Penyuluh Keluarga Berencana (KB) Kecamatan Sangatta Selatan, Kutai Timur, Kalimantan Timur (Kaltim), melakukan pendampingan dalam pencegahan "stunting" (bayi kerdil akibat kurang gizi) mulai dari remaja putri, sebagai upaya menurunkan stunting hingga 14 persen.

"Saat ini prevalensi stunting di Provinsi Kaltim mencapai 23,9 persen, sementara di Kabupaten Kutai Timur sebesar 24,7 persen. Di sisi lain, target secara nasional pada 2024 dapat turun menjadi 14 persen," ujar Penyuluh KB Kecamatan Sangatta Selatan Falia Ali Zaratustra dihubungi dari Samarinda, Rabu.

Untuk mewujudkan target penurunan menjadi 14 persen tersebut, maka pihaknya melakukan berbagai upaya yang di antaranya penanganan sejak dini, salah satunya adalah dengan sasaran remaja putri mulai anak-anak usia SMP dan SMA atau yang sederajat, karena mereka merupakan calon ibu.

Di antara giat yang dilakukan untuk para remaja putri tersebut adalah dengan melakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb) dan pemberian tablet zat besi (Fe).

Tujuan dari kegiatan tersebut adalah sebagai salah satu cara deteksi dini anemia pada remaja, sehingga dapat dilakukan pendampingan sebelum remaja merencanakan berkeluarga, yakni untuk pencegahan terjadinya stunting pada bayi yang akan dilahirkan mereka.

Hingga saat ini, lanjutnya, pihaknya telah melakukan pendampingan, pemeriksaan Hb, dan pemberian tablet Fe terhadap 1.219 remaja putri di Sangatta Selatan, yakni dengan mendatangi SMP dan SMA maupun yang sederajat di kecamatan tersebut.

"Jumlah 1.219 remaja putri yang kami dampingi dan deteksi tersebut merupakan kegiatan yang kami lakukan dalam dua kali, yakni tahun lalu dan tahun ini, karena kegiatan ini bersifat lanjutan, yakni pada Agustus 2022 sebanyak 595 anak dan Januari 2023 sebanyak 624 anak," ujar Falia.

Ia mengatakan kegiatan tersebut akan terus dilanjutkan karena dalam penanganan stunting tidak bisa dilakukan satu atau dua kali, tapi harus dilakukan secara berkala dan rutin.

"Masih banyak hal lain yang kami lakukan dalam penanganan stunting, seperti melakukan pendampingan kepada warga tidak mampu yang berpotensi memiliki anak stunting, pemberian makanan tambahan bergizi bagi ibu hamil, menyusui, dan  bayi usia di bawah 2 tahun yang terdeteksi stunting," katanya. 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023