Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN)  Tanah Merah Samarinda membentuk tim khusus melakukan pemulihan terhadap balita berusia tiga tahun bernama Noel yang dinyatakan positif  usai meminum air mineral mengandung zat narkoba jenis sabu.

“Kami siapkan tim kesehatan khusus menangani Noel, di antaranya dokter umum terkait observasi kesehatan, dokter gigi  untuk observasi perkembangan gangguan pada gigi karena kami ingin menetralisir kandungan zat asam tinggi  dari sabu sehingga bisa merusak gigi dan gusi pada anak,” kata Kepala Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN)  Tanah Merah Samarinda Kombes Pol Sutarso di Samarinda, Rabu.

Jika kondisi  ini tidak segera ditangani, katanya  nanti gusi yang baru terinfeksi dan virus-virus bakteri akan masuk merusak tubuh mengganggu susunan sel saraf.

lanjutnya, selain dokter gigi dan dokter umum, pihaknya juga menyiapkan perawat untuk memantau kondisi balita selama 24 jam, perawat membantu mensterilkan tubuh untuk mengkonservasi kondisi  penderita walaupun secara fisik nampak sehat.

“Pendampingan juga dilakukan untuk memantau perkembangan sistem saraf otak anak tersebut,  karena khawatir jika zat Dopamin mempengaruhi daya ingat dan kecerdasan anak,” jelas Sutarso.

Kemudian menyiapkan asupan gizi yang diperlukan dan harus disesuaikan dengan kebutuhan anak,  yang pasti akan berpengaruh terhadap kebutuhan perkembangannya.

Sutarso  menuturkan, pihaknya juga akan melakukan pendampingan keluarga balita tersebut, secara psikologis mengalami trauma atas kejadian yang menimpa si korban.

“Hal yang perlu dijaga ialah jangan sampai ada stigma negatif kepada keluarga korban, karena perihal tersebut bisa berdampak pada lingkungan sosial pada perkembangan anak,”  ucapnya.

Sutarso menambahkan, beberapa catatan dari kasus tersebut, utamanya terhadap risiko berdasarkan usia anak, di mana perlu adanya pantauan jangka panjang dan dukungan dari lingkungan sekitar.

“Kami akan terus pantau, jika sudah selesai rehabilitasi, fokusnya adalah pemulihan trauma agar tidak memiliki efek jangka panjang, jangan sampai  ada stigmatisasi berkembang dan mempengaruhi perkembangan anak,” katanya.

Ia menjelaskan, gambaran fokus secara umum karena itu mempengaruhi sel pada otak balita, akan berpengaruh pada tingkat kerusakan pada sel-sel yang ada di otak, sehingga mengenai seberapa lama pasien akan pulih dari zat yang berasal dari sabu tersebut, biasanya untuk pasien yang parah bisa sampai dua tahun pemulihan.

Sedangkan penanganan pada pasien biasa berusia dewasa tentu berbeda dengan kasus anak usia balita, ada faktor risiko yang tinggi, karena si pemakainya adalah anak usia tiga tahun, maka risiko tinggi karena susunan saraf masih belum berkembang normal.

“Secara biologis  atau fisik juga belum normal karena masih masa perkembangan, itu yang kemudian memiliki tingkat kekentalan yang tinggi, tapi karena penggunaannya baru sekali bisa saja menjadi faktor yang ringan, namun perlu dilakukan pendampingan khusus,” ujar  Sutarso.
 

Pewarta: Ahmad Rifandi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023