Dinas Kesehatan Kalimantan Timur menekankan penerapan inovasi pemeriksaan untuk mendeteksi kanker serviks atau kanker mulut rahim melalui tes urine.
"Kami menerapkan inovasi ini, karena kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi bagi perempuan di Indonesia dan ini menjadi perhatian kami di Kaltim," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur Jaya Mualimin di Samarinda, Rabu.
Dikemukakannya bahwa angka kematian untuk kasus kanker serviks sendiri rata-rata hampir 50 persen. Data di Indonesia, penderita kanker serviks mencapai 36.633 dengan angka kematian hampir 18 ribu orang per tahun.
Menurut Jaya, salah satu faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian akibat kanker serviks adalah kurangnya cakupan pemeriksaan yang menggunakan metode konvensional, yaitu dengan cara membuka kelamin perempuan dan menggunakan alat cocor bebek untuk mengambil sampel cairan dari leher rahim.
"Metode ini sangat mengganggu privasi dari perempuan, apalagi yang belum menikah. Banyak yang merasa malu dan menolak untuk diperiksa," jelas Jaya.
Untuk mengatasi masalah ini, Jaya mengatakan bahwa Dinkes Kaltim telah berkolaborasi dengan Bio Farma, sebuah perusahaan farmasi milik negara untuk mengembangkan inovasi pemeriksaan kanker serviks dengan menggunakan tes urine.
Tes urine ini tergolong mudah dan praktis. Perempuan hanya perlu buang air kecil dan menampung urine di dalam botol yang sudah disediakan. Kemudian urine tersebut akan diperiksa dengan alat khusus yang bisa mendeteksi adanya virus human papilloma virus (HPV) yang merupakan penyebab utama kanker serviks.
Jaya menambahkan bahwa tes urine ini bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa perlu tenaga kesehatan yang terlatih. Selain itu, tes urine ini juga lebih cepat dan akurat dalam memberikan hasil, apakah positif atau negatif terinfeksi virus HPV.
"Kami berharap lewat inovasi ini, kita dapat melakukan pencegahan kanker serviks tersebut," harap Jaya.
Ia mengungkapkan bahwa ada pengalaman dari salah satu penderita kanker serviks yang sudah merasakan manfaat dari tes urine ini.
"Dia bilang, sekarang sudah agak lega dan tidak merasa sendirian lagi. Dia juga mendapat pengobatan yang tepat dan sesuai dengan kondisinya," ujar Jaya.
Jaya berharap bahwa inovasi pemeriksaan kanker serviks dengan tes urine ini bisa menjadi contoh dan inspirasi bagi daerah lain di Indonesia, yang juga ingin menekan angka kematian akibat kanker serviks.
"Kita harus bersama-sama melawan kanker serviks yang merupakan musuh bersama bagi perempuan Indonesia. Kita harus peduli dan berani untuk memeriksakan diri, sebelum terlambat," tutup Jaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024
"Kami menerapkan inovasi ini, karena kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi bagi perempuan di Indonesia dan ini menjadi perhatian kami di Kaltim," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur Jaya Mualimin di Samarinda, Rabu.
Dikemukakannya bahwa angka kematian untuk kasus kanker serviks sendiri rata-rata hampir 50 persen. Data di Indonesia, penderita kanker serviks mencapai 36.633 dengan angka kematian hampir 18 ribu orang per tahun.
Menurut Jaya, salah satu faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian akibat kanker serviks adalah kurangnya cakupan pemeriksaan yang menggunakan metode konvensional, yaitu dengan cara membuka kelamin perempuan dan menggunakan alat cocor bebek untuk mengambil sampel cairan dari leher rahim.
"Metode ini sangat mengganggu privasi dari perempuan, apalagi yang belum menikah. Banyak yang merasa malu dan menolak untuk diperiksa," jelas Jaya.
Untuk mengatasi masalah ini, Jaya mengatakan bahwa Dinkes Kaltim telah berkolaborasi dengan Bio Farma, sebuah perusahaan farmasi milik negara untuk mengembangkan inovasi pemeriksaan kanker serviks dengan menggunakan tes urine.
Tes urine ini tergolong mudah dan praktis. Perempuan hanya perlu buang air kecil dan menampung urine di dalam botol yang sudah disediakan. Kemudian urine tersebut akan diperiksa dengan alat khusus yang bisa mendeteksi adanya virus human papilloma virus (HPV) yang merupakan penyebab utama kanker serviks.
Jaya menambahkan bahwa tes urine ini bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa perlu tenaga kesehatan yang terlatih. Selain itu, tes urine ini juga lebih cepat dan akurat dalam memberikan hasil, apakah positif atau negatif terinfeksi virus HPV.
"Kami berharap lewat inovasi ini, kita dapat melakukan pencegahan kanker serviks tersebut," harap Jaya.
Ia mengungkapkan bahwa ada pengalaman dari salah satu penderita kanker serviks yang sudah merasakan manfaat dari tes urine ini.
"Dia bilang, sekarang sudah agak lega dan tidak merasa sendirian lagi. Dia juga mendapat pengobatan yang tepat dan sesuai dengan kondisinya," ujar Jaya.
Jaya berharap bahwa inovasi pemeriksaan kanker serviks dengan tes urine ini bisa menjadi contoh dan inspirasi bagi daerah lain di Indonesia, yang juga ingin menekan angka kematian akibat kanker serviks.
"Kita harus bersama-sama melawan kanker serviks yang merupakan musuh bersama bagi perempuan Indonesia. Kita harus peduli dan berani untuk memeriksakan diri, sebelum terlambat," tutup Jaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024