Panajam (ANTARA Kaltim)- Satu orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, akhirnya meninggal dunia setelah sempat mendapat perawatan medis selama dua hari di rumah sakit setempat.

Ketua Komunitas Peduli HIV/AIDS (KPA) Plus Penajam Paser Utara, Jodi, Rabu mengatakan, dengan meninggalnya satu ODHA tersebut, selama periode 2005 hingga 2013 tercatat 21 orang yang meninggal di daerah itu akibat `Human Immunodeficiency Virus` (HIV) atau virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia.

Penderita itu, kata Jodi, meninggal dunia bukan karena terlambat mendapatkan penanganan medis tetapi karena penyakitnya sudah sangat parah.

Sebelum ditangani KPA Plus, kata Jodi, ODHA itu hanya minum obat biasa dan berobat secara tradisional.

"Sebelumnya, penderita hanya minum obat yang dibeli dari warung atau berobat tradisional, tapi setelah cukup parah baru berobat di rumah sakit," ungkap Jodi.

Penderita yang meninggal tersebut lanjut Jodi, sudah dua tahun menetap di Kecamatan Babulu, setelah sebelumnya tinggal di luar Kaltim.

"Meskipun yang meninggal positif terinfeksi HIV, namun istri dan anaknya negatif dari virus mematikan tersebut," katanya.

"Dengan meninggalnya satu ODHA ini, maka jumlah penderita yang telah meninggal sejak 2005 sudah mencapai 21 orang. Selain itu, jumlah ODHA berkurang menjadi 17 orang. Ke-17 ODHA ini dalam keadaan sehat dan terus dipantau serta diberikan obat dan suplemen," ungkap Jodi.

Obat-obatan bagi ODHA tersebut, kata dia, tidak lagi diberikan secara gratis seperti sebelumnya.

Selama satu bulan, KPA Plus harus menyiapkan obat-obatan untuk 17 ODHA dengan biaya Rp70.000 per orang.

"Jadi, sebulan itu kami harus siapkan uang Rp1.190.000 khusus untuk membeli obat. Uang itu dari kantong pribadi saya. Namun, meski ada kwitansinya tetapi teman-teman ODHA tetap tidak percaya, karena sebelumnya memang gratis. Tapi itu tidak masalah dan saya siap membantu agar mereka bisa tetap sehat," ujar Jodi.

Pada 2014, ujar Jodi, KPA Plus akan mengupayakan agar pemerintah bisa membantu para ODHA minimal dalam memenuhi obat dan gizi.

Bahkan, KPA Plus, lanjutnya, telah berkoordinasi dengan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun pihak Jamkesda minta aturan yang baru agar para ODHA bisa dibantu melalui pengobatan Jamkesda.

Selain itu, Jodi juga berharap agar RSUD setempat menyiapkan ruang khusus isolasi bagi pasien yang terinfeksi HIV karena selama ini, penderita yang dirawat di RSUD diberlakukan seperti pasien pada umumnya dan tidak ada tenaga medis khusus yang menangani pasien yang dirawat di rumah sakit. (*)

Pewarta: Bagus Purwa

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013