Bontang (ANTARA Kaltim) - Perubahan iklim yang terjadi akibat emisi rumah kaca hingga mengakibatkan berlubangnya lapisan ozon di selatan mengharuskan manusia melakukan adaptasi dan mitigasi secepatnya.

"Akibat emisi yang dihasilkan rumah kaca menyebabkan lapisan ozon di selatan berlubang yang berdampak pada perubahan iklim sebagai kenyataan fenomena alam. Saat ini ditandai naiknya permukaan air laut, perubahan iklim pertanian, kenaikan suhu udara, meningkatnya penyakit menular seperti malaria, DBD yang harus dimitigasi dan adaptasi oleh umat manusia," kata narasumber sosialisasi dampak perubahan iklim bagi aparatur, sekolah dan perusahaan, Ir Mulkan, di Bontang, Rabu (10/4).

Mulkan yang saat ini menjabat  Koordinator Working Group Inventarisasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi Kementerian Lingkungan Hidup mengharapkan pemerintah, perusahaan dan masyarakat segera melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang saat ini sedang berlangsung.

"Seperti di Bontang dengan banyaknya perusahaan sebaiknya dana tanggung jawab sosial “corporate social responsibility/CSR” nya dikembangkan dengan aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim sehingga masyarakat mendapatkan energy murah," terang Mulkan.

Mulkan sempat menyebutkan mitigasi yang dilakukan PT Badak dengan telah melakukan penanaman mangrove (menghasilkan oksigen) dan penyaluran dana bergulir ternak sapi yang menghasilkan biogas.
Contoh lainnya dia sampaikan mitigasi di Kabupaten Belitung dengan mentup limbah cair sawit yang tentunya mengandung zat kimia menjadi kolam kedap menghasilkan gas metan dan dimanfaatkan untuk pembangkit listrik 1,4 megawat serta berhasil dihemat dana Rp14 miliar.

"Contoh adaptasi sederhana dalam menghadapi dampak perubahan iklim bagi petani adalah  bagaimana memilih bibit yang tahan panas atau kekurangan air," ujarnya.

Menurutnya mitigasi merupakan aksi nyata untuk mengurangi efek gas rumah kaca sehingga dapat memperlambat laju pemanasan global.

Sedang adaptasi merupakan upaya meminimalisir dampak yang telah terjadi, serta mengantisipasi resiko sekaligus mengurangi biaya yang harus dikeluarkan akibat dampak perubahan iklim.

"Saat ini aksi mitigasi oleh Pemerintah Indonesia aktif.  Dan saya menginginkan kembali digerakkan penyuluh pertanian dan ekspos harga komoditi untuk mewujudkan ketahanan pangan seperti jaman orde baru dulu," kata Mulkan. (*)

Pewarta: Suratmi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013