Samarinda (ANTARA Kaltim) – Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak mengatakan menyongsong ASEAN Economic Community (AEC) 2015, sumber daya manusia Kaltim harus siap. Saat AEC 2015 disepakati, ASEAN akan menjadi kawasan terintegrasi yang memiliki daya saing ekonomi tinggi dan perkembangan ekonomi yang merata.
“Kaltim harus menyiapkan bagaimana merebut dan memanfaatkan peluang AEC 2015. Salah satunya adalah dengan adanya kegiatan seperti ini. Karena disamping pendidikan formal, kita juga melaksanakan pendidikan kewirausahaan yang bisa diikuti peserta yang bermacam-macam. Ada yang tidak tamat sekolah, ada yang masih sekolah, sudah lulus bahkan sampai pensiunan,†kata Awang Faroek saat membuka Pelatihan Wirausaha Baru dan Pemasyarakatan Pemahaman Koperasi melalui Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) 2014 Spirit of Global Enterpreneurship di Bank Indonesia Samarinda, Rabu (5/2).
Menurut dia, pelatihan kewirausahaan menjadi program Pemprov dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus juga mengentaskan kemiskinan dan tentunya membuka kesempatan kerja guna menurunkan angka pengangguran.
“Kewirausahaan ini merupakan kekuatan raksasa yang akan membangkitkan dan menggeliatkan Kaltim. Langkah ini akan membuat Kaltim semakin cepat berlari dalam pembangunan daerah,†jelasnya.
Awang Faroek menekankan pengembangan kewirausahaan sangat penting. Karena merupakan salah satu faktor pendorong pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang berpengaruh besar terhadap percepatan peningkatan perekonomian kerakyatan.
Calon-calon wirausaha baru (pemula) harus bisa memanfaatkan dan memaksimalkan peluang kewirausahaan di Kaltim yang sangat beragam. Apalagi program Pemprov dan kabupaten/kota sangat mendukung pengembangan kewirausahaan ini.
Mulai dari pertanian, perkebunan, peternakan hingga perikanan, sebut dia, merupakan sektor-sektor bisa dimanfaatkan untuk membuka wirausaha baru. Ditambah sektor pertanian dalam arti luas menjadi prioritas pembangunan dan diharapkan menjadi lokomotif baru perekonomian Kaltim kedepan, menggantikan sektor batu bara dan migas.
“Kinerja SKPD kita sekarang berorientasi kepada hasil. Targetnya harus jelas. Seperti wirausaha baru ini, berapa ribu orang yang akan dicapai dalam 100 hari. Setahun berapa? Lima tahun berapa? Semua harus jelas. Kita akan mendorong percepatan pengembangan wirausaha baru ini,†ucapnya.
Kepada peserta pelatihan, Awang Faroek berpesan agar benar-benar mengikuti pelatihan kewirausahaan ini dengan baik dan kemudian mengimplementasikannya di lingkungan masyarakat dengan dukungan pemerintah melalui instansi terkait.
“Saya ingin melihat dalam waktu tiga sampai enam bulan, usaha apa yang dikembangkan. Yang penting itu follow up setelah pelatihan ini, bukan sekedar ikut saja, tapi nanti anda jadi apa. Kita bisa arahkan,†pesannya.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementerian Koperasi dan UKM Prakoso Budi Susetyo memberikan apresiasi terhadap Kaltim karena merupakan provinsi pertama di Indonesia yang melaksanakan program GKN 2014 yang telah dicanangkan sebelumnya.
“Kita sudah canangkan tetapi belum melaksanakan dan Kaltim sudah melaksanakan. Kita beri apresiasi dan untuk tahap awal kita akan berikan bantuan sosial sejumlah Rp1 miliar bagi wirausaha baru (pemula) di Kaltim, dengan nominal maksimal Rp25 juta/orang berdasarkan proposal yang diajukan,†kata Prakoso.
Terhadap penerima bantuan tersebut, Prakoso mengatakan wirausaha pemula harus bertanggung jawab bahwa itu seolah-olah pinjaman. Jika omsetnya sudah diatas Rp100 juta atau lebih, maka yang bersangkutan akan menyerahkan modal awalnya kepada orang sekitarnya untuk memulai usaha baru.
“Kami minta, manfaatkan bantuan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan baik dan maksimal. Apa yang dibutuhkan, sampaikan kepada kami,†ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, perkembangan wirausaha di Indonesia saat ini berada pada angka 1,65 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Jika mencapai angka dua persen, sebut dia, maka Indonesia bisa dikatakan makmur, meskipun penyebarannya belum merata.
“Wirausaha harus merata dari bawah ke atas, dan tidak hanya di kota tetapi juga di desa. Ada tiga komoditi yang tidak pernah mati dan dapat dikembangkan secara terus menerus, yaitu makanan, energi dan air,†pesannya.
Pelatihan wirausaha baru di Kaltim merupakan hasil kerjasama Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM (Disperindagkop dan UKM) Kaltim dengan Bank Indonesia Samarinda, yang mengambil tema “Kebangkitan Wirausaha menuju Kaltim Sejahteraâ€. Pelatihan ini diikuti sekitar 1.200 peserta. Dilaksanakan secara maraton pada Februari-Maret di 30 kecamatan se-Kaltim. (Humas Prov Kaltim/her)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014
“Kaltim harus menyiapkan bagaimana merebut dan memanfaatkan peluang AEC 2015. Salah satunya adalah dengan adanya kegiatan seperti ini. Karena disamping pendidikan formal, kita juga melaksanakan pendidikan kewirausahaan yang bisa diikuti peserta yang bermacam-macam. Ada yang tidak tamat sekolah, ada yang masih sekolah, sudah lulus bahkan sampai pensiunan,†kata Awang Faroek saat membuka Pelatihan Wirausaha Baru dan Pemasyarakatan Pemahaman Koperasi melalui Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) 2014 Spirit of Global Enterpreneurship di Bank Indonesia Samarinda, Rabu (5/2).
Menurut dia, pelatihan kewirausahaan menjadi program Pemprov dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus juga mengentaskan kemiskinan dan tentunya membuka kesempatan kerja guna menurunkan angka pengangguran.
“Kewirausahaan ini merupakan kekuatan raksasa yang akan membangkitkan dan menggeliatkan Kaltim. Langkah ini akan membuat Kaltim semakin cepat berlari dalam pembangunan daerah,†jelasnya.
Awang Faroek menekankan pengembangan kewirausahaan sangat penting. Karena merupakan salah satu faktor pendorong pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang berpengaruh besar terhadap percepatan peningkatan perekonomian kerakyatan.
Calon-calon wirausaha baru (pemula) harus bisa memanfaatkan dan memaksimalkan peluang kewirausahaan di Kaltim yang sangat beragam. Apalagi program Pemprov dan kabupaten/kota sangat mendukung pengembangan kewirausahaan ini.
Mulai dari pertanian, perkebunan, peternakan hingga perikanan, sebut dia, merupakan sektor-sektor bisa dimanfaatkan untuk membuka wirausaha baru. Ditambah sektor pertanian dalam arti luas menjadi prioritas pembangunan dan diharapkan menjadi lokomotif baru perekonomian Kaltim kedepan, menggantikan sektor batu bara dan migas.
“Kinerja SKPD kita sekarang berorientasi kepada hasil. Targetnya harus jelas. Seperti wirausaha baru ini, berapa ribu orang yang akan dicapai dalam 100 hari. Setahun berapa? Lima tahun berapa? Semua harus jelas. Kita akan mendorong percepatan pengembangan wirausaha baru ini,†ucapnya.
Kepada peserta pelatihan, Awang Faroek berpesan agar benar-benar mengikuti pelatihan kewirausahaan ini dengan baik dan kemudian mengimplementasikannya di lingkungan masyarakat dengan dukungan pemerintah melalui instansi terkait.
“Saya ingin melihat dalam waktu tiga sampai enam bulan, usaha apa yang dikembangkan. Yang penting itu follow up setelah pelatihan ini, bukan sekedar ikut saja, tapi nanti anda jadi apa. Kita bisa arahkan,†pesannya.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementerian Koperasi dan UKM Prakoso Budi Susetyo memberikan apresiasi terhadap Kaltim karena merupakan provinsi pertama di Indonesia yang melaksanakan program GKN 2014 yang telah dicanangkan sebelumnya.
“Kita sudah canangkan tetapi belum melaksanakan dan Kaltim sudah melaksanakan. Kita beri apresiasi dan untuk tahap awal kita akan berikan bantuan sosial sejumlah Rp1 miliar bagi wirausaha baru (pemula) di Kaltim, dengan nominal maksimal Rp25 juta/orang berdasarkan proposal yang diajukan,†kata Prakoso.
Terhadap penerima bantuan tersebut, Prakoso mengatakan wirausaha pemula harus bertanggung jawab bahwa itu seolah-olah pinjaman. Jika omsetnya sudah diatas Rp100 juta atau lebih, maka yang bersangkutan akan menyerahkan modal awalnya kepada orang sekitarnya untuk memulai usaha baru.
“Kami minta, manfaatkan bantuan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan baik dan maksimal. Apa yang dibutuhkan, sampaikan kepada kami,†ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, perkembangan wirausaha di Indonesia saat ini berada pada angka 1,65 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Jika mencapai angka dua persen, sebut dia, maka Indonesia bisa dikatakan makmur, meskipun penyebarannya belum merata.
“Wirausaha harus merata dari bawah ke atas, dan tidak hanya di kota tetapi juga di desa. Ada tiga komoditi yang tidak pernah mati dan dapat dikembangkan secara terus menerus, yaitu makanan, energi dan air,†pesannya.
Pelatihan wirausaha baru di Kaltim merupakan hasil kerjasama Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM (Disperindagkop dan UKM) Kaltim dengan Bank Indonesia Samarinda, yang mengambil tema “Kebangkitan Wirausaha menuju Kaltim Sejahteraâ€. Pelatihan ini diikuti sekitar 1.200 peserta. Dilaksanakan secara maraton pada Februari-Maret di 30 kecamatan se-Kaltim. (Humas Prov Kaltim/her)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014