Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, mengatakan potensi bencana alam di Kecamatan Sepaku, lokasi ibu kota negara baru, tergolong rendah.
"Potensi bencana alam dan sebagainya di Sepaku adalah rendah," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Penajam Paser Utara Marjani di Penajam Selasa.
Marjani menilai pemindahan ibu kota negara Indonesia dari Jakarta di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, yakni di Kecamatan Sepaku, sudah tepat.
Memang terdapat beberapa potensi bencana alam yang terjadi di Kecamatan Sepaku. Namun, kata dia, potensi tersebut cukup kecil dan sedang.
Ia menyebutkan potensi bencana alam tersebut, di antaranya banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, serta angin puting beliung.
Banjir berpotensi kecil, khusus di Kecamatan Sepaku. Hal ini terjadi akibat dari curah hujan yang tinggi ketika air laut pasang aliran sungai tidak jalan ke arah laut.
"Banjir tidak sampai menginap dan kemungkinan hanya terjadi setengah hari," ucap Marjani.
Begitu pula, lanjut dia, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Penajam Paser Utara, termasuk Sepaku, berpotensi sedang.
Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kata dia, belum menyebutkan adanya potensi gempa bumi di daerah tersebut.
Marjani berharap ke depan tidak ada potensi gempa bumi di Kabupaten Penajam Paser Utara.
"Mudah-mudahan kebijakan pemerintah pusat untuk memindahkan ibu kota negara di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara itu tepat," kata Marjani.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021
"Potensi bencana alam dan sebagainya di Sepaku adalah rendah," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Penajam Paser Utara Marjani di Penajam Selasa.
Marjani menilai pemindahan ibu kota negara Indonesia dari Jakarta di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, yakni di Kecamatan Sepaku, sudah tepat.
Memang terdapat beberapa potensi bencana alam yang terjadi di Kecamatan Sepaku. Namun, kata dia, potensi tersebut cukup kecil dan sedang.
Ia menyebutkan potensi bencana alam tersebut, di antaranya banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, serta angin puting beliung.
Banjir berpotensi kecil, khusus di Kecamatan Sepaku. Hal ini terjadi akibat dari curah hujan yang tinggi ketika air laut pasang aliran sungai tidak jalan ke arah laut.
"Banjir tidak sampai menginap dan kemungkinan hanya terjadi setengah hari," ucap Marjani.
Begitu pula, lanjut dia, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Penajam Paser Utara, termasuk Sepaku, berpotensi sedang.
Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kata dia, belum menyebutkan adanya potensi gempa bumi di daerah tersebut.
Marjani berharap ke depan tidak ada potensi gempa bumi di Kabupaten Penajam Paser Utara.
"Mudah-mudahan kebijakan pemerintah pusat untuk memindahkan ibu kota negara di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara itu tepat," kata Marjani.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021