Samarinda (ANTARA Kaltim) – Sedikitnya empat SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas) disiapkan untuk wilayah Balikpapan. Menurut Safuad, anggota Komisi II DPRD Kaltim, dengan menggunakan anggaran yang tidak sedikit sebaiknya jumlah SPBG tersebut disiapkan sesuai jumlah pemakai kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas.
“Seharusnya dilihat kembali jumlah pengguna kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas. Saya sendiri melihat masih sangat langka penggunanya, bahkan belum ada yang menggunakan. Memang bagus dibuat dari sekarang. Tapi sebaiknya dievaluasi kembali kadar kebutuhannya,†paparnya.
Menurutnya wacana itu baik untuk mengantisipasi tren kendaraan pengguna SPBG nantinya. Namun di sisi lain, terlalu dini bagi Kaltim membuka SPBG dengan total kendaraan berbahan bakar gas yang masih belum jelas.
“Betul merupakan lompatan kemajuan. Tapi tidak sekarang. Apalagi, pengadaan gas tidak di Indonesia, melainkan di luar negeri. Indonesia sendiri belum tersedia produk gas yang siap pakai, termasuk juga LPG yang masih diimpor dari luar,†papar Safuad.
Menurut Safuad sangat disayangkan dibangun SPBG besar-besaran sedangkan pengadaan gas sendiri masih tergantung dari luar negri. “Sangat disayangkan pengolahan gas di Indonesia harus diekspor lalu diimpor kembali. Dengan penggunaan bahan bakar gas ini bila dilihat ke depannya akan menghabiskan biaya sangat besar,†urainya.
Evaluasi harus lebih diperketat mengenai pengolahan gas, khususnya bila ingin membangun SPBG. “Harus dilihat pengolahannya dari mentah sehingga menjadi siap pakai. Berapa banyak biaya yang akan dihabiskan. pembangunan SPBG ini memang diperlukan, hanya saja terlalu dini untuk pengoperasiannya tanpa dilihat kembali kelayakannya,†tandas Safuad. (Humas DPRD Kaltim/adv/aul/dhi/met)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014
“Seharusnya dilihat kembali jumlah pengguna kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas. Saya sendiri melihat masih sangat langka penggunanya, bahkan belum ada yang menggunakan. Memang bagus dibuat dari sekarang. Tapi sebaiknya dievaluasi kembali kadar kebutuhannya,†paparnya.
Menurutnya wacana itu baik untuk mengantisipasi tren kendaraan pengguna SPBG nantinya. Namun di sisi lain, terlalu dini bagi Kaltim membuka SPBG dengan total kendaraan berbahan bakar gas yang masih belum jelas.
“Betul merupakan lompatan kemajuan. Tapi tidak sekarang. Apalagi, pengadaan gas tidak di Indonesia, melainkan di luar negeri. Indonesia sendiri belum tersedia produk gas yang siap pakai, termasuk juga LPG yang masih diimpor dari luar,†papar Safuad.
Menurut Safuad sangat disayangkan dibangun SPBG besar-besaran sedangkan pengadaan gas sendiri masih tergantung dari luar negri. “Sangat disayangkan pengolahan gas di Indonesia harus diekspor lalu diimpor kembali. Dengan penggunaan bahan bakar gas ini bila dilihat ke depannya akan menghabiskan biaya sangat besar,†urainya.
Evaluasi harus lebih diperketat mengenai pengolahan gas, khususnya bila ingin membangun SPBG. “Harus dilihat pengolahannya dari mentah sehingga menjadi siap pakai. Berapa banyak biaya yang akan dihabiskan. pembangunan SPBG ini memang diperlukan, hanya saja terlalu dini untuk pengoperasiannya tanpa dilihat kembali kelayakannya,†tandas Safuad. (Humas DPRD Kaltim/adv/aul/dhi/met)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014