Tenggarong (ANTARA Kaltim) - Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Badan Penelitian Pengembangan Daerah (Balitbangda) tengah mengkaji arus bawah Sungai Mahakam yang akan dijadikan sebagai sumber energi listrik alternatif.
Kepala Balitbangda Kukar Hairil Anwar, Selasa mengatakan, kajian pemanfaatan arus bawah Sungai Mahakam, sebagai sumber energ listrik alternatif yang ramah lingkungan itu sebagai langkah inovatif dalam memenuhi kebutuhan listrik di daerah itu .
Sistem tersebut menurut Hairil Anwar sangat cocok diterapkan di daerah-daerah terpencil yang memiliki sumber daya arus sungai.
"Hal ini sebagai langkah antisipatif ketergantungan terhadap fosil sebagai energi listrik yang sangat beresiko terhadap perubahan iklim bumi. Menurut kajian, emisi karbon yang ditimbulkan untuk pembangkit listrik 1 mega watt/jam tersebut dibutuhkan lahan penyerapan karbon dalam bentuk hutan tropis seluas 1,4 juta hektare, selama 1,7 tahun," ungkap Hairil Anwar.
Pemanfaatan arus bawah sungai Mahakam sebagai sumber energy listrik kata Ade Darma Putra, saat menjadi narasumber seminar di Bappeda, disimpulkan bahwa Kutai Kartanegara mempunyai potensi sumber energi terbarukan yang melimpah, khususnya arus bawah Sungai Mahakam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik.
Dari hasil kajian yang dilakukan diketahui bahwa, Kecamatan Loa Kulu memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai "pilot project" penerapan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Arus Bawah Sungai Mahakam (PLTABSM).
PLTABSM kata Ade Darma Putra mampu menghasilkan kapasitas dalam posisi beban 0,5 Kva (500 watt Gerinda) output inverter, tegangan keluaran mengalami penurunan voltase hingga 180,25 volt.
Sedangkan dalam posisi beban 0,018 Kva (18 watt Lampu Neon) output inverter, tegangan keluaran mengalami penurunan voltase hingga 213,5 volt.
Secara teknis menurut dia, PLTABSM memerlukan pengembangan baik secara teknis maupun non teknis.
"Misalnya ketika peralatan yang diperlukan dalam operasional turbin semakin besar, maka diperlukan pengamanan (safety) peralatan dari gangguan material arus sungai atau dari kecelakaan oleh kapal-kapal sungai," katanya.
"Kemudian, diperlukan sistem peraturan yang ketat terhadap pemanfaatan energi listrik PLTABSM agar dapat beroperasi secara normal dalam jangka panjang. Bukan hanya itu tetapi harapannya SKPD terkait dapat membangun sinergitas untuk mengembangkan Arus Bawah Sungai," ungkap Ade Darma Putra.
Pada riset tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi yaitu, pentingnya melakukan sosialisasi penerapan sistem PLTABSM kepada masyarakat, agar diketahui dan dapat didukung secara positif. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
Kepala Balitbangda Kukar Hairil Anwar, Selasa mengatakan, kajian pemanfaatan arus bawah Sungai Mahakam, sebagai sumber energ listrik alternatif yang ramah lingkungan itu sebagai langkah inovatif dalam memenuhi kebutuhan listrik di daerah itu .
Sistem tersebut menurut Hairil Anwar sangat cocok diterapkan di daerah-daerah terpencil yang memiliki sumber daya arus sungai.
"Hal ini sebagai langkah antisipatif ketergantungan terhadap fosil sebagai energi listrik yang sangat beresiko terhadap perubahan iklim bumi. Menurut kajian, emisi karbon yang ditimbulkan untuk pembangkit listrik 1 mega watt/jam tersebut dibutuhkan lahan penyerapan karbon dalam bentuk hutan tropis seluas 1,4 juta hektare, selama 1,7 tahun," ungkap Hairil Anwar.
Pemanfaatan arus bawah sungai Mahakam sebagai sumber energy listrik kata Ade Darma Putra, saat menjadi narasumber seminar di Bappeda, disimpulkan bahwa Kutai Kartanegara mempunyai potensi sumber energi terbarukan yang melimpah, khususnya arus bawah Sungai Mahakam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik.
Dari hasil kajian yang dilakukan diketahui bahwa, Kecamatan Loa Kulu memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai "pilot project" penerapan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Arus Bawah Sungai Mahakam (PLTABSM).
PLTABSM kata Ade Darma Putra mampu menghasilkan kapasitas dalam posisi beban 0,5 Kva (500 watt Gerinda) output inverter, tegangan keluaran mengalami penurunan voltase hingga 180,25 volt.
Sedangkan dalam posisi beban 0,018 Kva (18 watt Lampu Neon) output inverter, tegangan keluaran mengalami penurunan voltase hingga 213,5 volt.
Secara teknis menurut dia, PLTABSM memerlukan pengembangan baik secara teknis maupun non teknis.
"Misalnya ketika peralatan yang diperlukan dalam operasional turbin semakin besar, maka diperlukan pengamanan (safety) peralatan dari gangguan material arus sungai atau dari kecelakaan oleh kapal-kapal sungai," katanya.
"Kemudian, diperlukan sistem peraturan yang ketat terhadap pemanfaatan energi listrik PLTABSM agar dapat beroperasi secara normal dalam jangka panjang. Bukan hanya itu tetapi harapannya SKPD terkait dapat membangun sinergitas untuk mengembangkan Arus Bawah Sungai," ungkap Ade Darma Putra.
Pada riset tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi yaitu, pentingnya melakukan sosialisasi penerapan sistem PLTABSM kepada masyarakat, agar diketahui dan dapat didukung secara positif. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013