai baik dari Mahakam maupun Penajam Paser Utara, desalinasi yakni mengubah air laut menjadi tawar juga patut dipertimbangkan.
"Persoalannya, baik pemipaan maupun desalinasi bukanlah perkara mudah. Diperlukan biaya yang cukup besar, serta tehnologi untuk menyukseskan program tersebut," kata Adam.
Soal rancangan pembiayaan, menurut Adam, dalam persoalan tersebut pemerintah masih terus membicarakan dalam jangka panjang untuk membahas anggaran tersebut.
"Jika opsi pemipaan atau desalinasi dipakai, masih perlu dibicarakan lebih jauh apakah akan memakai investor yang memang fokus dalam pengembangan sumber air bersih, dan bekerja sama dengan perusahaan air minum, atau dengan menggunakan APBD," kata Adam.
Jika dengan investor misalnya, jelas ini akan berpengaruh pada harga air. Padahal selama ini harga air di Balikpapan tergolong tinggi dibandingkan daerah lain di Kaltim.
Dia mengatakan, di sisi lain Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan yang tak melulu mengejar profit. Sebagai perusahaan milik pemerintah, PDAM juga mengemban misi sosial. laju jumlah penduduk Balikpapan semakin tahun semakin meningkat.
Sementara pasokan sumber air baku yang hanya mengandalkan air tadah hujan saja pada Waduk Manggar tak mencukupi lantaran arus penduduk yang meningkat. Oleh sebab itu, Pemkot Balikpapan sedang mengupayakan sumber air baku dengan membangun Waduk Teritip dan Embung Wain, katanya.
"Waduk Teritip dapat dipergunakan sekitar dua tahun kedepan dan Embung Wain dapat digunakan dalam jangka waktu menengah sekitar setahun. Kita berharap ini bisa memasok air baku untuk memenuhi kebutuhan bersih warga kota Balikpapan," kata Adam.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014
Anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) dari Fraksi Hati Nurani Rakyat (Hanura), Muhammad Adam Sinte, Jumat mengatakan, ada beberapa opsi, selain melakukan pemipaan dari sejumlah sungai baik dari Mahakam maupun Penajam Paser Utara, desalinasi yakni mengubah air laut menjadi tawar juga patut dipertimbangkan.
"Persoalannya, baik pemipaan maupun desalinasi bukanlah perkara mudah. Diperlukan biaya yang cukup besar, serta tehnologi untuk menyukseskan program tersebut," kata Adam.
Soal rancangan pembiayaan, menurut Adam, dalam persoalan tersebut pemerintah masih terus membicarakan dalam jangka panjang untuk membahas anggaran tersebut.
"Jika opsi pemipaan atau desalinasi dipakai, masih perlu dibicarakan lebih jauh apakah akan memakai investor yang memang fokus dalam pengembangan sumber air bersih, dan bekerja sama dengan perusahaan air minum, atau dengan menggunakan APBD," kata Adam.
Jika dengan investor misalnya, jelas ini akan berpengaruh pada harga air. Padahal selama ini harga air di Balikpapan tergolong tinggi dibandingkan daerah lain di Kaltim.
Dia mengatakan, di sisi lain Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan yang tak melulu mengejar profit. Sebagai perusahaan milik pemerintah, PDAM juga mengemban misi sosial. laju jumlah penduduk Balikpapan semakin tahun semakin meningkat.
Sementara pasokan sumber air baku yang hanya mengandalkan air tadah hujan saja pada Waduk Manggar tak mencukupi lantaran arus penduduk yang meningkat. Oleh sebab itu, Pemkot Balikpapan sedang mengupayakan sumber air baku dengan membangun Waduk Teritip dan Embung Wain, katanya.
"Waduk Teritip dapat dipergunakan sekitar dua tahun kedepan dan Embung Wain dapat digunakan dalam jangka waktu menengah sekitar setahun. Kita berharap ini bisa memasok air baku untuk memenuhi kebutuhan bersih warga kota Balikpapan," kata Adam.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014