Semua orang perlu menyadari bahwa keselamatan lalu lintas merupakan salah satu bentuk investasi dalam penyelenggaraan kendaraan angkutan logistik yang lebih maju di masa depan, kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi.
"Pemerintah telah melakukan analisis terhadap beberapa kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan niaga. Ternyata, kecelakaan diakibatkan oleh para pengemudi yang belum terampil, faktor kendaraan itu sendiri, dan kondisi jalan yang memang termasuk sebagai daerah rawan kecelakaan," kata Budi dalam sebuah acara di GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021, di ICE BSD Tangerang, ditulis Sabtu.
Lebih lanjut Budi menyebutkan bahwa beberapa persen kecelakaan yang terjadi di Indonesia dengan tingkat fatalitas yang cukup tinggi, itu melibatkan kendaraan niagara. Bisa jadi karena aspek teknis dari kendaraan ditambah jalannya kurang sesuai, namun belum disadari oleh para pengemudi.
Untuk mengatasi hal tersebut, Budi menjelaskan bahwa Kementerian Perhubungan berkolaborasi dengan beberapa Agen Pemegang Merek (APM) untuk melakukan mitigasi.
Budi menyebutkan bahwa langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah antara lain mengeluarkan peraturan menteri tentang pemasangan alat pemantul cahaya di kendaraan angkutan barang, pembenahan jembatan timbang, hingga melakukan kampanye ke semua diler untuk tidak menjual kendaraan dengan dimensi yang tidak sesuai.
"Ada beberapa diler yang barangkali pesanan costumer, menjual kendaraan yang dimensinya tidak sesuai. Mudah-mudahan ke depannya tidak ada lagi diler nakal," katanya.
Selain itu, tambah Budi, edukasi terhadap para pengemudi kendaraan juga perlu digencarkan. Menurutnya, banyak pengemudi yang mahir mengemudi bukan dari proses pendidikan sehingga sikap mereka saat di jalan raya belum terbentuk.
"Mereka belajar otodidak sehingga sikap atau perilaku mereka belum terbentuk. Bisa mengemudi, belum berarti mereka mampu mengemudi dengan baik," ujarnya.
Senada dengan Budi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan juga mengatakan bahwa edukasi penting untuk meningkatkan kompetensi para pengemudi.
"Memang faktor yang menyebabkan kecelakaan ini terutama masalah sumber daya manusia (SDM). Di sinilah pentingnya kita mengadakan training, melakukan edukasi," ujar Gemilang.
Budi mengatakan, dalam mewujudkan keselamatan lalu lintas tersebut, bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tapi juga semua orang mulai dari perusahaan produsen kendaraan hingga pengemudi.
"Aspek edukasi, pengawasan, dan regulasi ini kita harus bangun bersama-sama," tutup Budi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021
"Pemerintah telah melakukan analisis terhadap beberapa kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan niaga. Ternyata, kecelakaan diakibatkan oleh para pengemudi yang belum terampil, faktor kendaraan itu sendiri, dan kondisi jalan yang memang termasuk sebagai daerah rawan kecelakaan," kata Budi dalam sebuah acara di GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021, di ICE BSD Tangerang, ditulis Sabtu.
Lebih lanjut Budi menyebutkan bahwa beberapa persen kecelakaan yang terjadi di Indonesia dengan tingkat fatalitas yang cukup tinggi, itu melibatkan kendaraan niagara. Bisa jadi karena aspek teknis dari kendaraan ditambah jalannya kurang sesuai, namun belum disadari oleh para pengemudi.
Untuk mengatasi hal tersebut, Budi menjelaskan bahwa Kementerian Perhubungan berkolaborasi dengan beberapa Agen Pemegang Merek (APM) untuk melakukan mitigasi.
Budi menyebutkan bahwa langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah antara lain mengeluarkan peraturan menteri tentang pemasangan alat pemantul cahaya di kendaraan angkutan barang, pembenahan jembatan timbang, hingga melakukan kampanye ke semua diler untuk tidak menjual kendaraan dengan dimensi yang tidak sesuai.
"Ada beberapa diler yang barangkali pesanan costumer, menjual kendaraan yang dimensinya tidak sesuai. Mudah-mudahan ke depannya tidak ada lagi diler nakal," katanya.
Selain itu, tambah Budi, edukasi terhadap para pengemudi kendaraan juga perlu digencarkan. Menurutnya, banyak pengemudi yang mahir mengemudi bukan dari proses pendidikan sehingga sikap mereka saat di jalan raya belum terbentuk.
"Mereka belajar otodidak sehingga sikap atau perilaku mereka belum terbentuk. Bisa mengemudi, belum berarti mereka mampu mengemudi dengan baik," ujarnya.
Senada dengan Budi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan juga mengatakan bahwa edukasi penting untuk meningkatkan kompetensi para pengemudi.
"Memang faktor yang menyebabkan kecelakaan ini terutama masalah sumber daya manusia (SDM). Di sinilah pentingnya kita mengadakan training, melakukan edukasi," ujar Gemilang.
Budi mengatakan, dalam mewujudkan keselamatan lalu lintas tersebut, bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tapi juga semua orang mulai dari perusahaan produsen kendaraan hingga pengemudi.
"Aspek edukasi, pengawasan, dan regulasi ini kita harus bangun bersama-sama," tutup Budi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021