Jumlah kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) di Provinsi Kalimantan Timur mencapai 328 pada bulan Januari 2024, kata Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur Jaya Mualimin.
"Kasus GHPR tertinggi terjadi di Balikpapan dengan 93 kasus, diikuti oleh Samarinda dengan 68 kasus, dan Kutai Timur dengan 47 kasus," kata Jaya di Samarinda, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa kasus GHPR juga terjadi di delapan kabupaten lainnya, yaitu Kutai Barat sebanyak 39 kasus, Kutai Kartanegara 23 kasus, Bontang 17 kasus, Paser 13 kasus, Penajam Paser Utara 10 kasus, Berau 10 kasus, dan Mahakam Ulu sebanyak delapan kasus.
Jaya juga mengatakan bahwa tidak ada laporan kematian akibat rabies pada manusia di Kaltim, meskipun ada kemungkinan adanya anjing yang terinfeksi rabies.
"Kalau rabies hewannya ada angkanya. Anjing yang kita periksa tapi tidak ada manusia terjangkit. Kami terus lakukan vaksinasi anjing secara gratis melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan," katanya.
Ia juga mengimbau masyarakat yang digigit oleh hewan penular rabies untuk segera mendapatkan penanganan medis di puskesmas terdekat.
"Luka gigitan itu harus segera dibersihkan dulu. Ada beberapa tahapan. Kalau serius harus dirawat agar bisa dikelola," katanya.
Dia juga menjelaskan, rabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf pusat. Penyakit ini dapat menular melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, seperti anjing, kucing, atau kelelawar.
Gejala rabies pada manusia antara lain demam, sakit kepala, kesulitan menelan, kejang, dan halusinasi. Rabies dapat dicegah dengan vaksinasi dan pengobatan segera setelah terpapar.
"Rabies dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat," kata Jaya.
Dia menekankan pentingnya merawat hewan peliharaan dengan baik, dan memastikan mereka mendapatkan vaksinasi.
Dia menekankan pentingnya merawat hewan peliharaan dengan baik, dan memastikan mereka mendapatkan vaksinasi.
"Bagi masyarakat yang memiliki hewan peliharaan, vaksin untuk hewan peliharaan disediakan secara gratis, sama seperti yang kita lakukan untuk sapi dan kerbau," katanya..
Selain rabies, Jaya menyebutkan bahwa di Kaltim terdapat penyakit zoonosis lain yang perlu diwaspadai, yaitu anthrax.
"Kita sudah melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan untuk penyakit terkait zoonosis, termasuk anthrax yang berasal dari sapi dan kerbau," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024