Kepala Kelompok Kerja Teknik Restorasi Gambut Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Agus Yasin menyatakan pihaknya mengambil langkah-langkah mitigasi untuk mencegah terjadinya banjir, kebakaran hutan dan lahan di wilayah gambut dengan melakukan pembasahan area terdegradasi.


"Gambut itu menyimpan air sampai 13 kali dari berat massanya, sehingga banjir yang terjadi di wilayah gambut mengindikasikan ekosistem gambut telah terjadi degradasi akibat hilangnya massa gambut," ujar Kapokja Teknik Restorasi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Agus Yasin ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Kamis.

Menurut Agus, salah satu penyebab hilangnya massa gambut adalah kebakaran hutan dan lahan. Untuk itu, mitigasi terus dilakukan oleh BRGM dengan 3R, yaitu rewetting atau pembasahan kembali ekosistem gambut, revegetasi areal bekas terbakar dan revitalisasi sumber mata pencaharian masyarakat.

Dia menegaskan bahwa antisipasi kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan melalui pembangunan infrastruktur pembasahan gambut berupa sekat kanal, timbun kanal dan sumur bor. BRGM juga memastikan infrastruktur yang telah terbangun masih berfungsi efektif melalui kegiatan pemeliharaan dan perbaikan.

Operasi pembasahan lahan gambut rawan terbakar juga terus dilanjutkan dengan melibatkan masyarakat setempat. Langkah itu disertai dengan peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengelola lahan tanpa bakar.

BRGM juga menyiapkan rencana teknologi modifikasi cuaca dan mengintensifkan pemantauan tinggi muka air gambut dan sistem peringatan dini kerawanan kebakaran.

"Sistem pemantauan ini bisa diakses oleh publik, yaitu SIPALAGA (Sistem Pemantauan Tinggi Muka Air Gambut) dan FDRS Gambut (Fire Danger Rating System di lahan Gambut), yang semuanya dapat diakses pada web kami brgm.go.id," tegasnya.

Pewarta: Prisca Triferna Violleta

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022