Kepala Dinkes Balikpapan, Dr. Andi Sri Juliarty mengatakan penggunaan kelambu air, dinilai cukup efektif dalam menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerah setempat.
"Hal itu bisa dilihat sebagai contoh yang ada di Kecamatan Balikpapan Selatan," katanya di Balikpapan, Rabu (24/1).
Dia mengatakan untuk di Kecamatan Balikpapan Selatan salah satunya di kawasan Sepinggan yang awalnya angka kasus DBD cukup tinggi, namun setelah penggunaan kelambu air sekarang kasus DBD di kawasan itu menurun.
Sekarang katanya yang mengalami peningkatan kasus DBD justru di Kecamatan Balikpapan Utara, dan Balikpapan Tengah..
Sri Juliarty menjelaskan penggunaan kelambu air merupakan upaya atau sebuah inovasi dari Pemerintah Kota Balikpapan pasca merebaknya angka kasus DBD pada awal tahun lalu.
Dia menuturkan Dinkes Balikpapan awalnya membagikan kelambu air kepada warga, tapi tidak semua warga atau Kepala Keluarga (KK) mendapatkan pembagian kelambu air, di harapkan warga untuk bisa membuat atau membeli sendiri.
" Ada sejumlah daerah di Balikpapan yang warganya bisa membuat kelambu air. Termasuk salah satunya adalah di sekolah SMAN 5 yang bisa membuat kelambu air," ujarnya.
Sri Juliarty menjelaskan kelambu air merupakan salah satu cara untuk menuntaskan masalah jentik, terlebih warga Kota Balikpapan kerap menampung air.
Menurutnya dengan penggunaan kelambu air, nyamuk tidak bisa masuk ke tempat penampungan air, maka tidak bisa berkembang biak. Jika sudah terdapat jentik pada penampungan air, maka perlu dilakukan penaburan obat pembunuh jentik nyamuk menggunakan bubuk Abate.
Dikemukakannya, nyamuk demam berdarah biasanya tinggal dan berkembang biak di tempat penampungan air. Nyamuk Aedes Aegypti suka di tempat yang gelap dan lembab. Suhu di Kota Balikpapan cukup mumpuni buat berkembang biak-nya nyamuk Aedes Aegypti.
"Nyamuk DBD suka berada di air yang bersih, dan suhu seperti di Kota Balikpapan kisaran 24-32 Celcius untuk berkembang biak," katanya.
Dia menegaskan untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti. harus sampai ke akar-akarnya bukan hanya memberantas nyamuk dewasa.
"Kalau menggunakan fogging atau pengasapan itu hanya untuk nyamuk dewasa, jika menggunakan kelambu air, bubuk abate memberantas sampai akarnya, dan sekarang tinggal komitmen masyarakat untuk mengaplikasikannya," ujar Sri Juliarty.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024
"Hal itu bisa dilihat sebagai contoh yang ada di Kecamatan Balikpapan Selatan," katanya di Balikpapan, Rabu (24/1).
Dia mengatakan untuk di Kecamatan Balikpapan Selatan salah satunya di kawasan Sepinggan yang awalnya angka kasus DBD cukup tinggi, namun setelah penggunaan kelambu air sekarang kasus DBD di kawasan itu menurun.
Sekarang katanya yang mengalami peningkatan kasus DBD justru di Kecamatan Balikpapan Utara, dan Balikpapan Tengah..
Sri Juliarty menjelaskan penggunaan kelambu air merupakan upaya atau sebuah inovasi dari Pemerintah Kota Balikpapan pasca merebaknya angka kasus DBD pada awal tahun lalu.
Dia menuturkan Dinkes Balikpapan awalnya membagikan kelambu air kepada warga, tapi tidak semua warga atau Kepala Keluarga (KK) mendapatkan pembagian kelambu air, di harapkan warga untuk bisa membuat atau membeli sendiri.
" Ada sejumlah daerah di Balikpapan yang warganya bisa membuat kelambu air. Termasuk salah satunya adalah di sekolah SMAN 5 yang bisa membuat kelambu air," ujarnya.
Sri Juliarty menjelaskan kelambu air merupakan salah satu cara untuk menuntaskan masalah jentik, terlebih warga Kota Balikpapan kerap menampung air.
Menurutnya dengan penggunaan kelambu air, nyamuk tidak bisa masuk ke tempat penampungan air, maka tidak bisa berkembang biak. Jika sudah terdapat jentik pada penampungan air, maka perlu dilakukan penaburan obat pembunuh jentik nyamuk menggunakan bubuk Abate.
Dikemukakannya, nyamuk demam berdarah biasanya tinggal dan berkembang biak di tempat penampungan air. Nyamuk Aedes Aegypti suka di tempat yang gelap dan lembab. Suhu di Kota Balikpapan cukup mumpuni buat berkembang biak-nya nyamuk Aedes Aegypti.
"Nyamuk DBD suka berada di air yang bersih, dan suhu seperti di Kota Balikpapan kisaran 24-32 Celcius untuk berkembang biak," katanya.
Dia menegaskan untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti. harus sampai ke akar-akarnya bukan hanya memberantas nyamuk dewasa.
"Kalau menggunakan fogging atau pengasapan itu hanya untuk nyamuk dewasa, jika menggunakan kelambu air, bubuk abate memberantas sampai akarnya, dan sekarang tinggal komitmen masyarakat untuk mengaplikasikannya," ujar Sri Juliarty.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024