Balikpapan, (ANTARA Kaltim) - Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan drg Dyah Muryani mengkhawatirkan semakin banyaknya wanita yang mengidap HIV/AIDS di Kota Minyak itu.
Drg Dyah Muryani di Balikpapan, Selasa (22/1), mengatakan, jumlah wanita pengidap HIV/AIDS tersebut kini mencapai sepertiga dari 606 orang yang diketahui mengidap penyakit yang menggerogoti kekebalan tubuh itu.
"Jadi ada sekitar 200 orang dalam rentang usia yang produktif dan masa subur, 25-45 tahun," kata drg Dyah.
Kekhawatiran terbesar, ujarnya, adalah akan semakin banyak bayi-bayi yang lahir dari mereka, yang hampir pasti mengidap HIV/AIDS juga sebagai turunan dari ibunya.
Ia menambahkan, jumlah penderita sebanyak 606 orang sendiri meningkat 117 orang dari pengidap yang diketahui tahun 2012 sebanyak 489 orang.
"Semakin mencemaskan lagi karena kini ada penderita yang masih remaja, yang masih berusia 16 tahun, dan masih bersekolah," katanya.
Ia mengatakan, kini ada fenomena HIV/AIDS di Kota Minyak itu menyebar di kalangan keluarga.
"Ditandai oleh balita yang terkena, mengidap, dan kemudian meninggal," tutur drg Dyah Muryani.
Kepala Dinas Kesehatan itu mengungkapkan, sampai saat ini sudah 2 balita meninggal karena HIV/AIDS.
Mereka bagian dari 167 orang yang tewas karena penyakit itu sejak 2005. Kedua balita meninggal tahun 2012, di mana sepanjang tahun itu juga meninggal 6 penderita dewasa.
Balita atau anak usia di bawah lima tahun tersebut lahir dari ibu yang juga menderita HIV/AIDS. Sebelumnya, si ibu tertular dari suaminya atau pasangan seksualnya.
Ia mengatakan, penularan HIV/AIDS di Balikpapan umumnya terjadi melalui aktivitas seksual. Lelaki atau suami yang menulari pasangannya di rumah kemungkinan besar tertular dari aktivitas seks dengan perempuan lain.
"Karena itu kesetian kepada pasangan, moralitas yang baik, dan perilaku seks yang sehat tetap cara terbaik untuk mencegah penyakit ini," tegas Dyah.
Seks yang sehat antara lain dengan menggunakan pengaman saat berhubungan, terutama kondom, baik kondom laki-laki maupun kondom perempuan.
Menurut dia, Dinas Kesehatan Kota Balikpapan juga terus mengedukasi masyarakat melalui berbagai cara, di antaranya melalui pusat-pusat kesehatan masyarakat dan pesan-pesan moral melalui pemuka agama dan tokoh masyarkat.
Namun, Dyah Muryani mengakui masih kesulitan untuk mengajak mereka yang positif mengidap HIV/AIDS untuk berobat. Meski ada jaminan identitas dirahasiakan, tetap saja tidak mudah untuk mengajak mereka.
Sejauh ini Dinas Kesehatan Kota Balikpapan merujuk pasien kepada tiga rumah sakit untuk merawat pasien pengidap HIV, yakni RS Pertamina Balikpapan (RSPB), RS Tentara dr Hardjanto (RST), dan yang baru RS Siloam.
"Meski begitu kami lebih fokus pada pencegahan, upaya penyadaran yang lebih mudah dan lebih murah," kata drg Dyah.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
Drg Dyah Muryani di Balikpapan, Selasa (22/1), mengatakan, jumlah wanita pengidap HIV/AIDS tersebut kini mencapai sepertiga dari 606 orang yang diketahui mengidap penyakit yang menggerogoti kekebalan tubuh itu.
"Jadi ada sekitar 200 orang dalam rentang usia yang produktif dan masa subur, 25-45 tahun," kata drg Dyah.
Kekhawatiran terbesar, ujarnya, adalah akan semakin banyak bayi-bayi yang lahir dari mereka, yang hampir pasti mengidap HIV/AIDS juga sebagai turunan dari ibunya.
Ia menambahkan, jumlah penderita sebanyak 606 orang sendiri meningkat 117 orang dari pengidap yang diketahui tahun 2012 sebanyak 489 orang.
"Semakin mencemaskan lagi karena kini ada penderita yang masih remaja, yang masih berusia 16 tahun, dan masih bersekolah," katanya.
Ia mengatakan, kini ada fenomena HIV/AIDS di Kota Minyak itu menyebar di kalangan keluarga.
"Ditandai oleh balita yang terkena, mengidap, dan kemudian meninggal," tutur drg Dyah Muryani.
Kepala Dinas Kesehatan itu mengungkapkan, sampai saat ini sudah 2 balita meninggal karena HIV/AIDS.
Mereka bagian dari 167 orang yang tewas karena penyakit itu sejak 2005. Kedua balita meninggal tahun 2012, di mana sepanjang tahun itu juga meninggal 6 penderita dewasa.
Balita atau anak usia di bawah lima tahun tersebut lahir dari ibu yang juga menderita HIV/AIDS. Sebelumnya, si ibu tertular dari suaminya atau pasangan seksualnya.
Ia mengatakan, penularan HIV/AIDS di Balikpapan umumnya terjadi melalui aktivitas seksual. Lelaki atau suami yang menulari pasangannya di rumah kemungkinan besar tertular dari aktivitas seks dengan perempuan lain.
"Karena itu kesetian kepada pasangan, moralitas yang baik, dan perilaku seks yang sehat tetap cara terbaik untuk mencegah penyakit ini," tegas Dyah.
Seks yang sehat antara lain dengan menggunakan pengaman saat berhubungan, terutama kondom, baik kondom laki-laki maupun kondom perempuan.
Menurut dia, Dinas Kesehatan Kota Balikpapan juga terus mengedukasi masyarakat melalui berbagai cara, di antaranya melalui pusat-pusat kesehatan masyarakat dan pesan-pesan moral melalui pemuka agama dan tokoh masyarkat.
Namun, Dyah Muryani mengakui masih kesulitan untuk mengajak mereka yang positif mengidap HIV/AIDS untuk berobat. Meski ada jaminan identitas dirahasiakan, tetap saja tidak mudah untuk mengajak mereka.
Sejauh ini Dinas Kesehatan Kota Balikpapan merujuk pasien kepada tiga rumah sakit untuk merawat pasien pengidap HIV, yakni RS Pertamina Balikpapan (RSPB), RS Tentara dr Hardjanto (RST), dan yang baru RS Siloam.
"Meski begitu kami lebih fokus pada pencegahan, upaya penyadaran yang lebih mudah dan lebih murah," kata drg Dyah.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013