Hari ke-8 perjalanan Sumatra Tribute, napak tilas petualangan Camel Trophy Sumatra 1981, masih menyisakan 3 kendaraan tertahan di trek offroad bekas jalan logging Ciliandra di dekat Bangkinang, Riau, Minggu sore.


“Kami masih harus melewati 2 cerukan lagi sebelum bisa kembali ke jalan aspal dan menuju Bangkinang,” kata kapten Grup Bravo Syamsu Setiabudi kepada wartawan ANTARA yang mengikuti perjalanan panjang sejak awal Februari 2022 tersebut.

Saat itu juga Grup Bravo sedang mengupayakan mengeluarkan satu Land Rover Freelander yang tersangkut di cerukan jalan pada Way Point (WP) 21 Ciliandra.

Selain Grup Bravo, semua kendaraan Grup Alpha dan Charlie sudah berhasil lolos dari trek yang menyajikan pemandangan hutan yang sedang berusaha memulihkan diri itu.

Mereka berkumpul di camp Sungai Hijau 4 dan sebagian lagi turun ke Bangkinang untuk mengisi bahan bakar dan mengisi ulang perbekalan.

Bila semua kendaraan sudah berhasil ke luar dari trek offroad, Sumatra Tribute akan beristirahat sehari penuh untuk mengisi ulang perbekalan, bahan bakar, dan kemungkinan perbaikan bagi kendaraan yang memerlukan.

“Selanjutnya kami akan menuju Sidikalang, Sumatera Utara,” kata pengarah perjalanan Greefion Kamil.

Dari Bangkinang, Riau, menuju Sidikalang, konvoi Sumatra Tribute akan menempuh jarak 600 kilometer on road alias jalan aspal jalan antarkota antarprovinsi.  

Menurut catatan perjalanan Camel Trophy Sumatra 1981 yang dinapaktilasi Sumatra Tribute, jalan itu dahulunya jalan tanah dengan dominasi hutan sepanjang perjalanan.

DI Tugu Equator Lipatkain
Sehari sebelumnya, yaitu pada pukul 10 pagi Sabtu (12/2)  Waktu Indonesia Barat, tim Sumatra Tribute tiba di Tugu Equator, tugu penanda titik garis khatulistiwa, garis edar matahari yang membagi Bumi menjadi belahan utara dan selatan.

"Di Sumatera, garis equator melintasi antara lain di Lipatkain ini," kata Greefion Kamil, pengarah perjalanan. 

Lipatkain adalah ibukota dari Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Lipatkain dibelah Jalan Lintas Sumatera bagian tengah. Rombongan Sumatra Tribute mencapainya dari Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi di selatannya.

Tentu saja konvoi mobil-mobil Land Rover bercat kuning pasir (sandglow) itu tidak muncul di depan Tugu Equator lewat Jalan Lintas Sumatera.

Pada Jumat (11/2) setelah 22 km dari Taluk Kuantan rombongan belok kiri ke perkebunan kelapa sawit, menyusuri jalan pasir yang padat sejauh 5 km ke barat hingga mencapai sungai, dan kemudian barulah dari sana berkonvoi hingga Tugu Equator.

“Malah diselingi bermalam dulu di tepi sungai itu. Sebab ketika kami tiba hari sudah jelang pukul 22.00,” kata Anto Land dari Grup C.

Untuk memudahkan koordinasi, juga untuk menciptakan sedikit kompetisi, ke-50 mobil peserta dibagi menjadi tiga grup, yaitu Grup Alpha (A), Grup Bravo (B), dan Grup Charlie (C).

Pada Camel Trophy Sumatra 1981, perjalanan offroad yang diulang kembali menjadi Sumatra Tribut ini, karena hanya ada 5 mobil Range Rover dengan driver-co driver semuanya dari Jerman Barat plus 8 Toyota Land Cruiser sebagai tim pendukung, tidak ada pembagian grup seperti itu.

Kelak baru di tahun berikutnya dalam gelaran di Papua Nugini 1982, para peserta yang terbagi dalam 8 tim  datang dari 4 negara. Ada 2 tim Jerman Barat, 2 tim Italia, 2 tim Amerika Serikat, dan 2 tim Belanda.

Kembali ke Sumatra Tribute, kemping di riverside alias di tepi sungai cukup menyegarkan seluruh anggota rombongan. Pukul 08.00 semua sudah siap dalam barisan konvoi di jalan logging  PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). 

Grup Alpha menjadi yang tiba pertama, disusul Grup Charlie, dan akhirnya Grup Bravo.

Seperti saat tim Camel Trophy Sumatra 1981 mencapai Tugu Equator ini, seluruh anggota rombongan turun dari kendaraan untuk seremoni kecil. Setiap tim lalu bersusun untuk foto resmi dan menampilkan senyum paling cerah.

"Kita mengulang sejarah," kata Sammie Zacky dari Tim Charlie.

Mobil-mobil Sumatra Tribute di trek ekstrem bekas jalan logging Ciliandra di dekat Bangkinang, Riau, Minggu 13/2/2022. (ANTARA/HO-ST)

Setiap tim kemudian kembali melakukan persiapan akhir dan mengecek kendaraan. Rute berikutnya adalah ke luar jalan logging RAPP dan masuk jalan bekas logging Ciliandra yang juga disebut Jalur Equator.

Diperhitungkan Sumatra Tribute akan berada di jalur sepanjang 54 km itu selama dua hari, dan kembali ke on road untuk isi bahan bakar dan bahan makanan di Bangkinang.

Sehari sebelumnya, seluruh tim Sumatra Tribute bermalam di Base Camp Sitiung yang berada di wilayah Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.

Jumat (11/2) pagi mereka bergerak meninggalkan Sitiung dan turun ke Taluk Kuantan melalui jalan-jalan perkebunan kelapa sawit di bagian-bagian yang dilupakan.

Jalan itu mengulur di tanjakan terjal, turunan curam, atau di jalan datar yang becek liat dan berlumpur. Tim juga harus menyeberangi sungai tanpa jembatan dan nyebur begitu saja ke air, menyeberangi jembatan sempit, dan  mengakali jalur air.

Jalur ekstrem pun kembali makan korban. Isi gardan depan ST 055 Land Rover Series II M Senut rompal plus patah as roda belakang selewat Kampung Djao.

Dengan pengalaman dan kerja sama, kurang dari sejam masalah diatasi, as roda belakang diganti dan as couple ke gardan depan dicopot. ST 055 bisa jalan lagi walau sekarang tidak punya fungsi 4x4, paling tidak untuk sementara hingga perbaikan di Pekanbaru.

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022