Presiden Direktur PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto memaparkan cara perusahaan tersebut mampu bertahan di tengah badai pandemi COVID-19 yang telah melanda Indonesia sejak awal 2020.
"Pertama, kami membuat tatanan kerja yang terstruktur, sistematik, dan efisien," kata Iwan Setiawan Lukminto melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Industri tekstil Indonesia termasuk salah satu lini bisnis yang terdampak pandemi COVID-19.
Data Global Industry Outlook Oxford Economics memprediksi sejumlah negara maju, yakni Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan negara-negara Eropa mengalami hal serupa. Pemulihan ekonomi paling cepat diperkirakan baru terealisasi pada tahun 2023.
PT Sritex, kata Lukminto, telah memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), menyerap produk masyarakat sekitar. Bahkan, mempekerjakan penyandang disabilitas. Meski saat ini masih dalam situasi sulit akibat COVID-19, kerja sama tersebut makin terjalin erat.
Untuk bertahan dalam situasi sulit, PT Sritex mengajak seluruh karyawannya pantang menyerah menghadapi tantangan akibat pandemi COVID-19. Melalui semangat gotong royong, diyakini hal itu dapat dilalui.
"Kami terus bergandengan tangan, merapatkan barisan untuk saling menguatkan dan mengisi," ujarnya.
Kendati terdampak COVID-19, dia berharap perusahaan tersebut dapat merekrut dan memberikan kesempatan kerja kepada 100 penyandang disabilitas di Tanah Air. Hal itu untuk mencapai satu persen dari total pegawai yang ada.
Salah seorang karyawan PT Sritex yang juga penyandang disabilitas bernama Tri Marjanto mengaku sudah bekerja selama 10 tahun di perusahaan tekstil tersebut.
Menurut dia, dengan semangat gotong royong dan kondisi internal yang solid, perusahaan tersebut tetap mampu bertahan pada masa-masa sulit akibat pandemi COVID-19.
"Semoga Sritex makin maju, makin sukses, dan makin mendunia," kata Tri Marjanto.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021
"Pertama, kami membuat tatanan kerja yang terstruktur, sistematik, dan efisien," kata Iwan Setiawan Lukminto melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Industri tekstil Indonesia termasuk salah satu lini bisnis yang terdampak pandemi COVID-19.
Data Global Industry Outlook Oxford Economics memprediksi sejumlah negara maju, yakni Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan negara-negara Eropa mengalami hal serupa. Pemulihan ekonomi paling cepat diperkirakan baru terealisasi pada tahun 2023.
PT Sritex, kata Lukminto, telah memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), menyerap produk masyarakat sekitar. Bahkan, mempekerjakan penyandang disabilitas. Meski saat ini masih dalam situasi sulit akibat COVID-19, kerja sama tersebut makin terjalin erat.
Untuk bertahan dalam situasi sulit, PT Sritex mengajak seluruh karyawannya pantang menyerah menghadapi tantangan akibat pandemi COVID-19. Melalui semangat gotong royong, diyakini hal itu dapat dilalui.
"Kami terus bergandengan tangan, merapatkan barisan untuk saling menguatkan dan mengisi," ujarnya.
Kendati terdampak COVID-19, dia berharap perusahaan tersebut dapat merekrut dan memberikan kesempatan kerja kepada 100 penyandang disabilitas di Tanah Air. Hal itu untuk mencapai satu persen dari total pegawai yang ada.
Salah seorang karyawan PT Sritex yang juga penyandang disabilitas bernama Tri Marjanto mengaku sudah bekerja selama 10 tahun di perusahaan tekstil tersebut.
Menurut dia, dengan semangat gotong royong dan kondisi internal yang solid, perusahaan tersebut tetap mampu bertahan pada masa-masa sulit akibat pandemi COVID-19.
"Semoga Sritex makin maju, makin sukses, dan makin mendunia," kata Tri Marjanto.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021