Babinsa yang ditugaskan di desa/kelurahan merupakan prajurit-prajurit yang memiliki peran efektif dalam membantu menekan angka stunting dari tingkat dasar yakni keluarga, karena stunting bukan hanya faktor ekonomi, tapi bisa akibat pola asuh dan lainnya.
"Penanganan stunting efektif dilakukan dari tingkat dasar karena berdasarkan penelitian, stunting terjadi pada anak-anak disebabkan beberapa faktor," kata Serka Kasan Abdullah, Babinsa Desa Girimukti Koramil 01/Penajam Kodim 0913/ Kabupaten PPU, Kalimantan Timur, dalam rilis Penrem 091/ASN di Samarinda, Senin.
Sejumlah faktor tersebut antara lain karena kondisi ekonomi yang kurang, ekonomi cukup tapi pola asuh pada anak atau pola makan ibu saat hamil yang salah, infeksi pada ibu, kehamilan remaja, jarak kelahiran anak terlalu dekat, hipertensi, dan lainnya.
Beberapa faktor tersebut bisa dilakukan dari tingkat dasar, misalnya terkait dengan pola asuh pada anak, pola makan ibu saat hamil, kehamilan remaja, dan jarak kehamilan ibu yang terlalu dekat.
Dalam hal ini, sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) meski tidak secara langsung mengetahui teknis penyebab stunting dan penanganan, namun ia memiliki tanggung jawab membina warga di teritorial tugasnya, sehingga ia kerap melakukan komunikasi dengan kader posyandu tentang pola penanganan stunting.
Setelah pengetahuan dari kader posyandu ia terima, bari kemudian ia turut membantu mencegah stunting maupun penanganan, terutama melalui penyampaian tentang bagaimana pola asuh terhadap anak, gizi yang harus dipenuhi oleh ibu hamil agar anak tidak stunting, dan hal lain.
Hal ini dilakukan karena Kodim 0913/PPU ingin membantu pemda setempat dalam menurunkan prevalensi stunting, yakni berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) di akhir 2023, angka stunting Kabupaten PPU naik 2,8 persen, dari 21,8 pada 2022 menjadi 24,6 persen pada 2023.
Sedangkan Pemkab PPU ingin menurunkan angka prevalensi stunting setidaknya menjadi 14 persen pada 2024 sesuai dengan target pemerintah pusat, sehingga diperlukan bantuan berbagai pihak, termasuk TNI pun mendapat tugas tambahan sampai ke tingkat desa, yakni melalui Babinsa.
Salah satu yang dilakukan Serka Kasan Abdullah adalah melakukan pendampingan saat dilakukan kegiatan di Posyandu Larasati yang berlokasi di RT 08 Desa Girimukti, Kecamatan Penajam.
"Adanya Posyandu di setiap desa diharapkan mampu mengatasi masalah kesehatan di lapisan paling dasar, seperti tentang kesehatan balita, imunisasi balita, kesehatan ibu, penanganan hingga pencegahan stunting," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024
"Penanganan stunting efektif dilakukan dari tingkat dasar karena berdasarkan penelitian, stunting terjadi pada anak-anak disebabkan beberapa faktor," kata Serka Kasan Abdullah, Babinsa Desa Girimukti Koramil 01/Penajam Kodim 0913/ Kabupaten PPU, Kalimantan Timur, dalam rilis Penrem 091/ASN di Samarinda, Senin.
Sejumlah faktor tersebut antara lain karena kondisi ekonomi yang kurang, ekonomi cukup tapi pola asuh pada anak atau pola makan ibu saat hamil yang salah, infeksi pada ibu, kehamilan remaja, jarak kelahiran anak terlalu dekat, hipertensi, dan lainnya.
Beberapa faktor tersebut bisa dilakukan dari tingkat dasar, misalnya terkait dengan pola asuh pada anak, pola makan ibu saat hamil, kehamilan remaja, dan jarak kehamilan ibu yang terlalu dekat.
Dalam hal ini, sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) meski tidak secara langsung mengetahui teknis penyebab stunting dan penanganan, namun ia memiliki tanggung jawab membina warga di teritorial tugasnya, sehingga ia kerap melakukan komunikasi dengan kader posyandu tentang pola penanganan stunting.
Setelah pengetahuan dari kader posyandu ia terima, bari kemudian ia turut membantu mencegah stunting maupun penanganan, terutama melalui penyampaian tentang bagaimana pola asuh terhadap anak, gizi yang harus dipenuhi oleh ibu hamil agar anak tidak stunting, dan hal lain.
Hal ini dilakukan karena Kodim 0913/PPU ingin membantu pemda setempat dalam menurunkan prevalensi stunting, yakni berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) di akhir 2023, angka stunting Kabupaten PPU naik 2,8 persen, dari 21,8 pada 2022 menjadi 24,6 persen pada 2023.
Sedangkan Pemkab PPU ingin menurunkan angka prevalensi stunting setidaknya menjadi 14 persen pada 2024 sesuai dengan target pemerintah pusat, sehingga diperlukan bantuan berbagai pihak, termasuk TNI pun mendapat tugas tambahan sampai ke tingkat desa, yakni melalui Babinsa.
Salah satu yang dilakukan Serka Kasan Abdullah adalah melakukan pendampingan saat dilakukan kegiatan di Posyandu Larasati yang berlokasi di RT 08 Desa Girimukti, Kecamatan Penajam.
"Adanya Posyandu di setiap desa diharapkan mampu mengatasi masalah kesehatan di lapisan paling dasar, seperti tentang kesehatan balita, imunisasi balita, kesehatan ibu, penanganan hingga pencegahan stunting," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024