Nunukan (ANTARA Kaltim) - Padi dan ubi kayu kini menjadi komoditas tanaman pangan unggulan Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur.
Sekretaris Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan, Dian Kusumanto, di Nunukan, Senin (26/11), mengatakan, kedua jenis tanaman pangan itu banyak diproduksi dan dikonsumsi masyarakat di wilayah itu sebagai makanan pokok.
Selain tanaman pangan, lanjut dia, Kabupaten Nunukan juga memiliki tanaman holtikultura unggulan yaitu pisang, durain dan jeruk serta sapi potong dan kerbau pada sektor peternakan.
"Jadi tanaman pangan yang menjadi komoditas unggulan Kabupaten Nunukan saat ini masih pada tanaman padi dan ubikayu. Sedangkan pada tanaman holtikultura adalah pisang, jeruk dan durian," ujar Dian.
Menurut dia, paradigma baru pembangunan sektor pertanian Kabupaten Nunukan masih bertumpu pada pelayanan, upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraa pada masyarakat dengan terlebih dahulu ditetapkan pondasi, kemandirian swasembada pangan.
Khusus untuk tanaman padi sendiri, Dian mengatakan telah didukung dengan tersedianya lahan persawahan fungsional sejak 2011 dengan irigasi mencapai 1.383 hektare.
Meskipun demikian, dia mengakui Kabupaten Nunukan masih mengalami defisit beras khususnya pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Nunukan dan Sebuku, sehingga selama ini masih menyuplai beras dari luar yaitu Provinsi Sulawesi Selatan melalui usaha swasta secara perseorangan.
Sebenarnya, kata dia, produksi beras di Kecamatan Krayan termasuk surplus dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Nunukan. Hanya saja, hasil produksi tersebut harganya tidak mampu dijangkau oleh seluruh masyarakat karena harganya yang sangat tinggi yang mencapai Rp40 ribu per kilogram.
Mahalnya harga beras asal Kecamatan Krayan tersebut disebabkan oleh sulitnya transportasi yang hanya dapat dijangkau dengan menggunakan pesawat dan mengakibatkan produksi beras dari wilayah yang berbatasan dengan negara bagian Sarawak Malaysia itu tidak dapat didistribusikan ke wilayah lainnya di Kabupaten Nunukan, jelas Dian.
"Sebenarnya produksi beras kita cukup tinggi khususnya di Kecamatan Krayan. Tapi distribusinya ke wilayah lainnya di Kabupaten Nunukan masih sangat sulit karena tidak adanya akses darat. Sehingga tentunya harganya meningkat yang jika dikalkulasi bisa mencapai Rp40 ribu per kilonya," terang dia.
Kemudian, soal ubikayu yang tergolong produksi unggulan di kabupaten ini karena masyarakatnya masih banyak yang memproduksi dan menjadi makanan pokok sebagian masyarakatnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Sekretaris Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan, Dian Kusumanto, di Nunukan, Senin (26/11), mengatakan, kedua jenis tanaman pangan itu banyak diproduksi dan dikonsumsi masyarakat di wilayah itu sebagai makanan pokok.
Selain tanaman pangan, lanjut dia, Kabupaten Nunukan juga memiliki tanaman holtikultura unggulan yaitu pisang, durain dan jeruk serta sapi potong dan kerbau pada sektor peternakan.
"Jadi tanaman pangan yang menjadi komoditas unggulan Kabupaten Nunukan saat ini masih pada tanaman padi dan ubikayu. Sedangkan pada tanaman holtikultura adalah pisang, jeruk dan durian," ujar Dian.
Menurut dia, paradigma baru pembangunan sektor pertanian Kabupaten Nunukan masih bertumpu pada pelayanan, upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraa pada masyarakat dengan terlebih dahulu ditetapkan pondasi, kemandirian swasembada pangan.
Khusus untuk tanaman padi sendiri, Dian mengatakan telah didukung dengan tersedianya lahan persawahan fungsional sejak 2011 dengan irigasi mencapai 1.383 hektare.
Meskipun demikian, dia mengakui Kabupaten Nunukan masih mengalami defisit beras khususnya pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Nunukan dan Sebuku, sehingga selama ini masih menyuplai beras dari luar yaitu Provinsi Sulawesi Selatan melalui usaha swasta secara perseorangan.
Sebenarnya, kata dia, produksi beras di Kecamatan Krayan termasuk surplus dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Nunukan. Hanya saja, hasil produksi tersebut harganya tidak mampu dijangkau oleh seluruh masyarakat karena harganya yang sangat tinggi yang mencapai Rp40 ribu per kilogram.
Mahalnya harga beras asal Kecamatan Krayan tersebut disebabkan oleh sulitnya transportasi yang hanya dapat dijangkau dengan menggunakan pesawat dan mengakibatkan produksi beras dari wilayah yang berbatasan dengan negara bagian Sarawak Malaysia itu tidak dapat didistribusikan ke wilayah lainnya di Kabupaten Nunukan, jelas Dian.
"Sebenarnya produksi beras kita cukup tinggi khususnya di Kecamatan Krayan. Tapi distribusinya ke wilayah lainnya di Kabupaten Nunukan masih sangat sulit karena tidak adanya akses darat. Sehingga tentunya harganya meningkat yang jika dikalkulasi bisa mencapai Rp40 ribu per kilonya," terang dia.
Kemudian, soal ubikayu yang tergolong produksi unggulan di kabupaten ini karena masyarakatnya masih banyak yang memproduksi dan menjadi makanan pokok sebagian masyarakatnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012