Tenggarong (ANTARA Kaltim) - Puncak kemeriahan Erau Pelas Benua dan International Folklore and Art Festival, sebagaimana Erau sebelumnya, ditandai dengan prosesi Ngulur Naga, Minggu (7/7) pagi, di beranda Keraton atau Museum Mulawarman, Tenggarong Kutai Kartanegara (Kukar), yang dilanjutkan dengan Belimbur.
Usai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kaltim HM Aswin menutup secara resmi pesta adat seni dan budaya itu, sepasang replika naga yang sebelumnya berada di sisi kiri dan kanan Keraton siap dinaikkan ke kapal dan dibawa ke Kutai Lama Kecamatan Anggana untuk dilarung.
Saat dua replika naga dibawa ke Kutai Lama, Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura HAM Salehuddin II menjalani prosesi Beumban dan Begorok.
Seperti biasanya yang paling ditunggu-tunggu oleh semua pengunjung dan warga Kota Raja dan sekitarnya adalah Mengulur Naga diiringi juga dengan Belimbur atau saling siram air.
Belimbur dilakukan setelah Air Tuli dari Kutai Lama tiba di Tenggarong, lalu digelar prosesi Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura HAM Salehuddin II naik ke Rangga Titi (balai yang terbuat dari bambu kuning).
Pada prosesi ini Sultan memercikkan Air Tuli ke dirinya sendiri lalu setelah itu dengan mayang pinang, air tuli itu di percikkan Sultan ke orang-orang di sekelilingnya.
Saat Sultan memercikkan Air ke orang disekitarnya itulah yang menjadi tanda bahwa Belimbur dimulai. Kontan saja hal itu disambut perang air oleh pengunjung yang telah berada disekitar Musium dan seluruh ibu kota kabupaten Kukar itu.
Menurut Koordinator Sakral Erau Kesultanan Kutai, Awang Imaludin belimbur bermakna pensucian diri dari pengaruh jahat sehingga kembali suci dan menambah semangat dalam membangun daerah.
"Lingkungan dan sekitarnya juga bersih dari pengaruh jahat serta diharapkan terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan," ujarnya di sela-sela acara.
Selain warga yang tumpah ruah kejalan untuk Belimbur, Pemkab Kukar yakni Bupati-Wakil Bupati Kukar Rita Widyasari-HM Ghufron Yusuf beserta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah dan Kepala Dinas/instansi di lingkungan Pemkab Kukar dan HM Aswin juga turut serta belimbur di Pendopo Bupati.
Tak pelak saling siram antara pejabat pun terjadi di Pendopo Kukar, suasana ceria pun terpancar dari raut wajah mereka.
Bupati Kukar Rita Widyasari mengatakan, Belimbur adalah salah satu budaya asli Kutai yang unik dan harus dilestarikan. Namun jangan sampai mengurangi makna Belimbur yaitu pensucian, yaitu menyiram dengan cara sewajarnya saja dan menggunakan air bersih.
"Gak apa-apa semuanya basah-basahan dalam belimbur ini. Ini merupakan budaya yang unik dan perlu dilestarikan, namun tidak boleh berlebihan apalagi menyakiti, yakini jika basah akan membawa kebaikan buat kita," ujarnya saat ditemui di sela-sela Belimbur.
Belimbur tersebut juga diikuti tim kesenian dari 8 negara CIOFF (International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts) akni Taiwan, Thailand, Yunani, Perancis,Republik Ceko, Belgia, Mesir, dan Korea, yang sebelumnya telah memeraiahkan Erau 2013 ini. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
Usai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kaltim HM Aswin menutup secara resmi pesta adat seni dan budaya itu, sepasang replika naga yang sebelumnya berada di sisi kiri dan kanan Keraton siap dinaikkan ke kapal dan dibawa ke Kutai Lama Kecamatan Anggana untuk dilarung.
Saat dua replika naga dibawa ke Kutai Lama, Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura HAM Salehuddin II menjalani prosesi Beumban dan Begorok.
Seperti biasanya yang paling ditunggu-tunggu oleh semua pengunjung dan warga Kota Raja dan sekitarnya adalah Mengulur Naga diiringi juga dengan Belimbur atau saling siram air.
Belimbur dilakukan setelah Air Tuli dari Kutai Lama tiba di Tenggarong, lalu digelar prosesi Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura HAM Salehuddin II naik ke Rangga Titi (balai yang terbuat dari bambu kuning).
Pada prosesi ini Sultan memercikkan Air Tuli ke dirinya sendiri lalu setelah itu dengan mayang pinang, air tuli itu di percikkan Sultan ke orang-orang di sekelilingnya.
Saat Sultan memercikkan Air ke orang disekitarnya itulah yang menjadi tanda bahwa Belimbur dimulai. Kontan saja hal itu disambut perang air oleh pengunjung yang telah berada disekitar Musium dan seluruh ibu kota kabupaten Kukar itu.
Menurut Koordinator Sakral Erau Kesultanan Kutai, Awang Imaludin belimbur bermakna pensucian diri dari pengaruh jahat sehingga kembali suci dan menambah semangat dalam membangun daerah.
"Lingkungan dan sekitarnya juga bersih dari pengaruh jahat serta diharapkan terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan," ujarnya di sela-sela acara.
Selain warga yang tumpah ruah kejalan untuk Belimbur, Pemkab Kukar yakni Bupati-Wakil Bupati Kukar Rita Widyasari-HM Ghufron Yusuf beserta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah dan Kepala Dinas/instansi di lingkungan Pemkab Kukar dan HM Aswin juga turut serta belimbur di Pendopo Bupati.
Tak pelak saling siram antara pejabat pun terjadi di Pendopo Kukar, suasana ceria pun terpancar dari raut wajah mereka.
Bupati Kukar Rita Widyasari mengatakan, Belimbur adalah salah satu budaya asli Kutai yang unik dan harus dilestarikan. Namun jangan sampai mengurangi makna Belimbur yaitu pensucian, yaitu menyiram dengan cara sewajarnya saja dan menggunakan air bersih.
"Gak apa-apa semuanya basah-basahan dalam belimbur ini. Ini merupakan budaya yang unik dan perlu dilestarikan, namun tidak boleh berlebihan apalagi menyakiti, yakini jika basah akan membawa kebaikan buat kita," ujarnya saat ditemui di sela-sela Belimbur.
Belimbur tersebut juga diikuti tim kesenian dari 8 negara CIOFF (International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts) akni Taiwan, Thailand, Yunani, Perancis,Republik Ceko, Belgia, Mesir, dan Korea, yang sebelumnya telah memeraiahkan Erau 2013 ini. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013