Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Samarinda mengajak para tenaga kesehatan untuk menangani kasus kekurangan gizi akut (stunting) dan HIV dari sisi hulu.

"Melalui seminar ini, kami ingin memberikan edukasi dan motivasi kepada para dokter dan tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan menjaga keharmonisan keluarga," ujar Ketua Panitia Seminar Kesehatan IDI Samarinda Andi Satya Adi Saputra di RSUD A.W. Sjahranie, Samarinda, Sabtu.

IDI Samarinda menggelar seminar kesehatan untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73. Salah satunya, pembahasan tentang pemeriksaan kehamilan (antenatal care) berkualitas dan pencegahan selingkuh dalam keluarga.
 
"Antenatal care yang berkualitas penting untuk mencegah stunting, yaitu kondisi pertumbuhan anak yang terhambat akibat kekurangan asupan gizi sejak dalam kandungan," ujarnya.
 
Sementara, terdapat pula materi pembahasan bertajuk "Cegah Selingkuh, Keluarga Utuh". Tujuan materi itu adalah menjaga keharmonisan hubungan suami-istri, khususnya dokter yang sering meninggalkan rumah karena tugas dan tanggung jawab. 

Baca juga: IDI sebut "bullying" di kalangan dokter bukan tradisi
 
Andi mengatakan profesi dokter rawan hal-hal yang tidak diinginkan di luar rumah, seperti perselingkuhan.
 
"Kami mengundang dokter beserta pasangannya untuk datang di sini dan mendengarkan materi. Mudah-mudahan, keluarga mereka senantiasa sakinah mawadah warahmah," ujar Andi.
 
Sementara, Ketua IDI Samarinda Andriansyah mengatakan dua topik pada seminar kesehatan peringatan HUT IDI itu dilatarbelakangi masalah kesehatan di Kota Samarinda, yaitu stunting dan indeks menular seksual (IMS) yang cukup tinggi.
 
"Kami mengharapkan para dokter di Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, bisa melakukan pemeriksaan kehamilan berkualitas, sehingga mencegah stunting sejak dini," katanya.
 
Sementara, IMS adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak sehat, seperti HIV/AIDS, sifilis, gonore, dan klamidia. IMS bisa menyebabkan komplikasi kesehatan, seperti kemandulan, kanker, dan kematian.
 
Andriansyah mengatakan salah satu faktor risiko IMS adalah perilaku selingkuh yang cukup banyak terjadi di Kota Samarinda. Dia berharap para dokter dapat memberikan informasi dan edukasi kepada pasien, bahkan pasutri, agar tidak selingkuh dan menjaga kesehatan seksual.
 
 "Kami ingin menunjukkan bahwa dokter adalah pengabdi untuk rakyat, khususnya bidang kesehatan. Kami juga ingin mendidik calon dokter untuk lebih membumi dan mengerti kebutuhan masyarakat," katanya.

Baca juga: IDI Paser gelar pemeriksaan kesehatan gratis peringati HBDI ke-115

Pewarta: Ahmad Rifandi

Editor : Imam Santoso


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023