Samarinda (ANTARA Kaltim) - Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak mengatakan, ibarat menari, masyarakat Kutai jangan hanya menjadi penonton atau hanya menikmati tariannya saja. Masyarakat Kutai juga harus mampu dan yakin bisa menari atau menjadi bagian dari para penari itu. Pernyataan gubernur itu merupakan seruan agar warga Kutai mampu mengambil peran dan berpartisipasi dalam proses pembangunan daerah.
Awang mengingatkan, masyarakat Kutai harus menghindari kecemburuan sosial ketika menyaksikan sukses para pendatang di daerah ini. Siapa pun boleh datang dan bekerja di sini, dan untuk sukses, siapa pun termasuk warga Kutai harus gigih bekerja dan berusaha hingga sukses diraih.
"Jadikan momen Mubes Adat Kutai ini sebagai langkah kebangkitan Warga Kutai. Jangan tercampur politik, tapi tidak buta politik. Kuatkan tekad warga Kutai turut serta membangun Kaltim untuk Semua dengan semangat kebersamaan dan penuh kedamaian," pesan Awang.
Daia mengatakan, masyarakat Kutai membentuk lembaga adat dan budaya ini, bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat Kutai membangun Kaltim yang lebih berkualitas untuk bersama-sama dengan etnis lainnya membangun daerah ke arah yang lebih maju.
"Masyarakat Kutai bersama-sama seluruh elemen masyarakat Kaltim membangun di Bumi Etam ini, disamping itu juga melestarikan adat budaya lokal mengingat Kutai memiliki banyak sekali kearifan lokal yang sangat releven pada pembangunan sekarang," ujar gubernur.
Kearifan lokal itu, harus dipertahankan yakni menjaga lingkungan, salah satunya merawat hutan dan tidak boleh menebang pohon sembarangan. Karena itu, warga Kutai juga harus menjadi pelopor untuk menggelorakan Program Kaltim Green, mendukung gerakan satu orang menanam lima pohon (One Man Five Trees/Omfit), sekaligus dalam upaya mendukung program nasional untuk penurunan emisi gas karbon.
Awang yang Pembina Adat Kutai Kaltim, meminta agar seluruh masyarakat Kutai dan etnis lainnya, untuk tetap bersatu dan tidak mudah terpancing oleh hal-hal negatif yang sengaja dihembuskan orang-orang tidak bertanggung jawab untuk memecah belah persatuan dan kesatuan serta kedamaian yang telah terjalin sejak lama.
"Kita harus bersatu dan junjung tinggi prinsip leluhur yang bernilai tinggi, yakni 'Di Mana Bumi Dipijak di Situ Langit Dijunjung'. Artinya bagaimana semua warga Kaltim yang multi etnis mampu hidup berdampingan secara damai serta saling menghormati dan mengembangkan budaya masing-masing, sebagai upaya memperkaya khasanah budaya bangsa" demikian pesan Awang. (Humas Pemprov Kaltim/sar/adv)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012